Seorang pria keluar dari gerbang sebuah bangunan megah sambil menyeret kopernya, sesekali dia akan menengok ke belakang, kemudian menghela nafasnya.
"Ya! Yang aku butuhkan hanya liburan, kalau aku tetap diam di mansion keluarga utama, maka Vegas akan cepat menemukanku," gumamnya.
Pete berjalan menjauhi kediaman keluarga utama, tanpa tahu dari jarak yang cukup dekat ada seseorang yang sedang mengintai dirinya.
Seiring langkahnya, Pete mulai merasa ada yang sedang mengikuti dari belakang. Ia tolehkan kepalanya ke belakang, tapi hanya kesunyian malam yang menyambutnya.
"Mungkin hanya perasaanku," gumam Pete, kemudian lanjut berjalan menuju mini market tidak jauh dari sana.
Saat jarak mini market sudah dekat, tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang memukul leher belakang Pete sampai pria itu pingsan.
Menyeret tubuh lemas Pete ke sisi yang gelap, orang yang memukul leher Pete tadi menoleh ke belakang, mengisyaratkan pada mobil yang mengikutinya untuk berkendara mendekat.
"Hia cepat! Nanti ada yang lihat," ternyata yang membuat Pete pingsan adalah Macau.
Walau masih remaja, tapi pukulan Macau terbilang cukup kuat sampai bisa melumpuhkan kepala pengawal keluarga utama.
Setelah masuk ke dalam mobil, Macau melepas masker dan topinya. "Kenapa harus menggunakan cara ini? Seperti mafia saja," ucap Macau yang entah hanya mengatakan omong kosong atau memang tidak sadar diri.
"Kita kan memang mafia!" Hardik Vegas.
"Hia mau bawa Pete kemana?" Tanya Macau penasaran, karena Vegas hanya memintanya untuk menculik seseorang tanpa memberi tahu tujuannya.
"Safe house."
Mata Macau berbinar, dia sudah lama tidak pergi ke safe house, maka dengan antusias dia membalas. "Aku ikut! Aku sudah lama tidak ke safe house."
Alis Vegas berkerut. "Siapa bilang hia akan mengajakmu?" Kemudian Vegas menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"Turun."
Macau ternganga mendengar perintah dari kakaknya.
"Hia!"
"Turun!"
"Tapi ini masih di tengah jalan!" Tentu saja Macau tidak ingin turun disini, terlebih lagi dia sangat ingin untuk ikut bersama Vegas ke safe house.
"Hia sudah menepikan mobilnya."
"Bukan be-"
"Turun!"
Tidak melihat adanya celah untuk membantah kakaknya, akhirnya Macau dengan perasaan terpaksa turun dari mobil sambil memajukan bibirnya.
"Akan aku adukan pada pa!" Jeritnya ketika mobil yang dikendarai Vegas menjauh. Lalu Macau mengambik ponselnya di saku celana, kemudian mendial nomor Nop untuk menyuruhnya menjemput Macau.
Vegas bersiul riang seolah baru saja memenangkan lotre berhadiah satu miliar dollar. Netra tajamnya sesekali melihat kaca mobil untuk memastikan apakah Pete sudah bangun atau belum.
"Dengan cara bersih tidak bisa, maka cara kotor pun akan aku lakukan," padahal caranya untuk menahan Pete selama ini adalah cara kotor.
Vegas mengarahkan mobilnya menuju pom bensin untuk mengisi bahan bakar mobilnya. Setelah selesai, Vegas menyalakan pemantiknya, kemudian menghisap benda yang membuat ia candu, lalu menghembuskan asapnya. Vegas juga melangkah menuju mini market yang ada di pom bensin itu untuk membeli beberapa kotak kondom.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM [VEGASPETE]✓
Fanfictiontentang Pete yang bermimpi bahwa kelak di masa depan dia akan disekap dan di siksa oleh Vegas keponakan dari bos besarnya. semenjak dia mendapat mimpi itu, Pete selalu berusaha menghindari segala jenis pertemuan dengan Vegas. semakin dia menghindar...