Part 41

6K 696 12
                                    

Sepanjang perjalanan pulang Gracia dan supir yang duduk di depan sama-sama memasang wajah datar. Untuk sesaat mereka berdua berharap menjadi tuli sampai pasangan di belakang mereka menghilang.

Di kursi belakang kecupan Chika di leher Ara terdengar menggema, berkali-kali Ara berusaha menghentikan aksi agresif Chika tetapi hasilnya nihil.

Ara merasa beberapa hari terakhir Chika 'sedikit' lebih buas, meski kewalahan dia sebenarnya menyukai hal ini.

Setelah beberapa saat, mobil yang membawa mereka akhirnya tiba di depan bangunan tinggi yang menjulang.

"Stopppp" Ara menjauhkan kepala Chika, dengan helaan nafas dia turun dari mobil.

Chika ikut turun, wajahnya dihiasi senyum lebar yang menawan.

Sedangkan Gracia, wajahnya saat ini ditekuk. Matanya menatap Ara dan Chika bergantian.

"Dasar gak tau tempat..." Gerutunya sambil berlalu meninggalkan pasangannya tersebut.

Chika terkikik geli, dia kemudian menggandeng Ara dan ikut masuk.

"Lain kali jangan gitu"

"Kenapa jangan?"

"Kamu gak malu?" Ara bertanya balik, ketika melihat Chika menggeleng cepat dia memutar matanya kesal.

Keduanya terus berjalan dan berhenti di depan lift.

Ara dan Chika saling bertatapan saat melihat Gracia memegang tangan Shani, wajah keduanya terlihat tegang.

"Ada apa?" Chika yang penasaran membuka suara.

Baik Gracia ataupun Shani, keduanya tetap diam.

Chika tersenyum kikuk saat tidak satupun dari mereka berdua yang menjawab pertanyaannya.

"Ayo masuk..." Ara menarik Chika untuk masuk ke dalam lift dan meninggalkan Gracia serta Shani.

Setelah pintu lift tertutup Gracia akhirnya melepaskan pegangannya di pergelangan tangan Shani, dia mengernyitkan keningnya saat melihat kulit putih Shani sedikit merah.

"Aku tanya lagi, kenapa tadi tiba-tiba pergi?"

"Bukan urusanmu" Jawab Shani judes, pandangannya teralih ke tempat lain.

Gracia menghela nafas kesal, matanya menatap Shani tajam.

"Sebelum pergi harusnya kasih tau dulu, aku khawatir"

Shani membeku mendengar ucapan Gracia, tetapi mengingat ucapan Tn.Allan untuknya wajahnya berubah panas.

"Kamu kenapa?" Gracia bertanya dengan nada lembut, dia benar-benar ingin tahu isi kepala Shani sekarang.

Keduanya bertatapan selama beberapa detik, Shani yang tidak tahan lagi berbalik dan menekan angka di lift.

Ting!

Setelah pintu lift terbuka Shani masuk ke dalam dan disusul Gracia.

"Pertanyaan aku belum kamu jawab"

"Aku capek..."

"Capek?"

"Kamu kenapa sih!? Kenapa nanya terus?" Shani menekan suaranya, nafasnya tidak lagi beraturan.

"Aku cuma mau tau kamu kenapa?" Alis Gracia terangkat.

Dia merasa Shani sedikit berbeda sekarang, dan dia ingin tahu apa penyebabnya.

"Aku capek Ge..."

Shani tertunduk. Yah, dia benar-benar lelah saat ini dan pundaknya terasa sakit. Dia ingin menangis tetapi tidak tahu harus menangis untuk apa.

Gracia yang tidak tahu harus bereaksi seperti apa tetap diam hingga pintu lift kembali terbuka.

Shani melangkah ke depan, akan tetapi sekali lagi Gracia menahan pergelangan tangannya dan menarik dia masuk ke dalam lift.

"Ge-"

Gracia yang tidak ingin mendengar kata-kata dingin dari Shani bergegas memajukan wajahnya dan mencium bibir Shani lembut.

Tubuh Shani menegang saat merasakan bibir Gracia bermain di bibirnya. Ketika melihat Gracia yang memejamkan mata, dia tanpa sadar ikut memejamkan matanya.

Gracia merasa udara di sekitarnya menghilang dan diganti dengan perasaan manis yang mengambang.

Rasa manis dan lembut bibir Shani membuat dia tidak ingin berhenti. Semakin dia merasakan bibir Shani semakin dia menginginkan hal yang lebih.

Gracia mendorong pelan tubuh Shani ke arah dinding lift, takut Shani akan merasakan sakit dia dengan hati-hati meletakkan tangan kanannya dibelakang Shani sedangkan tangan kirinya memegang pinggang Shani posesif.

Jantung Shani berdetak kencang, ini bukanlah ciumannya yang pertama tetapi ciuman Gracia benar-benar membuatnya melayang.

Shani memiringkan wajahnya sedikit dan ikut melumat bibir Gracia, tangannya memeluk leher Gracia erat.

Keduanya saling menghisap dan menjilat cukup lama.

Lidah Gracia menyapu seluruh rongga mulut Shani. Saliva keduanya saling bertukar.

Setelah berciuman cukup lama Shani melepaskan ciumannya dan menahan wajah Gracia, matanya yang berkabut menatap Gracia.

Nafas Gracia sudah tidak beraturan, tatapannya berubah sayu.

"Kamu yang pertama...." Lirih Gracia, dan dia kembali melumat bibir Shani.

Keduanya kembali berciuman dan tidak peduli dengan pintu lift yang terbuka lalu tertutup sejak tadi.











•••











Di tempat yang berbeda, Ara dan Chika baru saja selesai mandi. Keduanya memakai piyama yang serasi dan sedang duduk menonton tv.

"Kamu suka kota ini?" Chika bertanya tetapi pandangannya sama sekali tidak beralih dari layar di depannya.

Ara sedikit berpikir kemudian mengangguk.

"Semua keluargaku ada di sini..." Jawab Ara kemudian.

Chika terdiam mendengar itu, dia kembali diam dan fokus menonton.

Ara yang duduk di samping Chika tersenyum tipis.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

4 detik...

5 detik...

Chika yang diam menghela nafas panjang dia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Ara.

"Kenapa hmmm?" Ara bertanya, alis kanannya terangkat.

"Aku harus balik, banyak pekerjaan di kantor. Tapi aku gak mau kita jauhan lagi...." Chika akhirnya membuka suara, mata cokelatnya menatap Ara penuh harap.

"Jadi?"

"Araaaaa...." Chika mencubit pinggang Ara gemas.

Ara meringis kecil saat merasakan cubitan Chika dipinggangnya.

"Sakit yah? Maaf..." Chika menatap Ara khawatir, dia dengan lembut mengusap pinggang Ara.

"Aku ingin ikut"

Gerakan Chika terhenti saat mendengar ucapan Ara.

"Tapi aku udah ngejual rumah bar dan juga kendaraan yang aku punya, aku juga gak kerja dan gak punya uang"

"Kamu kan punya aku, uang aku banyak. Rumah aku besar" Potong Chika.

"Hahaha..." Tawa Ara segera meledak.

Chika yang tahu jika Ara sedang mempermainkannya tampak kesal, dia yang malu bangkit dan berjalan ke arah kamar.

"BERCANDAAA" Ara yang melihat Chika berjalan ke arah kamar menjadi panik.

Dia kemudian mengejar Chika yang berada di dalam kamar.

Sugar Mommy (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang