Hamparan awan putih dan langit yang biru tergambar jelas di luar jendela pesawat.
Pandangan Ara tertuju ke awan putih di luar, meski terlihat menyendiri dan terasing tangannya tetap sigap menggenggam jemari Chika yang hangat.
Chika yang merasa jauh lebih baik setelah tidur cukup lama menatap wajah samping Ara.
"Ada apa?" Chika bertanya pelan, dia tampak bingung ketika Ara tiba-tiba mengerutkan keningnya.
Ara tersenyum kemudian berbalik menatap kearah Chika. Genggamannya ditangan Chika semakin erat.
"Gakpapa, cuman gugup aja" Jawab Ara kemudian.
"Gugup kenapa?"
"Gak tau"
Ara kembali menatap kearah jendela, tangannya yang semula menggenggam jari lembut Chika kini beralih memeluk pundak Chika.
Meski sedikit kesusahan tetapi keduanya tetap seperti itu hingga pesawat mendarat dengan tenang.
Ara dan Chika menarik koper mereka masing-masing menuju parkiran.
Di sana seorang supir telah menunggu mereka.
Dengan gerakan lugas Ara membuka pintu mobil belakang dan memberi isyarat agar Chika masuk lebih dulu.
Melihat tingkah manis Ara, Chika memasang senyum manisnya.
Sepanjang perjalanan keduanya tetap diam, pandangan Ara terpaku pada jalanan di luar jendela.
"Kamu kenapa?" Tanya Chika sedikit bingung, entah mengapa dia merasa ada yang aneh dengan tingkah laku Ara hari ini. Tapi dia tidak tahu apa?
"Aku lagi mikir" Jawab Ara tanpa melihat ke arah Chika, tatapannya masih fokus ke arah luar.
"Mikir apa?"
"Kamu...gak bakal ninggalin aku lagi kan?" Kali ini Ara berbalik dan menatap Chika dalam-dalam.
Di wajahnya tergambar jelas ketakutan yang dia rasakan.
Chika mengangguk pasti, dia kemudian menarik Ara mendekat ke arahnya.
Cup!
Sebuah ciuman yang lembut tetapi singkat hinggap di bibir Ara.
Jantung Ara berdetak lebih kencang saat bibir Chika sedikit menjauh.
"Aku sayang kamu..." Lirih Ara, dia kembali mencium bibir Chika tetapi kali ini dengan sedikit keras.
Chika yang merasakan ciuman keras dari Ara meringis, meski begitu dia sama sekali tidak melepaskan ciuman Ara dan memilih untuk menikmatinya.
Setelah beberapa menit, Ara akhirnya melepaskan ciumannya. Ketika melihat bibir Chika yang bengkak dia menjadi panik.
"Sakit yah? Maaf..."
Ibu jari Ara mengelus bibir bawah Chika, matanya yang bening fokus menatap wajah cantik di depannya.
"Kamu kenapa manis gini" Ucap Chika spontan.
Mendengar itu Ara tertawa kecil, matanya dengan cepat membentuk bulan sabit dan itu membuat Chika semakin jatuh hati.
•••
Hari ini, Shani yang kembali bekerja tidak tahu harus tertawa atau menangis.
Kemanapun dia melangkah beberapa karyawan akan menahannya dan bertanya banyak hal kepadanya.
Seperti kali ini seorang karyawan wanita menahannya ketika keluar dari toilet.