Bagian 14

2.3K 118 9
                                    

"Enggak, Linn. Lo jangan beranggapan kalau ucapan gue jadi akhir persahabatan kita, enggak sama sekali, Aislinn. Gue gak mungkin akhirin persahabatan kita, lo gak perlu khawatirin hal itu. Lo juga gak perlu khawatir dengan kehadiran gue dihidup lo, gue bakalan tetep ada buat lo, tapi mungkin ... gak bisa sedeket dulu."

Pertahanan Aislinn runtuh. Air mata mengalir deras membasahi pipinya. Dia tidak pernah menyangka kalau hal ini akan terjadi pada persahabatannya dengan Biru.

"Mungkin ini berat buat kita, Linn, tapi gue cuma gak mau bikin Serena sakit lagi, gue gak mau bikin kepercayaan dia ke gue hilang lagi. Serena itu berarti banget buat gue dan lo sendiri tahu itu, kan? Lo tahu seberapa besar cinta gue ke Serena," ucap Biru lagi.

"Gue ngerti, kok, Ru. Gue paham. Gue cuma syok aja. Kayak baru kemarin lo bilang bakalan selalu ada buat gue sampai selama-lamanya, tapi hari ini? Hahaha, hidup itu penuh kejutan, ya," balas Aislinn, dibumbui tawa dipenghujung ucapannya dengan kondisi air mata yang masih mengucur deras.

"Linn ...." Biru hendak meraih tangan Aislinn, tetapi gadis itu mengelak.

"Gue gakpapa, kok, Ru. Tapi semoga aja gue bisa dan gue kuat ya jalanin hidup tanpa kehadiran lo," ucap Aislinn, kemudian pergi dari sana dan meninggalkan Biru begitu saja.

"Aislinn!" panggil Biru, tetapi dia tetap diam ditempat. Kakinya terasa begitu berat untuk melangkah.

Biru membuang napas panjang, dia menyoroti kepergian Aislinn dengan perasaan yang teriris. Ini adalah situasi sulit untuk Biru, dia seakan harus memilih salah satu diantara Aislinn dan Serena.

***

"Lo mau kemana, Kak?" tanya Serena yang baru saja sampai rumah. Dahinya mengernyit heran saat melihat Dario berada di ruang tamu dengan banyak tas disekitarnya.

"Mau ngekost," jawab Dario, yang sedang mengecek daftar barang diponselnya, memastikan kalau semuanya sudah aman dan tidak ada yang tertinggal.

"Ngekost? Ngapain anjir?"

"Gue ngerasa mulai sedikit capek pp rumah kampus. Pengen nyari kost yang deket-deket kampus biar gampang apa-apanya."

"Kak," panggil Serena ragu-ragu.

"Kenapa?" jawab Dario.

"Gue balikan sama Biru." Sejujurnya Serena belum siap menceritakan hal ini pada Dario. Namun Serena merasa sangat kepikiran dan juga bimbang akan keputusannya memberikan Biru kesempatan kedua benar atau salah.

Dario menatap menoleh pada Serena, berkontak mata dengan adiknya itu. "No comment," ucap cowok itu setelah keterkejutannya yang cukup panjang. Dia kembali fokus pada barang-barangnya walaupun pikirannya sedikit ambyar.

"Kak, gue bingung, deh. Gue ngerasa belum klik ngasih Biru kesempatan kedua, tapi gue juga belum rela kalau harus ngelepasin dia. Gue masih cinta sama Biru, masih sayang sama dia." Respons Dario nyatanya tidak membuat Serena berhenti membahas perihal hubungannya dengan Biru.

Dario menarik napas dalam. "Gue minta lo jangan jadi bulol, deh, Ser. Buat apa pertahanin hubungan yang toxic yang cuma ngasih rasa sakit dengan landasan masih cinta dan masi sayang? Itu gak sehat, Serena," ucap Dario. Dia mengurungkan niatnya untuk tidak memberikan komentar setelah mendengar ucapan Serena barusan.

AISLINNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang