Pagi hari...
Chika yang terbangun lebih awal dari Ara tersenyum tipis saat mendapati Ara yang masih tertidur di pelukannya, pelan-pelan dia memindahkan kepala Ara ke bantal.
Dia sedikit meringis saat merasakan lengannya yang kebas akibat dijadikan bantal oleh Ara semalam, meski begitu Chika tampak bahagia.
Mata cokelatnya mengamati Ara lekat-lekat, dia memandangi setiap inchi permukaan wajah Ara dan dengan sungguh-sungguh mengingatnya.
Karena takut dia akan melupakan wajah tertidur Ara dia meraih ponselnya dan memotret Ara yang tertidur, setelah selesai dia merapikan anak rambut Ara yang berserakan.
Detik berikutnya Chika mendekatkan wajahnya ke wajah Ara, bibirnya yang kering mengecup bibir Ara dalam-dalam.
Chika memejamkan matanya erat-erat saat bibirnya menyatu dengan bibir Ara, dadanya tiba-tiba terasa sesak sekarang.
Dan tanpa sadar butiran bening terjatuh begitu saja dari kelopak matanya yang tertutup.
Karena tidak ingin Ara terganggu, Chika melepaskan ciumannya. Matanya yang basah kembali memandangi wajah Ara yang tertidur pulas, setelah beberapa saat dia bangkit meraih tasnya di atas nakas mengeluarkan kredit card berwarna hitam serta catatan kecil setelahnya dia melangkah keluar.
Di depan rumah Ara sebuah mobil hitam dan Tn.Harres yang berdiri di samping mobil memasang wajah datar, jari-jari kekar Tn.Harres dengan sigap membuka pintu mobil belakang saat Chika berjalan semakin dekat ke arahnya.
Melihat wajah sembab Chika dia sedikit tertekan akan tetapi tetap diam dan tidak bersuara.
Chika yang merasakan sesak di hatinya memilih untuk masuk dan menutup pintu mobil sendiri.
Tn.Harres juga ikut membuka pintu mobil di kursi penumpang di samping sopir dengan suara rendah dia memberi intruksi ke sopir di sampingnya.
"Bandara, percepat!"
Saat mobil melaju perlahan, Chika menggigit bibir bawahnya dia tersenyum sinis dan berbalik menatap rumah milik Ara.
Dan ketika bayangan rumah Ara menghilang ditikungan dia kembali memperbaiki posisinya.
Suasana di dalam mobil terasa dingin dan hening, Chika mengigit bibir bawahnya dan menutup matanya. Bayangan Ara dengan cepat tergambar jelas di benaknya.
Beberapa detik kemudian Chika terisak kecil. Tidak ada gerakan lain, tidak ada suara lain. Hanya isakan Chika yang terdengar lirih.
Tn.Harres yang duduk di depan diam-diam menoleh, mata tuanya dengan cepat menangkap adegan di mana Chika tertunduk terisak dan punggungnya bergetar.
Kepedihannya dengan cepat tergambar, itu terlihat seolah-olah dunia Chika telah jatuh dalam keputusasaan.
Mata Tn.Harres memerah seketika saat melihat Chika yang tumbuh besar di bawah pengawasannya terisak pilu, meski begitu di wajah Chika masih jelas tergambar senyum dan cinta yang tersisa untuk Ara.
Dua puluh menit kemudian, mobil yang membawa Chika akhirnya tiba di bandara.
Tn.Harres turun lebih dulu dan membuka pintu untuk Chika.
Sebelum keluar dari mobil Chika memperbaiki riasannya dan memaksakan senyum tipisnya.
"Jika kamu tidak ingin pergi kita bisa membatalkannya" Ucap Tn.Harres matanya menatap Chika serius.
Chika menggeleng kecil mendengar itu.
"Hanya lima tahun gak lama, titip papa" Pinta Chika
Tn.Harres mengangguk dengan cepat mendengar permintaan Chika. Keduanya kemudian berpelukan dengan sangat erat.