16

739 124 12
                                    

"lagi, lagi, lagi bang!" ucap Rai bersemangat, saat ini Rai dan Ardi sedang bermain PSP.

"Aelah, kamu kalah terus si."

"Ngga seru tau," lanjut Ardi yang melihat adiknya Rai, kalah terus dalam bermain PSP.

"Yahh, satu kali lagi deh, please," ucap Rai memelas sambil menampilkan mata anak anjing. Apa? bener kan mata anak anjing? Puppy eyes?

Ardi yang melihat adiknya menampilkan puppy eyes, bukannya tersentuh. Ia malah merasa geli.

Tuk

Tibuk Ardi ke kepala Rai menggunakan bantal yang ada di kamarnya. Saat ini Ardi dan Rai sedang bermain PSP dikamar Ardi. Alasannya? Ya simple aja. Rai ngga punya PSP sedangkan abangnya yang punya. Mau tak mau, ia bermain dikamar abangnya deh.

"Is abang ih," rajuk Rai sambil mengusap wajahnya bekas tipukkan bantal yang ada ileran abangnya mungkin.

"Gih sana main dikamar, telpon nih sekalian besti sama pacar lu, eh maksud abang, calon mantan pacar," ucap Ardi sambil mendorong adeknya Rai. Saat Rai sudah didepan pintu, ia langsung menutupnya dan tak lupa menguncinya dari dalam.

"Abang!!!" pekik Rai didepan pintu.

Tak lama setelah pikikak Rai, terdengar pekikan badai membahana dari mamanya.

"Adek jangan teriak- teriak, ini rumah bukan hutan!!" suara melengking Prisil yang sepertinya sedang berada di ruang keluarga tempat menonton televisi.

Rai yang mendengar pekikan mamanya, tentu saja merasa takut. Ia tak jadi memekik abangnya lagi.

"Iya ma!!" jawab Rai berteriak takut mamanya ngga mendengar kan jawabannya. Nanti malah kena omel lagi kalau ngga di jawab.

***

"Huh, enaknya ngapain yak?" ucap Rai bermonolog sambil guling-guling tak jelas.

Habis kena usir abangnya, ia langsung menuju kamar dan tak melakukan aktivitas apa - apa. Ia sungguh merasa gabut. Sungguh, ia tak bohong.

Dret

Dret

Abang pilih yang mana~~

Perawan atau janda ~~

Bunyi telepon tersebut langsung mengalihkan perhatian Rai dari aktivitas gabutnya. Ngomong- ngomong, ia merasa tak pernah menggunakan sound tersebut untuk bunyi teleponnya. Pasti ada yang ngejahili dia, kalau ngga abangnya ya Sintia. Siapa lagi coba.

Kalau Abang pilih janda~~

Geli njir.

Karena tak tahan atas kegelian tersebut. Rai langsung melihat siapa yang menelponnya, setelah melihat siapa yang menelpon. Ia langsung saja mengangkat panggilan tersebut.

Sintia? Ngapain coba dia nelpon malam-malam? ucap Rai bermonolog didalam hati.

"Hallo Tia, ada apa ya?" tanya Rai tanpa berbasa-basi, ia bingung cara membuka percakapan tu kayak gimana. Hadeuh.

"Rai boleh ngga gw malam ini nginep di rumah lu?" tanya Sintia dari sebrang telepon.

"Boleh-boleh aja si, emangnya lu dah izin sama nyokap sama bokap lu?"

"Sudah kok, mama gw dah ngizinin malah."

"Hm yaudah, sekarang lu ada dimana?"

Raisya Nandita [Tamat-belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang