Bagian 17

2.8K 124 14
                                    

"SURPRISE!"

Aislinn tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang. Papa dan Mamanya ... benar-benar pulang?

"Amerika Indonesia, kan—"

"Kami udah di Singapore dari dua hari lalu, sengaja gak kasih tau kamu biar surprise!" ucap Mama.

Gadis itu membeku ditempatnya. Dia sangat senang, tetapi hal ini masih belum bisa dicerna oleh pikirannya. Berkali-kali dibohongi dan disaat sudah tidak berharap lagi, justru Papa dan Mamanya benar-benar menepati ucapan mereka untuk pulang ke Indonesia.

"Kamu kenapa, sayang?"

Aislinn tersadar saat sang Mama merangkulnya. Senyumanpun melengkung sempurna menghiasi wajahnya. "Gakpapa. Aislinn cuma syok aja, bener-bener surprise. Makasih Papa dan Mama udah pulang. Aislinn seneng, Aislinn bahagia."

"Maafin kami, ya, udah ingkar janji terus," ucap Mama.

Aislinn hanya tersenyum. Kepulangan mereka sudah lebih dari cukup dan permintaan maaf itu sangatlah tidak perlu.

"Selama Papa dan Mama di Indonesia, kita bakal tinggal di rumah lama. Okey? Langsung pindah malam ini juga." Mama mengelus pipi Aislinn dengan lembut. Hatinya menghangat melihat putrinya sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Walaupun sangat disayangkan ia tidak bisa menyaksikan secara langsung pertumbuhan anak semata wayangnya itu.

"Lagian kamu tuh ngapain, sih, sayang tinggal di rumah ini?" Papa mengamati seluruh penjuru rumah yang sekarang tempati oleh Aislinn sejak dua tahun terakhir. Sangat-sangat biasa saja dibanding rumah yang mereka tempati dulu. "Kamu gak suka sama rumah lama? Apa karena kamu bosan? Seharusnya kalau kamu mau rumah baru, jangan pilih rumah ini. Kamu mau yang jauh lebih mewah dari rumah lama kita juga gakpapa, sayang. Gak usah pikirin nominal. Papa kerja mati-matian juga untuk kamu."

"Rumah itu terlalu besar kalau buat ditempatin sendirian. Kerasa banget kesepiannya," balas Aislinn. Dulu, rasa kesepian Aislinn tidak sedalam ini walaupun Papa dan Mamanya kerja kesana kemari, karena dia tinggal bersama dengan Oma. Namun setelah Oma meninggal dunia, Aislinn benar-benar tidak sanggup menempati rumah itu yang besarnya tidak kira-kira, sangat tidak cocok jika hanya ditempati oleh remaja yang tinggal seorang diri sepertinya. Maka itu dia memutuskan untuk pindah.

"Lulus sekolah nanti, kamu ikut sama Mama dan Papa ke Amerika, terusin pendidikan kamu disana," ucap Papa yang membuat mood Aislinn anjlok saat itu juga.

"Gak mau. Kan Aislinn dari dulu juga pengennya kuliah dan jadi dokter di Indonesia," balas gadis itu.

"Kamu lupa sama apa yang Papa bicarain ditelfon waktu itu?"

"Sejak kapan Papa jadi orang tua yang pemaksa? Bukannya Papa penganut memberi kebebasan dan menyerahkan pilihan sama anak selagi hal itu baik?"

"Sejak kapan kamu jadi anak yang pembangkang? Nurut sama Papa susah banget, Aislinn Annora Morelalis?"

Keadaan mulai tidak enak. Dan sebelum meledak, Mama melerai pertengkaran itu. Sedikit menarik lengan Papa dan memintanya untuk kembali duduk.
"Udah. Sekarang mendingan kamu siap-siap, ya, sayang. Kita mau ke rumah lama," perintah Mama.

Aislinn menatap Papanya sangat dalam dan penuh arti untuk beberapa saat dengan bibir yang tertutup rapat. Papa sempat membalas tatapan itu, tetapi tidak lama pria yang hampir menginjak usia kepala lima itu membuang muka dan menghindari tatapan maut yang diberikan oleh Aislinn.

"Sayang? Udah, ya?" Mama menggeleng pelan. Lewat kode matanya, wanita itu meminta Aislinn untuk segera pergi.

Aislinn menghela napas, kemudian dia meninggalkan orang tuanya dan pergi ke kamar dengan emosi yang masih tinggi.

AISLINNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang