Fiony terdiam mendengar ucapan Ara. Hatinya tidak dapat berdusta, jika ini adalah kesempatan yang dia inginkan akan tetapi dia tahu jauh di dasar hati Ara ada sebuah nama yang tidak akan bisa hilang.
"Lalu dia bagaimana?" Tanya Fiony pelan.
Ara yang tahu maksud dari 'dia' memasang senyum tanpa daya.
"Dia, dia bakal punya keluarga normal sesuai yang dia mau" Jawab Ara kemudian, dadanya tiba-tiba terasa sesak.
Dia kembali mengingat ucapannya kepada Vion.
"Jika Chika benar-benar hamil dan dia memilih mempertahankan kandungannya berarti kamu menang, aku yang akan pergi. Tapi jika ternyata tidak, maka kamu harus menjauh"
Ara mengepalkan tinjunya, matanya mulai berkabut. Dia kemudian menengadah dan menatap langit-langit ruangan berharap air matanya kembali masuk.
Fiony yang melihat ekspresi terluka Ara pelan-pelan meraih kepala Ara dan menyenderkannya di pundaknya sendiri.
"Nangis aja gakpapa kok" Lirih Fiony yang masih dapat di dengar oleh Ara.
Mendengar itu tangis Ara pecah, bahunya bergetar dan isakannya terdengar di seluruh ruangan.
Papa Fiony yang sama sekali tidak tahu ada apa, memilih untuk meninggalkan ruangan tersebut. Saat berada di luar apartemen Fiony dia diam-diam menghubungi Tn.Ben dan memberitahu rencana Ara yang akan menikahi Fiony.
Diseberang Tn.Ben sedikit bingung, tetapi karena ini adalah keinginan cucunya maka dia akan dengan senang hati melakukannya.
Ara terus menangis tanpa henti dan Fiony dengan sabar menghiburnya. Banyak kalimat-kalimat penghibur yang Fiony keluarkan, dia tahu jika semua kalimatnya tidak benar-benar menenangkan Ara akan tetapi hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.
Berkali-kali Ara berusaha menahan tangisnya, akan tetapi setiap mengingat wajah Chika dan mata cokelat miliknya tangis Ara semakin kuat.
"Gakpapa...nangis aja sepuasnya" Ucap Fiony sambil memeluk Ara dengan erat.
Fiony menepuk punggung Ara pelan, dia berusaha mengtransfer energinya ke dalam tubuh Ara.
Dua hari kemudian.
Ara yang mengatakan akan menikahi Fiony benar-benar membuktikan ucapannya.
Saat ini dia dan Fiony yang sama-sama memakai gaun putih saling berhadapan.
Keduanya memasang senyum bahagia.
Pernikahan yang mereka gelar sama sekali tidak meriah, mereka berdua hanya mengundang keluarga inti saja.
Setelah sah, Ara mengajak Fiony untuk berkenalan dengan keluarganya.
"Fio, kenalin ini kakek..." Ara mulai memperkenalkan keluarganya satu persatu.
"Ini abang aku, Kenzo"
"Ini papa aku dan istrinya"
"Dan ini dia saudara tiriku, Gracia"
Fiony menyapa mereka satu persatu. Ada banyak senyum yang penuh teka-teki di wajah mereka semua.
Kenzo tidak tahu harus bersorak atau menangis. Dia kembali mengingat kontraknya dengan Torres Group serta Christy yang mogok makan saat tahu Ara akan menikah.
Sedangkan Gracia, wajahnya di tekuk sedemikian rupa. Pernikahan Ara adalah impiannya dengan Shani, akan tetapi sekretarisnya itu seperti orang yang menderita cacar yang siap menjauhinya kapan saja.
"Setelah ini apa rencana kalian?" Tn.Ben akhirnya membuka suara.
Ara menggenggam tangan Fiony kemudian memasang senyum tulus.
"Aku dan Fiony mau membangun bisnis sendiri tetapi di luar negeri, tepatny di paris" Jawab Ara, di sampingnya Fiony mengangguk mengiyakan.
Tn.Ben tampak berpikir kemudian berdehem setuju.
"Sebenarnya bukan cuma itu" Ucap Fiony, semua mata memandang kearahnya.
"Ada lagi?" Tanya Tn.Allan penasaran.
Ara dan Fiony sekali lagi saling bertatapan. Genggaman keduanya semakin erat.
"Kami akan melakukan bayi tabung" Jawab Ara yakin.
Suasana seketika berubah hening, tidak ada gerakan sama sekali. Bahkan keluarga Fiony yang tadi diam semakin terdiam mendengar itu.
"Bba-bagaimana caranya?" Tanya Ny.Alise bingung.
"Ini semua berkat bang Kenzo, dia punya teman dokter yang bisa membuat embrio Ara menjadi sperma dan kita berdua bisa punya anak biologis sendiri" Kali ini Fiony yang menjawab, wajahnya bercahaya ketika mengatakan itu semua.
Kerutan dengan cepat muncul di wajah semua orang. Mereka sedikit tidak yakin tentang hal tersebut.
"Kalau begitu saat kalian kembali nanti, sudah harus ada cucu yang matanya mirip Fiony dan senyumnya mirip Ara" Celetuk Tn.Ben, suaranya tidak bisa menyembunyikan rasa senang.
Ara dan Fiony baru menikah sejam yang lalu tetapi tangannya sudah gatal untuk menggendong cicitnya yang gemuk dan lembut.
Tawa semua orang meledak melihat tingkah Tn.Ben.
•••
Aroma obat yang sangat kental tercium di kamar rumah sakit.
Diatas tempat tidur terdapat sosok Chika dengan wajah pucatnya. Dan di sampingnya Tn.Torres menatapnya dengan tatapan sendu.
"Bayi kecilku yang malang" Gumam Tn.Torres sedih.
Sehari yang lalu saat dia tiba, dengan bantuan Tn.Harres dia mencari Ara hanya untuk mengetahui jika hari ini Ara telah menikah.
Dia merasa semuanya terjadi begitu cepat, kakinya bahkan tidak benar-benar menapak ke tanah ketika semuanya terjadi.
Ceklek!!!
Pintu kamar terbuka, Tn.Torres menoleh ke arah pintu.
Pupil matanya tiba-tiba membesar saat tahu siapa yang datang.
"Bajingan!" Desis Tn.Torres sambil berlari kearah pintu.
Bugkkk!!!
Tinju Tn.Torres melayang ke wajah pria di depannya.
"Bagaimana bisa kamu melakukan itu ke putriku!" Desis Tn.Torres dengan tinjunya yang terus menerus melayang.
Vion yang semula datang ingin berdamai benar-benar tidak siap dengan pukulan di wajahnya. Dalam sekejap seluruh permukaan wajahnya berubah jadi biru.
"Beraninya kamu menghamili putriku yang suci" Tn.Torres meraung marah.
"Pa tenang, itu sakit" Vion mulai mengelak dengan tinju Tn.Torres.
"Pa? Siapa papamu!"
Tn.Torres meraih kerah baju Vion dan menyeretnya keluar dari kamar kemudian melemparnya asal.
Viony meringis saat merasakan beberapa bagian di tubuhnya sakit, dengan sekuat tenaga dia berusaha bangkit dan berdiri.
"Chika sudah hamil dan anak yang di kandungnya adalah anakku, jadi tolong bersikap baik kepadaku!" Kesal Vion.
Dada Tn.Torres kembang-kempis mendengar perkataan Vion, wajahnya menggelap laksana awan mendung. Sekali lagi dia ingin meninju Vion akan tetapi Tn.Harres yang baru saja tiba segera menahannya.
"Tuan jangan gegabah"
"Bagaimana bisa aku tidak gegabah! Bajingan sialan ini menghamili putriku! Apa kamu pikir aku akan sudi menerima anaknya sebagai cucuku!?" Tn.Torres berkata marah, matanya memerah seketika.
Tn.Harres menarik Tn.Torres sedikit menjauh dari Vion.
"Nona tidak hamil, jangan marah dulu"
"Apa maksudmu? Chika tidak hamil?"