Bagian 03

4.1K 241 18
                                    

Biru sudah sampai di klinik permata. Cowok itu dengan tergesa-gesa pergi ke dalam setelah memarkirkan motornya. Ia sangat khawatir dengan keadaan Aislinn. Kenapa pula Bajra malah membawa Aislinn ke sini? Seharusnya Bajra membawa Aislinn ke rumah sakit yang fasilitasnya jauh lebih lengkap.

Saat Biru sudah berada di depan ruangan dimana Aislinn ditangani, pintu tersebut terbuka, menampilkan Bajra yang sedang membantu Aislinn berjalan.

"Linn, gimana keadaan lo? Apa kata dokter?" Biru langsung menyerang Aislinn dengan pertanyaan, sorot matanya jelas sekali menampilkan kekhawatiran.

"Biru? Kok lo bisa ada di sini?" Aislinn bertanya balik.

"Tadi Bajra chat gue, katanya lo kecelakaan," jawab Biru.

Aislinn melotot ke arah Bajra yang berada di sebelahnya. Gadis itu sedikit mendongak sebab selisih tinggi badan mereka lumayan jauh. "Kenapa lo laporannya berlebihan?" protes Aislinn.

Kening Bajra berkerut. "Hah? Berlebihan gimana? Kan beneran lo kecelakaan."

"Ini bukan kecelakaan, Bajra. Cuma keserempet doang."

Bajra membuang napas kasar. Heran dengan Aislinn yang ribet sekali jadi manusia. "Ya sama aja, Aislinn. Keserempet juga kecelakaan namanya."

"Tapi, kan-"

"Gue butuh penjelasan tentang kejadian yang menimpa Aislinn," ucap Biru tegas.

"Dia kecelakaan." Bajra dengan sigap membalas.

"Enggak kecelakaan!" sahut Aislinn dengan penuh penekanan.

"Kecelakaan!" Bajra tetap teguh pada pendiriannya.

Aislinn berdecak sebal, ia melirik ke arah Bajra sekilas lalu membuang muka. Tidak akan ada habisnya berdebat dengan cowok itu. "Gue gak kecelakaan Biru, tadi cuma keserempet doang. Ada orang ngendarain motornya ugal-ugalan," terang Aislinn. Memusatkan pandangannya kepada Biru.

"Kita ke rumah sakit, ya. Periksa lebih lengkap di sana. Takutnya lo kenapa-kenapa."

"Takutnya jadi tolol ya, Ru?" Bajra tertawa sinis.

Aislinn menginjak kaki cowok tiang listrik itu dengan kekuatan super. Tindakannya sukses membuat Bajra meringis kesakitan.

"Anjing lo, Lin!" umpat Bajra tidak terima.

Aislinn menjulurkan lidahnya. "Mampus! Rasain!" balas Aislinn begitu puas.

Aislinn tersenyum tipis ke arah Biru. "Gue gakpapa, kok, Ru. Gak perlu ke rumah sakit. Cuma lecet-lecet doang, kok." Intonasi suara Aislinn lantas melembut saat berbicara dengan Biru, beda sekali kalau dengan Bajra. Salah siapa Bajra sangat menyebalkan.

"Aislinn ...." Biru tidak ingin terjadi sesuatu hal buruk pada Aislinn. Dia masih ingin membawa Aislinn pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. "Please." Biru memohon.

"Gak perlu, Biru. Percaya sama gue."

Aislinn sangat keras kepala. "Yaudah. Kalau gitu kita pulanh sekarang, ya? Gue anterin."

Aislinn mengangguk.

Biru meraih tangan Aislinn lalu menggenggamnya erat. "Aislinn pulang sama gue, ya, Baj. Makasih udah bantuin Aislinn," ucap Biru benar-benar berterima kasih. Entah bagaimana Aislinn kalau sampai tidak ada Bajra.

"Santai aja, Ru," jawab Bajra.

"Duluan, ya, Baj," kata Biru lagi lalu menarik langkah.

Bajra mengangguk pelan. Membiarkan Biru membawa si kampret Aislinn itu pergi. Bajra sudah capek menghadapi Aislinn dari tadi. Banyak omong, banyak komplen. Kalau bukan karena kasihan, sudah Bajra buang Aislinn ke selokan dalam perjalanan ke klinik tadi.

AISLINNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang