Chika yang merasakan remasan tangan Ara di pinggangnya berdebar kencang. Seumur hidupnya dia tidak pernah mengira jika hatinya akan terjatuh begitu saja ke remaja di depannya.
"Ekhem, k-kamu turun dulu" Ara membuka suara, pahanya terasa kebas sekarang.
Chika yang menyadari itu tersenyum canggung, dia kemudian turun dan duduk di samping Ara.
Keduanya sama-sama menyenderkan punggung di kepala ranjang.
"Meeting-nya gimana?" Tanya Ara berbasa-basi untuk meredam rasa gugupnya.
Chika yang sama sekali tidak menyimak rapat tadi berdehem kecil.
"Lancar kok..." Jawabnya kemudian
Mendengar itu Ara hanya mengangguk saja, dia sama sekali tidak tahu soal pekerjaan Chika jadi dia memilih untuk berhenti membahasa soal pekerjaan.
Keduanya sama-sama diam, Ara yang menatap wajah samping Chika terpana ketika manik matanya memindai wajah Chika.
Ara bukan gadis yang lahir kemarin sore, dia telah melihat banyak gadis-gadis cantik dia sendiri juga merupakan gadis yang cantik.
Meski begitu dia selalu merasa jika kecantikan Chika berbeda dari orang lain, Ara merasa Chika jauh lebih cantik dari semua gadis yang pernah dia temui.
Fiony bahkan tidak sebanding dengan wajah samping milik Chika saat ini.
Kecantikan Chika berbeda dari wanita lain. Wajahnya akan memancarkan kecantikan yang berbeda-beda setiap saat.
Detik ini dia terlihat cantik dengan wajah iblisnya, detik berikutnya dia akan terlihat seperti dewi dan Ara benar-benar menikmati momen itu.
Tanpa Ara sadari pelan-pelan Chika mengisi hatinya.
Mengetahui Ara yang menatapnya dengan mata berkilau Chika tersenyum lembut, dia lalu membalas tatapan Ara dan bertanya.
"Ada apa?"
"Gakpapa, aku cuman penasaran"
"Soal?"
"Kamu" Jawab Ara jujur.
Ara sangat ingin tahu tentang Chika sekarang.
Rasa penasarannya meningkat, dia tiba-tiba ingin tahu seperti apa Chika? Apa makanan kesukaannya? Warna kesukaannya? Dan semuanya yang berhubungan dengan Chika.
Mendengar jawaban Ara, Chika berteriak di dalam hatinya. Dia yakin Ara sedikit demi sedikit mulai tertarik kepadanya.
"Ceritaiin tentang kamu dulu" Pinta Chika, dia juga penasaran tentang Ara.
Ara meringis mendengar itu, mata hitamnya menerawang jauh ke dalam manik mata Chika.
"Aku cuman punya ibu dan kakak, tiga tahun yang lalu ibuku meninggal karena kanker"
"Trus ayah kamu?"
"Dia...aku gak tau dia seperti apa, aku cuman tau kalau dia ngusir ibu yang sedang hamil muda karena ingin nikah sama cinta pertamanya"
Chika merasa simpati mendengar jawaban Ara, dia lalu meraih tangan Ara dan mengelusnya penuh cinta.
"Sekarang kamu punya aku..." Ucap Chika dengan suara pelan.
Ara tersentuh ketika mendengar ucapan Chika, dia merasa Tuhan memberkatinya karena mempertemukan dirinya dengan Chika yang begitu perhatian dan peduli padanya.
"Sebenarnya hidup aku juga gak semulus kelihatannya" Kata Chika, matanya redup seketika.
Melihat itu Ara balik meremas jari-jarinya dan menatapnya penuh antisipasi.