Bagian 23

2.4K 112 39
                                    

Aislinn menyambut kedatangan Biru dengan wajah yang masam. Sekarang hampir jam sembilan, bisa-bisanya Biru baru datang? Aislinn sangat kesal sekarang, terlebih saat dikepalanya terlintas bayangan Biru dan Serena, kekesalan itu bertambah berjuta-juta kali lipat.

"Maaf gue datengnya lama." Biru tergopoh-gopoh membuka helm dan turun dari motornya untuk menghampiri Aislinn yang bersedekap dada dan berdiri di daun pintu.

"BUKAN LAMA LAGI, TAPI LAMA BANGET BIRUUUUU!!!! SEBELLLLLLL DEHHHH GUEEEE." Aislinn merengek, menghentakkan kakinya ke lantai dengan wajah yang merengut.

"Maaf, Es Lilin," ucap Biru. Tadi ia mengajak Serena untuk mengelilingi Jakarta, dan ternyata tanpa sadar, itu menyita waktu yang cukup lama. Biru bahkan nyaris melupakan janjinya pada Aislinn kalau-kalau Bajra tidak menelfon dan menanyakan apakah urusan perihal Serena dan Aislinn sudah selesai karena anak itu ingin kembali bertemu dengannya.

"Gue bawain es krim lima nih, buat lo semua! Jangan ngambek dong plizzz," lanjut Biru lagi, menyerahkan plastik yang berisikan es krim cokelat untuk Aislinn. Biru tahu keterlambatannya ini akan membuat Aislinn marah dan Biru juga merasa sangat tidak enak hati. Biru harap cara ini dapat membantu, walaupun ... rasanya tidak akan berhasil.

Aislinn hanya diam, gadis dengan rambut yang dijedai asal itu membuang muka.

"Plizzz maafin dong, Es Lilin. Masa udah cakep gini manyun sih?" bujuk Biru. "Katanya mau jalan? Yok jalan kemana? Gue udah siap nih! Mau jalan sampe Jonggol juga ayo!" Biru meraih tangan Aislinn dan siap mengajak gadis itu untuk pergi. Namun, hanya berselang satu detik kemudian Aislinn melepaskan tautan tangan mereka.

"Gak lucu, Biru!" ketus Aislinn. Bisa-bisanya Biru bercanda seperti itu. Saat ini ia benar-benar sedang marah.

"Maaf, gak lucu ya?" Biru menatap Aislinn takut-takut dengan sangat kikuk.

"Emang, alhamdulillah sadar," balas Aislinn yang sangat menusuk hingga ke ulu hati Biru.

"Ayo dong, Linn, jalan ayooo," ajak Biru lagi dengan sangat kukuh.

"Udah gak mood." Aislinn meninggalkan Biru, gadis itu pergi untuk duduk di bangku taman rumahnya.

Biru menghela napas panjang, menyusul Aislinn dan duduk di sebelah gadis itu.

"Jangan ngambek, dong. Gue minta maaf." Biru masih berusaha untuk membujuk Aislinn. "Gue gak bermaksud ngelama-lamain, tapi ternyata urusan sama Serena baru selesai tadi. Gue tau gue salah," lanjut Biru, ia sudah pasrah.

"Iya deh iyaaa! Tapi lain kali jangan telat sampe lama banget kayak gini dong!" Pada akhirnya, Aislinn memilih untuk meredam amarah. Setelah dipikir-pikir, ia tidak boleh melakukan sesuatu yang akan membuat Biru ilfeel. Untuk saat ini, fokus utama Aislinn harus terpusat untuk bagaimana cara menguasai hati Biru sepenuhnya seperti dulu.

"Gue dimaafin nihhh?" tanya Biru excited.

Aislinn mengangguk.

"Kau memang kawan baik aku!" seru Biru senang hati seraya merangkul Aislinn. "Nihhh es krimnya dimakan semuaaa!" lanjut Biru, menyerahkan es krim yang tadi enggan Aislinn ambil.

Aislinn menerima es krim itu dan membukanya satu bungkus. Baru Aislin  akan memakannya, Biru menahan tangannya cukup kuat.

"Tunggu, makannya gak boleh sambil liat gue, nanti diabetes!" peringat Biru serius yang membuat Aislinn mengerutkan keningnya heran.

"Hah?" beo Aislinn, menatap Biru dengan penuh tanda tanya.

"Ini kan udah manis," jawab Biru dengan senyuman lebar. Telunjuk lelaki itu mengarah pada wajahnya sendiri.

AISLINNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang