Yona yang ingin keluar seketika menutup pintu, dia kemudian berbalik dan mendekat kembali ke arah Chika.
"Ssttt, ada Ara. Dia udah jalan ke sini, kalau masih gak sanggup ngasih tau dia diam sekarang!" Yona cepat-cepat memperingatkan Chika.
Mendengar perkataan Yona, Chika menyeka air matanya dengan cepat. Tidak lupa kertas medis miliknya dia sembunyikan di bawah bantal.
Ceklek!!!
Pintu kamar terbuka seketika menampilkan wajah khawatir Ara, di tanganya terdapat bingkisan yang mengeluarkan aroma harum makanan.
Senyum Ara terangkat saat melihat Chika yang duduk.
"Udah bangun?" Ara berjalan mendekat.
Ketika melihat wajah pucat dan sembab Chika alis kanannya terangkat.
"Kamu kenapa? Habis nangis?" Tanya Ara panik, matanya memicing ke arah Yona.
Mendapati tatapan menyelidik Ara, Yona meringis.
"Jangan salahin aku, pacar kamu gak suka di suntik jadi nangis" Ucap Yona, matanya berkedut ketika mengucapkan kebohongan tersebut.
"Yaaa Tuhan dosa yang ini jangan dicatet" Pinta Yona dalam hati.
Ara menggeleng geli ketika tahu jika Chika takut dengan jarum suntik.
"Aku gakpapa kok, jadi gak perlu di suntik" Kata Chika menyakinkan, dia memasang senyum terbaiknya.
Meski begitu wajahnya yang pucat tidak dapat menutupi itu.
"Emang gakpapa dia gak di suntik?" Tanya Ara ke Yona.
Yona tampak berpikir sejenak, dia terlihat serius. Akan tetapi jauh di dalam hatinya dia sedang merutuki dirinya sendiri yang akan berbohong kembali.
"Gak perlu, tapi karena kondisi Chika sedikit istimewa dia harus banyak istirahat. Jangan lupa pola makan dan tidurnya di jaga, jangan biarin dia beraktifitas berat untuk beberapa minggu ini" Jawab Yona kemudian.
Kata-katanya sedikit mencurigakan, dan mata Chika sudah melotot tanpa daya. Tetapi Ara yang dari awal hingga akhir hanya memperhatikan kesehatan Chika tidak menyadari sama sekali jawaban ambigu Yona.
Kepala Ara mengangguk paham mendengar itu, diam-diam dia mengingat semua yang Yona ucapkan.
"Chika boleh pulang sekarang, biarin dia istirahat di rumah. Gak usah bayar" Sambung Yona.
Setelah berbasa-basi sedikit Yona akhirnya pamit.
Sepeninggal Yona, Chika tiba-tiba meraih pinggang Ara dan memeluknya erat. Wajah pucatnya terbenam di dada Ara.
"Kenapa?"
"Pusing..."
"Makan dulu yuk! Aku abis beli bubur"
Chika menggeleng lemah, dia sama sekali tidak lapar sekarang. Yang ingin dia lakukan adalah kembali ke rumah dan menghabiskan banyak waktu dengan Ara.
"Aku mau pulang..."
"Iya nanti kita pulang"
"Sekarang Araaa"
•••
Shani menatap pintu tebal di depannya, didekapannya terdapat beberapa dokumen tebal. Dia tahu jika pemilik ruangan tersebut tidak ada, tetapi tetap saja dia enggan untuk melangkah masuk.
"Loh Shan kok berdiri di sini?" Seorang karyawan laki-laki mendekati Shani.
Shani tersenyum kikuk. Dia tidak mungkin mengatakan jika dirinya sedang menghindari Gracia bukan?