Bagian 11

2.8K 140 2
                                    

Masih banyak waktu yang tersisa sebelum jam masuk kelas tiba. Biru dan Aislinn memutuskan untuk menghabiskannya dengan menetap di kelas. Biru menyelesaikan tugas yang lupa ia kerjakan, sementara Aislinn menikmati makanan pemberian dari Ibunya Biru (emosi yang tiba-tiba meluap membuat Aislinn malas untuk sarapan dan sekarang perutnya terasa lapar).

"Enak banget masakan Ibu. Sampein terima kasih ke gue ke Ibu, ya, Ru. Bilang, masakannya top markotop gituuu!" ucap Aislinn disela-sela kegiatan makannya. Keadaan dan suasana hati gadis itu sudah jauh lebih membaik sekarang. Bahkan, lengkungan senyuman kembali menghiasi wajah cantiknya.

"Sampein aja sama lo langsung entar. Tadi Ibu nyuruh gue buat ajakin lo main ke rumah pulang abis pulang sekolah, mau gak?" balas Biru yang masih sibuk menggoreskan pena diatas kertas.

"MAUUU! MAUUU BANGET LAH!" Aislinn membalasnya dengan semangat.

"Ibu udah bawel aja tuh mau masakin lo ini, mau masakin lo itu."

"Gue sebel sama Ibu, terlalu fokus sama lo sampe gitu ke gue."

"Lo tahu, Aislinn? Gue baru mulai makan, Ibu udah nyuruh gue buat berangkat. Ya gue gak mau, lah! Pas makan disuruh buru-buru, diomelin kalau gue ngomong. Ngebet banget gue pengen ke rumah lo. Hadeeehhh." Biru manyun, mengingat bagaimana menyebalkannya Ibu tadi.

Tawa Aislinn pecah. Seperti perempuan kebanyakan, anak itu menempeleng lengan Biru begitu kuat. "Hahaha, sorryyy!"

"Tadi malem gue begadang anjirrr sama Bajra, ngobrol ngalur ngidul di teras rumah. Lo tahu sampe jam berapa? Jam tiga! Gue telat bangun. Gobloknya, baru inget sekarang belum ngerjain tugas." Biru bercerita panjang lebar dengan menggebu-gebu. Ya, tadi malam dia memang begadang sampai jam tiga, membicarakan banyak hal dengan Bajra.

"Haduuuh, Ru ... Ru ... kelupaan ngerjain tugas malah lo jadiin kebiasaan sekarang." Aislinn geleng-geleng kepala. Sebab belakangan ini Biru cukup sering kelupaan mengerjakan tugas, padahal biasanya Biru paling anti menunda-nunda pekerjaan, anak itu selalu mengerjakan hal penting secepat mungkin.

"Beneran lupa, Linn. Sumpah!"

Aislinn hanya tertawa. Dia kembali menyuap sesendok makanan ke dalam mulutnya. Sialnya dia tersedak. Gadis itu pun kalang kabut mencari air mineral yang entah dimana keberadaanya.

"Aduh, pelan-pelan makannya, buru-buru amat, sih, Aislinn," protes Biru, menyerahkan air mineral dari tasnya untuk gadis itu.

"Hahaha, terlalu semangat," jawab Aislinn setelah meneguk air mineral hampir setengah botol.

"Oh, ya, tadi gue juga bawa bekel, tapi berhubung udah dapet dari Ibu, buat lo aja, deh. Masakan gue sendiri, lohhh. Tapi, hati-hati mules, soalnya gue masih amatir, apalagi tadi masaknya sambil emosi."

Biru meletakkan alat tulisanya, menyambut pemberian Aislinn dengan semringah. "Waaah, apaan niiih?" tanya Biru sembari membuka kotak bekal tersebut dengan begitu bersemangat.

"Kimbab."

"Oooh, makanan Korea itu, ya? Enak tampilannya. Rasanya juga pasti enak!" Biru menyambutnya dengan sangat bersemangat. Anak itu mengambil satu kimbab, memakannya langsung satu suapan dengan begitu lahap. "Nah, kan, bener! Uenaaak polll!" puji Biru dengan kondisi mulut yang masih dipenuhi dengan kimbab.

Aislinn tersipu untuk sesaat. Ada perasaan senang, saat makanan yang dimasak oleh dirinya yang masih amatir ini dipuji. Namun, Aislinn menduga kalau Biru berbohong hanya untuk menyenangkan hatinya. "Jangan bohong, ya, Ru. Kalau enak bilang enak, kalau gak bilang gak. Biar gue bisa evaluasi nantinya. Gue menerima kritik dan saran, kok," ucap Aislinn.

"Bener, Linn! Enaaak banget masakan lo! Kalau gak percaya, nih! Nih! Cobain!" Biru memasukan satu kimbab ke mulut Aislinn dengan cepat tanpa aba-aba, membuat Aislinn hampir saja tersedak. Biru hanya ingin gadis itu tahu, kalau dirinya sama sekali tidak berbohong.

AISLINNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang