Ara dan Shani akhirnya keluar dari dalam lift, keduanya beriringan menuju apartemen Ara.
Saat di depan pintu Ara tiba-tiba berhenti dan menatap Shani, sia sedikit malu.
"Baru pindahan, jadi ruangannya berantakan" Ucap Ara.
Shani tersenyum tipis, dia mengangguk paham.
Ara kemudian memasukkan kunci dan memutar knop pintu.
"Silahkan masuk..." Ara membuka pintu lebar-lebar, dan mempersilahkan Shani untuk masuk ke dalam
Shani kemudian berjalan masuk dan di susul Ara.
Melihat ruang di dalamnya yang di penuhi beberapa kardus dan barang-barang yang berserakan Shani menggelengkan kepalanya.
"Kamu beresin ini aja, biar aku masak. Dapurnya dimana? Di sana?" Shani menunjuk ruangan lain yang tanpa pintu, Ara mengangguk.
"Gak usah ikut, beresin ini aja" Shani menahan tubuh Ara yang ingin mengikutinya masuk ke dalam dapur.
"Tapi..."
"Gakpapa kok"
"Kalo gitu maaf udah bikin repot"
"Gak sama sekali"
Shani akhirnya berjalan ke arah dapur, Ara yang tidak memiliki aktifitas lain memilih mengikuti ucapan Shani dan menyusun beberapa barang-barangnya.
Ara dengan cepat banjir keringat, karena lelah dia terduduk lemas si sofa dan memejamkan matanya.
Sedangkan Shani yang sejak tadi berkutat di dapur sedang menyiapkan beberapa piring makanan di atas meja makan. Karena hanya Ara yang akan makan dia tidak menyiapkan banyak makanan.
Setelah selesai dia berjalan keluar, alisnya berkerut saat melihat Ara yang bersender di kepala sofa dengan mata tertutup.
"Araaa...." Panggil Shani pelan, takut mengganggu Ara.
Ara yang mendengar suara lembut Shani memanggilnya membuka mata.
"Makanannya udah siap, aku pulang dulu"
"Kok pulang?" Tanya Ara sambil bangkit dari duduknya.
"Kenapa gak ikut makan aja, kalo makan sendiri gak selera" Sambungnya.
Shani tampak berpikir kemudian menggeleng lemah.
"Maaf yah, tapi aku masih ada urusan lain. Ohhh apartemenku tepat di ujung lorong kalau kamu butuh teman cerita ke sana aja"
Ara memajukan bibirnya mendengar itu, Shani tersenyum gemas melihat ekspresi Ara. Tangannya kemudian terangkat dan mencubit pipi Ara kemudian melap kening Ara yang berkeringat dengan telapak tangannya.
"Jangan lupa mandi yahhh..."
Ara masih diam di tempatnya bahkan setelah Shani pergi.
Beberapa detik kemudian dia kembali sadar, karena sudah lapar dia melangkah menuju meja makan. Saat melihat beberapa piring makanan di atas meja perutnya tiba-tiba berbunyi.
Tidak menunggu lama lagi, Ara duduk dan menyantap semuanya. Seluruh piring yang berisi masakan Shani habis dalam beberapa menit.
Ara menyenderkan punggungnya saat merasakan perutnya terlalu kenyang, wajahnya terlihat puas setelah selesai menyantap makanan Shani.
Karena malam ini dia akan ke rumah sakit dan bertemu kakek kandungnya, dia akhirnya beranjak dan ke kamarnya untuk mandi dan bersiap.
Beberapa jam kemudian Kenzo kembali dengan kantong makanan di tangannya, saat akan menyiapkan makanan yang di bawanya dia terdiam.
Ada beberapa piring bekas makanan di atas meja, dia tahu jika Ara bisa memasak akan tetapi hanya satu atau dua menu saja. Sedangkan di atas meja ada lebih dari dua piring menu dan semuanya telah habis.
"Udah pulang?" Ara tiba-tiba telah berdiri di belakang Kenzo dengan pakaian kasualnya.
Kenzo berbalik dan tersenyum lirih, dia mengangkat kantong makanan di tangannya kemudian kembali menatap ke arah piring di atas meja.
"Kamu masak sendiri? Sebanyak itu?"
"Gak, bukan aku. Itu Shani yang masak, di tetangga kita"
Kenzo ber-OH ria mendengar jawaban Ara.
"Kamu udah siap?" Tanya Kenzo sekali lagi, Ara hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya.
"Kalau begitu ayo berangkat!" Kenzo mengajak Ara pergi.
"Trus piring kotornya gimana?
"Tenang aja kakak udah nyewa art biar dia yang beresin besok"
Ara akhirnya mengikuti langkah Kenzo berjalan keluar dan menuju lift. Keduanya dengan tenang menunggu di depan lift.
Tiba-tiba seorang wanita ikut berdiri di belakang mereka berdua. Ara yang penasaran berbalik dan menatap wanita tersebut.
Ketika melihat senyum wanita di belakangnya Ara terdiam.
"Shani?" Tanya Ara tidak percaya.
Yaa, wanita yang berdiri di belakangnya adalah Shani. Akan tetapi dia benar-benar berbeda ketika berpakaian sederhana.
Saat ini Shani mengenakan celana jeans dan baju kaos yang longgar, rambut panjangnya dia ikat longgar menampilan fitur-fitur wajahnya yang lembut dan halus tanpa make-up.
"Kamu cantik kalau kayak gini" Puji Ara tulus, Shani tersenyum malu-malu mendengar pujian Ara.
Kenzo yang tidak tahu siapa Shani hanya berdiri di samping dan mengamati interaksi antara mereka berdua.
Ara yang mengingat ada Kenzo di antara dia dan Shani menepuk jidatnya kemudian menarik Kenzo ke depan.
"Kak kenalin ini Shani yang masakin aku, Shani kenalin ini kakak aku namanya Kenzo"
Baik Shani ataupun Kenzo keduanya saling menyapa.
Ting!!!
Suara pintu lift yang terbuka membuat mereka bertiga berhenti dan masuk ke dalam.
"Kamu mau kemana?" Tanya Shani penasaran.
"Ke rumah sakit, kamu sendiri mau kemana?" Tanya Ara balik.
"Cari pekerjaan.."
Ara tersentak kaget mendengar jawaban Shani.
"Maksudnya?"
"Kamu benar gak ada yang mau jadi pelacur termasuk aku, jadi aku ingin cari pekerjaan yang lain"
Shani memasang senyumnya yang cerah kepada Ara, sepulang dari apartemen Ara dia banyak berpikir. Dan malam ini dia memutuskan untuk mencari pekerjaan yang jauh lebih layak, meski gajinya tidak akan sebanyak saat dia melayani beberapa pria itu jauh lebih baik.
Dia juga akan menjawab Ara dengan bangga di masa depan jika Ara bertanya kepadanya apa pekerjaannya.
Melihat Shani yang antusias mencari pekerjaan baru Ara ikut tersenyum.
"Mau aku bantuin nyari?" Tawar Ara sambil menarik ujung kemeja Kenzo.
Kenzo yang tahu isi pikiran adiknya tersenyum masam.
"Betulkah? Boleh, aku bakal terima kerjaan apapun kok"
"Tunggu sampai besok kalau gitu..."
Kenzo menatap Ara frustasi, dia baru saja tiba di kota ini kemana dia harus mencarikan Shani pekerjaan yang layak. Jika dia mencarikannya pekerjaan yang asal-asalan, dia takut Ara akan mematahkan lengannya.
Berkali-kali Shani mengucapkan terima kasih ke Ara dan juga Kenzo.