Part 24

6.4K 629 51
                                    

Di balkon...

Chika yang baru saja pulang sehabis menghadiri pesta rekan bisnisnya tampak linglung menatap awan gelap di atasnya.

Dia telah berdiri di sana selama satu jam, wajahnya terasa dingin akibat angin malam yang menerpanya. Karena banyak minum saat di pesta dia merasa sakit kepala, akan tetapi dia tidak menunjukkannya sama sekali.

Punggungnya masih lurus, sosoknya yang dingin menggambarkan sikap keras kepalanya.

Gaun putih tanpa tali yang dipakainya tertiup angin malam.

Karena Tn.Torres dan Tn.Harres masih berada di pesta tidak ada orang di rumah selain pelayan tua yang menyimpan segelas teh hangat diatas meja kecil.

"Nona tehmu..."

Mendengar suara pelan dari arah belakang Chika berbalik, dia akhirnya memilih masuk dan meminum segelas teh hangat di atas meja.

Pelayan wanita yang melihat itu diam-diam mundur dan kembali ke dapur.

Saat akan ke kamar belakang seseorang mencegat pergelangan tangannya.

"Bagaimana? Apa Chika meminumnya?"

"Dia meminumnya tuan..."

"Bagus, jangan khawatir aku akan membebaskan putramu tapi kamu harus bekerjasama denganku"

Pelayan wanita yang mendengar itu mengangguk patuh, dia kemudian bergegas ke kamar belakang dan tidak pernah menampakkan wajahnya lagi.

Sedangkan Chika, sehabis meminum tehnya dia tiba-tiba merasa pusing.

Sakit kepalanya semakin menjadi-jadi, karena tidak tahan lagi dia memilih untuk kembali ke kamarnya.

Chika melangkah terhuyung-huyung, pandangannya mengabur. Setibanya di depan kamar miliknya keningnya terlipat dan wajahnya menampakkan kebingungan.

"Vion?" Chika bersuara dengan lemah, dia merasa seluruh tulangnya akan lepas dari sendi-sendinya.

Vion yang berdiri di depan pintu kamar Chika tersenyum miring, dia berjalan pelan mendekat ke arah Chika.

"Lama tidak ketemu" Sapa Vion dengan suara tertahan.

"Tidak ada yang ingin bertemu denganmu! Minggir!" Chika mendorong tubuh Vion agar menjauh darinya.

Akan tetapi tubuhnya yang lemah secara tiba-tiba tidak mampu menggeser posisi Vion.

"Chika...jangan membuatku marah, apa kamu tidak merasa dingin? Ayo aku akan membawamu kembali ke kamarmu" Vion meraih pundak telanjang Chika.

Merasakan tangan kasar Vion di pundaknya, Chika berjalan menjauh.

Vion yang merasakan penolakan Chika terhadapnya sama sekali tidak marah, dia malah berjalan mengikuti Chika dari arah belakang.

Chika membuka pintu kamarnya lemah, kepalanya yang semakin sakit dan rasa pusing yang melandanya membuat dia kehilangan kesadaran.

Vion yang melihat itu bergegas kedepan dan meraih tubuh Chika.

"Malam ini dan seterusnya kamu akan menjadi milikku..."

Vion membopong Chika dan membaringkannya di atas kasur yang empuk. Dia kemudian membuka seluruh pakaiannya dan tidak menyisakan apapun, begitupun dengan Chika.

Jari-jari Vion membuka gaun Chika dengan lihai, salivanya naik turun saat melihat tubuh putih mulus Chika yang tidak tertutupi apapun.

Chika yang tidak sadar hanya mengeryitkan dahi saat merasakan sesuatu memasuki tubuhnya. Malam itu dia bermimpi banyak.....











•••











Ara, Shani dan Kenzo akhirnya berpisah.

Shani yang tidak ingin mengganggu Ara dan Kenzo memilih untuk berjalan-jalan ke taman terdekat.

Sedangkan Ara dan Kenzo keduanya naik mobil menuju rumah sakit.

