Bagian 07

3.1K 163 6
                                    

"BIRUUU BAJRAAA I MISS YOU I LOPYU LOPYU PULLL!"

Teriakan yang sangat heboh dari seseorang yang suaranya sangat-sangat familiar itu membuat Biru dan Bajra yang sedang memakirkan motor mereka lantas memutarbalikan badan—mencari sang empu suara.

"AKHIRNYA KITA BERSAMA LAGIII!!!" serunya lagi dengan begitu bersemangat. Dia berlari ke arah Biru dan Bajra dengan kedua tangan yang membentang, hendak memeluk kedua teman tercintanya itu dengan sangat erat.

Adnan Fahreza namanya. Sudah kurang lebih seminggu tidak masuk sekolah karena sakit demam dan diare. Seorang anak yang hiperaktif dan suka bicara.

"Alay lo, kampret!" cibir Bajra, berusaha lepas dari Adnan yang kini memeluknya. Sangat berbanding terbalik dengan Biru yang hanya diam saja.

"Alay apaansih Bajra. Gue tuh gini karena rindu berat sama lo berdua." Adnan melirik Bajra sinis. Namun, sedetik kemudian, wajahnya kembali ceria dan terlihat sangat menyenangkan. "Dan sekarang akhirnya ... BAB comeback!" ujarnya begitu senang.

"Eek?" cibir Bajra. Dia kesal setengah mampus pada Adnan karena membuat singkatan nama mereka bertiga menjadi BAB, kan artinya berak. Gak bisa yang lain aja gitu?

"Bajra mulutnya ya." Adnan menatap Bajra dengan tatapan hina.

"Ouh," balas Bajra hanya ber-oh-ria.

Ketiganya kini berjalan meninggalkan parkiran untuk menuju ke kelas. Namun ditengah perjalanan, Biru bertabrakan dengan seorang cewek yang sedang bermain kejar-kejaran dengan temannya dan cewek itu adalah Serena.

Suasana menjadi canggung seketika. Serena yang semulanya berseri-seri, langsung berubah datar saat berada di hadapan Biru. "Sorry," katanya tanpa menatap Biru kemudian langsung pergi begitu saja. Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati. Biru lagi, Biru lagi, Biru lagi. Andaikan saja tidak usah main kejar-kejaran tadi.

Biru membeku. Tatapannya kosong menghadap ke depan. Kepalanya dipenuhi kata andai. Andai dia tidak meninggalkan Serena sore itu, andai dia dan Serena tidak putus, andai, andai, andai terus.

"Kenapa lo?" tanya Bajra walaupun dia tahu Biru seperti itu karena bertabrakan dengan Serena barusan.

Biru menunduk, dia menertawakan dirinya sendiri dengan begitu miris. "Nyesel, Baj. Sumpah."

"Kira-kira, masih ada kesempatan buat gue perbaikin semuanya, gak, ya?"

"Entah." Bajra melengos begitu saja.

Sementara itu, Adnan celingak-celinguk. Menatap Biru dan Bajra heran. Mereka sedang membicarakan hal apa, sih? Dan tadi, kenapa Biru dan Serena tampak canggung dan dingin?

Namun, fokus Adnan terpecahkan setelah suara seorang gadis yang sangat familiar ditelinganya memanggil-manggil nama Bajra dan berlari mendekati Bajra dari arah yang berlawanan.

"Bajra! Bajra! Bajra!" teriak gadis itu, Aislinn. Dia menghalangi jalan Bajra menggunakan kedua tangannya hingga membuat Bajra mengembuskan napas kasar.

"Ada apaan, sih? Goak-goakan mulu?" tanya Bajra sewot.

Aislinn melirik Biru sekilas. Sejak kejadian kemarin pagi, dia dan Biru belum bertegur sapa lagi. Aislinn hendak menegur duluan tetapi sepertinya suasana hati Biru belum membaik, bisa dilihat karena pagi ini Biru tampak tidak bersemangat, Lagipun, tujuan Aislinn kesini untuk menemui Bajra, kan?

Aislinn kembali beralih pada Bajra. "Helm lo!" Gadis itu menyodorkan helm durjana itu kepada Bajra.

Bajra mengernyit. Dia mengambil helm tersebut lalu mengamati seluruh sisinya dengan begitu seksama. "Diapain sama lo? Ini beneran helm gue bukan?" tanyanya ragu. Bagaimana Aislinn membuka helm ini? Apa Aislinn merusak helmnya dan menukar dengan helm baru?

AISLINNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang