Bagian 21

3.3K 135 25
                                    

"Yang ngasih kabar ke Biru bukan gue, tapi Bajra. Dan Bajra ngelakuin itu tanpa sepengetahuan dan persetujuan gue," balas Aislinn, deru napasnya tidak beraturan. Kedua matanya yang memancarkan sorot membara begitu kuat menatap Serena begitu lekat. "Jadi kenapa lo harus menyalahkan gue disini?" sambung Aislinn lagi.

Jujur, Aislinn terbayang bagaimana sakit dan kecewanya Serena atas tindakan Biru. Namun, Aislinn merasa tidak terima jika karena hal itu Serena harus 'menghukumnya' seperti ini. Pada hari itu Aislinn juga sama sekali tidak terbesit untuk memberitahu Biru tentang kecelakaan kecil tersebut, sebab menurutnya Biru tidak perlu tahu.

"Gue gak menyalahkan lo soal itu, gue cuma menyayangkan sikap lo yang selama ini terlalu bergantung sama Biru dan sering banget terkesan menghakmilikkan Biru." Serena semakin emosi, tetapi dia mengusahakan untuk tetap tenang. Serena tidak ingin ribut hanya karena masalah seperti ini.

"Karena gue cuma punya Biru," jawab Aislinn saat itu juga setelah Serena menyelesaikan ucapannya.

"Tapi lo bukan pusat dunianya Biru."

Aislinn diam seraya sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ucapan Serena benar, dia bukan pusat dunianya Biru. Namun, tanpa Biru, dunia Aislinn akan hancur. Sejak awal Biru yang selalu mengisi bagian kosong dalam hidupnya, maka ... Biru tidak boleh pergi. Tidak boleh. Sampai kapanpun, Biru harus tetap ada untuknya, selalu ada disisinya.

"Gue akan Biru balik, bahkan tanpa harus ngemis-ngemis kayak gini lagi ke lo," ucap Aislinn lantang.

Satu sudut bibir Serena terangkat. "Good luck," bisik Serena pelan tepat ditelinga Aislinn kemudian pergi menjauh dari sana.

***

"Linn, tadi lo ngomong apa sama Serena?" tanya Biru, menghentikan langkah Aislinn yang sebelumnya ingin masuk ke perpustakaan. Tadi Biru melihat Aislinn dan Serena berbicara saat ia hendak pergi ke ruang guru. Ada aura tidak enak yang terpancar pada keduanya dan Biru yakin kalau ada sesuatu.

Aislinn menatap Biru tajam. "Gue minta dia buat gak nyuruh lo ngejauhin gue," balas Aislinn terus terang dengan nada bicara yang ketus. Aislinn ingin Biru tahu soal ini, Aislinn ingin Biru tahu kalau ia sangat muak dengan perubahan sikap Biru padanya.

Biru berdecak pelan. "Linn, lo kenapa harus ngomong kayak gitu ke Serena?" protes Biru, sedikit membentak Aislinn. Biru tidak suka dengan tindakan Aislinn, tidak seharusnya Aislinn melakukan hal itu. Ini akan menjadi masalah baru diantara ia dan Serena dan Biru tidak ingin hal itu terjadi.

"Kenapa? Salah? Sikap lo yang berubah karena dia kan?" Aislinn semakin berani, kedua tangannya menyilang dan dagunya yang terangkat menambah kesan angkuh.

Hal itu cukup membuat Biru terkejut, dia tidak pernah melihat Aislinn seperti ini. Aislinn yang ia kenal adalah seorang perempuan yang begitu lembut.

"Enggak, Linn," balas Biru, berusaha menurunkan nada bicara agar situasi tidak semakin runyam. Bagaimana juga, Biru membutuhkan lebih banyak waktu Aislinn untuk membicarakan semua ini. Biru tidak ingin Aislinn pergi karena suasana hatinya memburuk jika ia berbicara menggunakan emosi.

"Gue tahu, Ru, alasan lo putus sama Serena apa. Karena lo ninggalin dia disaat dapet kabar dari Bajra kalau gue kecelakaan kan?"

Biru diam. Darimana Aislinn tahu soal ini? Biru tidak pernah dan tidak berniat menceritakan hal itu pada Aislinn sebab Biru merasa kalau semua itu adalah murni kesalahannya yang lalai serta tidak bisa mengambil keputusan. Biru juga takut jika Aislinn merasa bersalah jika tahu tentang itu.

"Kok gak adil, ya, Ru? Yang kasih kabar juga Bajra, gue gak minta lo datang kesana juga. Kok jadi gue yang dapet hukumannya ya?" jawab Aislinn. Jauh diluar perkiraan Biru.

AISLINNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang