Part 42

6K 657 76
                                    

Chika yang kesal berbaring di kasur, dia kemudian menarik selimut dan menutupi dirinya sendiri. Ketika mendengar derap langkah Ara, genggamannya di selimut semakin erat.

"Chik..." Ara duduk di sudut kasur, dia tersenyum tanpa daya saat melihat tubuh Chika yang terbungkus selimut.

"Udah tua juga, masih aja ngambekan" Lirih Ara yang masih bisa di dengar Chika.

"OHH AKU TUA?" Chika tiba-tiba membuka selimut dan bertanya dengan mimik wajah kesal.

Ara yang sadar jika dia salah bicara mendadak panik.

"Gak gitu, kamu meskipun tua-"

"TUH KAN!!!"

Ara semakin panik, dia tanpa sadar menepuk mulutnya sendiri.

"Nih mulut, maksud aku mau gimanapun kamu aku tetep suka kok" Ara meraih tangan Chika dan memasang senyum semanis mungkin.

"Gak mempan, lepasin!" Chika menepis tangan Ara, wajahnya ditekuk.

"Jangan marah, kan aku setuju buat ikut. Besok ijin ke bang Kenzo dan kakek dulu" Ucap Ara menangkan.

Chika yang mendengar itu tetap diam seribu bahasa dan memasang wajah kesal.

"Aku juga pengen kuliah"

"Serius?" Chika akhirnya membuka suara.

Ara tersenyum kecil, detik berikutnya dia mengangguk.

"Kenapa mendadak?"

"Biar aku ada kegiatan lain nantinya"

"Mau ngambil jurusan apa?"

"Masih mikir-mikir..." Jawab Ara enteng.

"Kamu....aku kan masih ngambek!" Chika buru-buru menarik selimutnya kembali dan berniat menutup tubuhnya akan tetapi Ara dengan sigap menahannya.

"Mau jalan-jalan gak?" Tawar Ara, berharap Chika akan berhenti marah.

"Kemana?"

"Pantai..."

"Tapi ini udah malem"

"Mau gak?" Tanya Ara memastikan.

Chika mengangguk enggan mendengar itu. Mendapat respon baik dari Chika, Ara menghela nafas lega.

Dia kemudian memajukan wajahnya berniat untuk mencium Chika.

"Hueekkk..." Chika mendorong Ara menjauh ketika merasakan perutnya yang bergejolak.

Cepat-cepat dia bangkit dan berrlari ke kamar mandi.

"Hueekkk..."

Ara yang melihat Chika muntah tetapi tidak mengeluarkan apapun menjadi panik, dengan sigap dia memijat tengkuk Chika.

"Hueekk..."

"Hueekk..."

Berkali-kali Chika muntah, dia merasa perutnya seperti teriris dan membuat dia merasa pusing.

"Raa aku kayaknya gak enak badan" Keluh Chika, wajahnya berubah pucat.

Ara dengan sigap membantunya bersih-bersih, kemudian dengan gerakan bridal dia membopong Chika dan membaringkannya ke kasur dengan hati-hati.

"Mau aku panggilin dokter?" Tanya Ara panik.

Chika menggeleng cepat, meski sedang pusing dia memaksakan diri untuk tersenyum.

"Aku kayaknya masuk angin, gakpapa kok"

"Yaudah kamu tidur, aku tungguin" Ara menarik selimut dan menutupi tubuh Chika hingga dada.

Sugar Mommy (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang