Selepas kegiatannya dan Vegas yang tidak sebentar. Pete dan Vegas turun menghampiri Macau dan Pol. Dihadapan kedua orang itu sudah terdapat begitu banyak bungkus makanan dan beberapa ice cream.
"Pete! Kenapa lama sekali?" Pol memandang Pete kesal, tapi pandangan itu berubah menjadi takut saat melihat orang dibelakang rekannya.
"Maaf membuat kalian menunggu, tadi Pete membantuku memperbaiki 'keran air' kamarku yang bocor, butuh waktu lama untuk memperbaikinya."
Pol menganggukkan kepala mendengar penjelasan Vegas, tapi matanya tertuju pada pakaian Pete yang sudah berganti menjadi kaos turtleneck. Seingatnya Pete tadi masih mengenakan kemeja yang sama sepertinya.
"Kenapa kau ganti baju?"
"Air dari keran yang aku perbaiki tiba-tiba 'menyemprot' ku, jadi bajuku basah."
Pete berusaha setenang mungkin menjawab pertanyaan Pol agar pria itu tidak curiga.
Dan ajaibnya Pol tidak menaruh curiga sama sekali, berbeda dengan Macau. Remaja itu menahan tawanya mati-matian.
Dia tahu betul tabiat kakaknya.
"Kalau begitu, ayo pulang. Aku lelah ingin tidur."
Pete mengajak Pol untuk kembali ke mobil mereka dan mengintai Vegas lagi sampai fajar menyingsing sebab Kinn memerintahkan mereka untuk mengawasi Vegas sampai pagi dan memastikan bahwa Vegas benar-benar pergi ke perusahaan. Tapi tangannya dicekal oleh Vegas.
"Kenapa buru-buru sekali? Ayo makan malam dulu."
Pete merotasikan matanya, sungguh ajakan klise.
"Sudah terlalu larut untuk makan malam Khun Vegas."
"Kalau begitu minum? Kalian mau minum?"
Pete seketika teringat saat mereka pertama kali tidur bersama. Saat itu Vegas juga menyuruhnya untuk minum.
"Ba-"
"Tidak terima kasih." Pete memotong ucapan Pol membuat pria itu melayangkan tatapan protes.
"Ayo cepat kembali ke mobil, kita harus mengintai Khun Vegas lagi, siapa tahu dia akan pergi menemui Porsche."
Pete masih terus mengajak Pol untuk kembali ke dalam mobil mereka dengan cara berbisik.
Tapi mereka tidak tahu saja bahwa Vegas memiliki telinga yang tajam sehingga Vegas bisa mendengar apa yang Pete bisikkan pada Pol.
'lucunya.' batin Vegas sambil tersenyum melihat tingkah Pete yang menurutnya imut.
"Kalau kalian ingin mengintai ku lagi, bukankah lebih baik menginap saja disini? Agar kalian bisa melihat dengan jelas pergerakan ku."
Pol dan Pete menegang. Kenapa Vegas bisa mendengar pembicaraan mereka? Padahal Pete berbicara dengan cara berbisik.
"Dan aku tidak akan pergi kemana-mana." Lanjut Vegas sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Pete, lalu berbisik. "Tapi kalau kamu mau pergi bersamaku aku akan sangat senang."
Kemudian tangan berotot Vegas meremas bokong Pete tanpa seorang pun tahu.
"Ahh. Eh. Ekhem, maksud anda apa Khun Vegas? Mana mungkin kami berani mengintai anda, kami hanya menjalankan tugas kami yang kebetulan kami di tugaskan di sekitar sini, ya kan Pol?"
Desah Pete diawal, tapi dia langsung berdehem agar Pol dan Macau tidak curiga. Pete berusaha untuk tetap tersenyum walau hatinya takut, sebab sudah dua kali dia ketahuan sedang mengintai putra sulung keluarga kedua itu.
"I-iya haha.. tentu saja kami tidak akan berani mengintai Khun Vegas." Pol tidak kalah takutnya dengan Pete. Saking takutnya Pol dahinya sampai dipenuhi keringat sebesar biji jagung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM [VEGASPETE]✓
Fanfictiontentang Pete yang bermimpi bahwa kelak di masa depan dia akan disekap dan di siksa oleh Vegas keponakan dari bos besarnya. semenjak dia mendapat mimpi itu, Pete selalu berusaha menghindari segala jenis pertemuan dengan Vegas. semakin dia menghindar...