Chika tidak bisa lagi menahan tubuhnya sendiri, dia sama sekali tidak peduli siapa gadis muda di depannya dan terus melumat bibir tipisnya.
Chika tidak mahir berciuman, jadi butuh beberapa saat sebelum akhirnya dia terbiasa.
Gadis muda yang bibirnya di cium dengan keras oleh Chika berusaha memberontak, akan tetapi Chika semakin menekannya. Keduanya berputar di dalam ruangan dengan bibir yang masih menyatu.
Chika tersentak kaget ketika merasakan bibirnya digigit, rasa asin dan amis dengan cepat menjalar di rongga mulutnya. Chika yang merasakan sakit melepaskan ciumannya, alisnya menyatu ketika melihat gadis muda di depannya menggunakan ekspresi keberatan.
"Loe gila!" Bentak gadis muda tersebut.
Chika berusaha menahan panas di tubuhnya, wajahnya saat ini semakin memerah.
"Maaf, gue cuman ngerasa-"
"Loe di bius" Potong gadis muda tersebut sambil melap bibirnya yang bengkak dan merah.
Chika yang mendengar itu tampaknya sadar, akan tetapi tetap saja tubuhnya minta lebih.
"Gue Chika,hemmm..."
Entah apa yang ada dipikiran Chika, akan tetapi dia sekarang butuh pelampiasan. Jika benar Vion memberinya obat, maka dia harus menjauh darinya.
"Nama gue Ara, adik pemilik bar ini"
Gadis muda di depan Chika memperkenalkan diri.
Ara yang melihat wajah Chika semakin memerah dan gerakannya yang gelisah tersenyum miring. Melihat wanita cantik di depannya yang tidak berdaya dia sedikit terhibur, dia bahkan lupa jika Chika telah merenggut ciuman pertamanya.
Chika menggelengkan kepalanya, dia meraih Ara dan kembali menciumnya.
Ara memegang pinggang Chika berusaha menolaknya, akan tetapi dia tetap tidak bisa mengimbangi gerakan Chika yang lebih tua beberapa tahun darinya.
Bibir keduanya kembali menyatu, Ara dapat mencium aroma rose dari tubuh Chika dan dia merasa nyaman. Merasakan bibir lembut Chika yang manis dia akhirnya tidak menolak lagi. Keduanya semakin intens berciuman, karena takut ketahuan Ara menarik Chika ke belakang pintu.
Suara pintu di kunci dari dalam terdengar pelan.
Tubuh panas Chika bergesekan dengan tubuh Ara. Suara ciuman dari mereka berdua semakin nyaring, membuat Ara merasakan perasaan aneh.
Ara mendorong tubuh Chika dan menekannya di sofa, seluruh tubuh Chika berada di bawahnya. Ciuman keduanya semakin intens, Chika yang terbawa suasana dan juga tubuhnya yang dalam pengaruh obat meraih apapun yang bisa dia gapai.
Setelah beberapa saat berciuman keduanya saling melepaskan, mata hitam Ara menatap manik mata Chika.
"Please...."
Melihat Chika yang memohon dengan pupil matanya yang membesar, Ara menghela nafas panjang.
"Gue belum pernah, dan lagi kita berdua cewek"
"Justru gue butuh cewek, gue gak pernah suka cowok" Balas Chika mantap, dia kemudian bangkit dan mendorong tubuh Ara ke sofa.
Chika kembali melumat bibir Ara akan tetapi kali ini tangannya ikut mengeryangi seluruh tubuh Ara.
Ara yang hanya memakai gaun selutut tampak pasrah ketika tangan Chika menyusup masuk dan mengelus perutnya. Ara gemetar karena gairahnya yang tiba-tiba, tangannya yang tadi mengepal naik ke tengkuk Chika dan menekannya agar ciuman mereka semakin dalam.
Chika membuka mulutnya ketika bibir Ara menyapu seluruh bibir dan rongga mulutnya, lidah mereka saling melilit. Tangan Chika yang sejak tadi bermain di perut Ara bergerak untuk membuka gaunnya sendiri dan menanggalkan semua yang dia pakai. Setelah gaunnya terlepas dia membuangnya asal.
Telapak tangan Ara yang merasakan kulit lembut Chika menari-nari dan meremas bagian-bagian tubuh Chika.
