Pete keluar dari taxi, lalu berjalan gontai menuju depan gerbang keluarga utama.
Dia terbatuk-batuk, karena menghirup asap tebal yang berasal dari dalam. Pete sampai ragu apakah benar ini kediaman keluarga utama atau bukan.
"Uhuk.. Uhuk.. Apakah aku memberikan alamat yang salah? Tapi seingatku memang tempatnya disini."
Pete melangkah memasuki gerbang dengan ragu, takut kalau dia salah memasuki rumah.
Sedangkan di dalam sedang kacau, asap mengebul di satu titik dan menyebar ke seluruh tempat.
"Huhuuu Pete," Tankhun membakar beberapa lembar uang, kemudian dia meracau tidak jelas seperti orang gila.
"Huhuu Pete, kenapa kau pergi secepat ini, tidak ada yang akan menemaniku menonton drama lagi."
Tankhun mengusap lelehan ingusnya, lalu melanjutkan perkataannya, "Arm sangat membosankan, sedangkan Pol kerjaannya hanya tidur. Hanya kau yang mengerti aku Pete."
Tankhun kembali meraung seperti orang gila, lalu dia berjalan menuju meja di dekatnya dan mengambil mobil mainan, kemudian meledakkannya di dalam api.
"Disana kau mungkin membutuhkan mobil, Pete," menyeka ingusnya, kemudian teringat sesuatu yang penting. Tankhun berjalan mengambil bensin.
"Mobil tidak akan bisa berjalan tanpa bensin, aku akan memberimu bensin," Tankhun menuangkan bensin ke dalam api hingga membuat api berkobar semakin heboh.
"Apakah otak kakakmu bermasalah? Bisa-bisanya uhuk.. Dia menuangkan bensin ke dalam api."
Porsche menggerutu kesal sambil terbatuk-batuk. Di sampingnya, Kinn juga tidak jauh berbeda dengannya. Pria itu terbatuk-batuk seperti kakek-kakek berusia enam puluh tahun.
"Hey, bajingan! Uhuk.. Berhenti! Apakah kau mau membakar seisi rumah?" Teriak marah Kim sambil terbatuk, di belakangnya ada Porchay yang juga terbatuk-batuk.
"Diam brengsek! Kau tidak tahu apa yang aku rasakan! Kalau kau bicara lagi, maka kau yang akan aku bakar."
Tidak ada yang bisa menghentikan Tankhun, bahkan ayahnya saja sudah menyerah dan kembali ke dalam rumah.
Membiarkan masalah ini diurus oleh Kinn yang tentu saja tidak akan sanggup menghentikan tingkah gila Tankhun.
Porsche tidak sengaja melihat sekelibat bayangan pria, membuat bulu kuduknya berdiri dan dia langsung menempel pada Kinn seperti cicak.
"Kinn! Apakah arwah Pete datang kesini?" Kata Porsche dengan gemetar.
Ternyata bukan hanya Porsche saja yang melihat bayangan itu, Tankhun dan yang lainnya pun melihat bayangan itu dalam tebalnya asap.
"Pete? Apakah kau datang kemari? Pete apakah kau kesepian?"
Tidak ada jawaban dari sosok yang dia kira sebagai Pete, lalu Tankhun melanjutkan perkataannya.
"Kalau kau kesepian, kau bisa bawa Pol bersamamu," Tankhun menyeret Pol ke depan. Sementara yang diseret langsung memberontak membebaskan diri, kemudian kabur ke belakang bersama Arm.
"Khun Noo?" Bayangan itu mengeluarkan suara lirih, Porsche semakin takut dibuatnya.
Sedangkan Porchay semakin mengeratkan dirinya pada Kim, melupakan dendamnya pada anak bungsu keluarga utama itu.
"Iya, Pete. Ini aku, apakah itu kau?" Tidak seperti yang lain, Tankhun malah mencari asal suara itu.
Tankhun menyeka ingusnya, lalu mengusapnya pada bajunya. Kemudian anak sulung keluarga utama itu berjalan seperti meraba-raba sesuatu di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM [VEGASPETE]✓
Fanfictiontentang Pete yang bermimpi bahwa kelak di masa depan dia akan disekap dan di siksa oleh Vegas keponakan dari bos besarnya. semenjak dia mendapat mimpi itu, Pete selalu berusaha menghindari segala jenis pertemuan dengan Vegas. semakin dia menghindar...