Tiga puluh menit kemudian keduanya akhirnya tiba di rumah sakit.

Setelah memarkirkan mobil, Kenzo dan Ara beriringan menuju lantai tiga rumah sakit.

Suasana rumah sakit saat ini sangat sepi, hanya ada beberapa dokter dan perawat yang berlalu-lalang.

Kenzo terus menuntun Ara menuju salah satu kamar VIP rumah sakit.

Keduanya berhenti setelah berada di depan pintu berwarna putih, di depan pintu terdapat seorang laki-laki berperawakan tinggi dan seluruh wajahnya di penuhi bulu.

"Tuan muda..." Pria tersebut bergegas maju dan menundukkan kepala sopan ke arah Kenzo.

"Paman Stanley apa kabar?" Kenzo balik menyapa.

Ara yang tidak tahu harus berkata apa hanya diam.

"Apakah dia nona muda?" Tn.Stanley bertanya sambil mengamati Ara dari atas hingga bawah.

Kenzo mengangguk sambil tersenyum, dia menarik Ara kedepan.

"Namanya Ara....Ara kenalkan dia paman Stanley tangan kanan kakek"

Ara menunduk sedikit dengan sopan.

Melihat sikap rendah hati nona mudanya Tn.Stanley merasa hangat didalam.

"Tuan besar sudah menunggu daritadi, sebaiknya kalian masuk sekarang"

Baik Kenzo dan Ara, keduanya mengangguk paham dan berjalan masuk ke dalam kamar.

Sedangkan Tn.Stanley dia tetap berjaga di luar dan  mengamati sekitar.

Kenzo dan Ara berjalan masuk, keduanya berhenti saat melihat seorang laki-laki tua duduk di kursi roda dan menatap mereka cemas.

Mata laki-laki tua tersebut memanas saat melihat Ara yang berjalan masuk ke dalam kamar.

"A-apakah dia Ara?"

Kenzo mengangguk, sekali lagi dia mendorong Ara kedepan agar lebih dekat dengan laki-laki tua tersebut.

"Halo kakek..." Sapa Ara ramah.

Mendengar suara Ara yang lembut tetapi membawa kehangatan laki-laki tua yang duduk di kursi roda tidak bisa menahan tangisnya.

"Kakek jangan menangis, atau aku akan pulang" Ancam Ara, dia kemudian berpura-pura akan pergi.

"Jangan! Aku tidak menangis lagi, tidak lagi..."

Karena takut cucunya akan pergi, laki-laki tua dengan cepat menghapus air matanya dan berusaha menahan tangisnya.

Dia hanya merasa terharu dan bersalah di saat yang bersamaan. Ketika melihat Ara bayangan anak angkatnya melintas di benaknya. Mereka berdua sangat mirip.

"Ara, jangan menakuti kakek" Kenzo ikut maju dan menepuk pundak kakeknya.

Ara tersenyum kikuk, dia hanya bercanda oke!

Karena baru bertemu untuk yang pertama kalinya Kenzo sedikit demi sedikit memperkenalkan kakeknya kepada Ara.

Dari cerita Kenzo, Ara akhirnya tahu jika kakeknya yang bernama Ben adalah seorang pengusaha di beberapa bidang. Dia merupakan pengusaha terkaya nomor satu di kota tersebut.

"Kakek sekaya itu?" Ara tampak tidak percaya.

"Tentu saja kakek sekaya itu..." Tn.Ben berkata dengan bangga.

"Keren!!!" Ara tanpa sadar memekik, akan tetapi detik berikutnya dia menutup mulutnya sendiri.

Tn.Ben dan Kenzo tertawa melihat tingkahnya yang menggemaskan.

Melihat kakek dan kakaknya yang tertawa karena tingkah konyolnya Ara akhirnya ikut tertawa.

"Kalian berdua mengobrol dulu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan paman Stanley"

Kenzo berjalan keluar dan meninggalkan Tn.Ben serta Ara.

Sugar Mommy (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang