Setelah memberi Kinn note yang ditinggalkan oleh Vegas, kini Pete diberikan libur beberapa hari oleh Kinn. Karena sudah mengerjakan tugas dengan baik.
Sekarang Pete bersama dengan Arm dan Pol sedang menyortir berkas-berkas. Tapi pemuda manis itu terlihat mengantuk dan badannya sesekali hampir jatuh ke depan.
Kinn datang membawa amplop putih tebal, dia menatap Pete yang terlihat sangat mengantuk. Bagaimana tidak, kemarin setelah dirinya ditinggal oleh Vegas dari kuil, dia masih tetap mengintai Vegas di rumahnya, dan pulang pukul lima pagi.
"Pete.. Pete.." Kinn mengguncang kecil tubuh Pete agar pemuda manis itu bangun.
"Ugh." Pete perlahan membuka kelopak matanya, dan seketika dia langsung bangun sampai pandangannya berkunang-kunang.
"Pelan-pelan."
"Ada apa Khun Kinn?" Tanya Pete setelah menetralkan rasa peningnya.
"Ambil ini." Kinn menyerahkan amplop tebal itu pada Pete.
"Hm?" Pete mengambil amplop tebal itu, lalu dia membukanya. Dan terlihatlah ratusan lembar uang seratus Baht di dalam amplop itu.
"Khun Kinn ini untuk apa?"
"Upahmu."
Rasa bersalah Pete semakin menguar, padahal dirinya selalu ketahuan saat mengintai Vegas. Pete merasa dia tidak pantas menerima upah puluhan ribu baht.
"Tapi Khun Kinn."
"Ambil saja, itu untuk kerja kerasmu." Kata Kinn saat Pete ingin menolak.
"Dan satu lagi, apa aku bisa memintaimu tolong?"
Pete menegakkan badannya, kemudian mengangguk. Dia akan melakukan apapun demi bisa menebus rasa bersalahnya.
"Menyelinap ke mansion keluarga kedua, dan temukan bukti apakah Vegas sering menghubungi Tawan."
Pete mengangguk mantap, bahkan kalau Kinn menyuruhnya untuk masuk ke kandang harimau dia akan bersedia.
Dia tidak memikirkan tentang mimpinya itu, dia hanya memikirkan tentang bagaimana cara dia agar bisa menyembuhkan rasa bersalahnya, dan Pete rasa ini jalan terbaik.
"Kalau begitu kau bisa cuti tiga hari mulai besok. Oh, ya sekarang kau bisa tidur di kamarmu, biarkan Tankhun yang menyortir berkas. Dari kemarin dia sudah bertekad untuk menyortir kertas sampai pingsan."
"Terima kasih Khun Kinn. Saya ke kamar dulu, selamat siang."
Membungkukkan badan, lalu berjalan menuju kamarnya. Pete akan memanfaatkan liburnya untuk tidur, tidur dan tidur.
Tapi, saat Pete hendak merebahkan tubuhnya di kasur, tiba-tiba Porsche menariknya sampai pemuda manis itu hampir tersungkur.
'Tolong! Aku hanya ingin tidur.' Batin Pete. Rasanya dia ingin menangis sekarang, awalnya dia ingin mengomeli Porsche. Tapi tidak jadi, karena melihat ekspresi Porsche yang siap memakan orang hidup-hidup.
"Ada apa Porsche? Aku mau tidur." Pete hendak kembali merebahkan tubuhnya, tapi Porsche menyentak Pete sehingga pemuda manis itu tidak jadi merebahkan tubuhnya.
"Pete, aku butuh pelampiasan."
Pete membelalakkan matanya, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Bukan pelampiasan yang itu bodoh!" Porsche memukul kepala belakang Pete ketika melihat tingkah bodoh sahabatnya.
"Aku butuh pelampiasan untuk kemarahanku! Asal kau tahu Pete. Aku sangat murka, teramat sangat murka dan marah sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM [VEGASPETE]✓
Fanfictiontentang Pete yang bermimpi bahwa kelak di masa depan dia akan disekap dan di siksa oleh Vegas keponakan dari bos besarnya. semenjak dia mendapat mimpi itu, Pete selalu berusaha menghindari segala jenis pertemuan dengan Vegas. semakin dia menghindar...