Tubuh Chika yang setengah telanjang terasa panas, Ara yang juga mulai merasakan panas membuka gaunnya sendiri hingga polos. Keduanya saling berpandangan kemudian tersenyum lembut.
Chika menundukkan pandangannya ke arah leher Ara, dengan gerakan sensual dia melumat dan mengigit bibir Ara. Ciuman Chika yang penuh gairah membuat Ara melenguh pelan, karena tidak ingin kalah Ara kemudian meraih benda kenyal di dada Chika.
Chika melumat kencang leher Ara ketika merasakan remasan di dadanya, matanya terpejam menikmati permainan Ara.
"Jangan di sini..."
Ara menghentikan gerakannya, dia lalu bangkit dan menggandeng Chika memasuki sebuah ruangan yang berada di balik lemari buku.
Di dalam ruangan tersebut terdapat kamar pribadi.
Saat mereka berjalan di dalam Chika tiba-tiba mendorong Ara ke kasur dan menekannya, dia kembali bermain dengan leher jenjang Ara.
Ara terkejut tetapi tidak melepaskan ciuman Chika, dia hanya melenguh pelan dan menutup matanya untuk menikmati sensasi nikmat yang dirasakannya.
Keduanya semakin kehilangan kendali, Chika semakin ganas menciumi tubuh Ara. Bibirnya yang semerah cerry perlahan turun di dada Ara, dia kemudian memainkan lidahnya di sana.
"Eghhhh..." Ara melenguh kencang ketika lidah Chika bermain di puncak dadanya.
Ini adalah pertama kalinya orang lain menyentuh dadanya dan dia merasa nikmat.
Setelah beberapa saat Chika bermain di tubuh Ara, dia menghentikan gerakannya dan menatap Ara. Wajahnya yang merah terlihat menggairahkan.
Ara yang tahu keinginan Chika yang duduk di atasnya tersipu malu, akan tetapi dia tetap mengangkat tangannya dan memainkan dada Chika.
Karena gerakannya yang terbatas Ara membaringkan tubuh Chika dan kini tubuhnya yang berada di atas Chika.
Melihat tubuh polos Chika yang seputih salju Ara menghela nafas panjang, dia lalu memajukkan wajahnya ke leher Chika.
Wajah Chika mendongak ke atas ketika lidah Ara bermain di lehernya.
"Sshhh....ahhh" Chika mendesah hebat saat merasakan ciuman Ara dan sebuah remasan di dadanya.
Ara yang mendengar desahan Chika semakin bersemangat, dia lalu beralih ke dada Chika dan memainkannya.
"Ahhh...ahhhhh"
Ara semakin meremas dan menjilati dada Chika ketika mendengar desahan Chika yang semakin intens. Tangan kanannya yang telah puas bermain di dada Chika kemudian beralih turun dan berhenti tepat dipangkal paha Chika.
Tubuh Chika menegang ketika merasakan jari-jari lentik Ara bermain di inti tubuhnya, matanya yang sayu menatap ke arah Ara.
Melihat mata cokelat Chika, Ara semakin berani. Dia lalu memasukkan jari tengahnya ke dalam tubuh Chika.
"Shhh...pelannn...pelannhhh..."
Chika mendesah dan meringis di saat yang bersamaan ketika merasakan bagian bawahnya terasa penuh.
Ara yang mendengar itu memajukan bibirnya dan mencium Chika, keduanya kembali berciuman dengan hebat. Jari Ara yang semula diam kini kembali bergerak dan membuat Chika mendesah kuat di balik ciuman mereka.
Chika membuka kedua pahanya lebar-lebar ketika merasakan sakit dan nikmat di saat yang bersamaan. Tubuhnya yang sejak tadi terbakar perlahan menurun ketika merasakan jari Ara keluar masuk.
Ara yang gemas dengan tubuh Chika semakin mempercepat gerakan jarinya dan menimbulkan bunyi yang ambigu.
Chika meremas lengan Ara ketika merasakan dorongan kuat dari dalam tubuhnya.
"Hhmmm...ahhhhhhh"
Chika mendesah panjang bersamaan dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Setelah beberapa saat dia melepaskan ciumannya di bibir Ara dan menghirup nafas.
Ara yang tahu jika Chika sudah mencapai puncaknya mengeluarkan jarinya, alis kanannya terangkat ketika melihat cairan bening yang diikuti oleh darah.
"Loe masih perawan?"