18. Kuil

4.3K 454 25
                                    

Pete terus mengikuti Arm kemanapun pria berkacamata itu pergi sehingga Arm menggeram marah dibuatnya.

"Ada apa?!" Bentak Arm, karena sudah muak dengan tingkah Pete.

"Ayolah gantikan tugasku. Aku tidak ingin mengikuti Khun Vegas lagi."

Arm merotasikan matanya, sudah kesekian kalinya Pete memohon agar Arm mau menggantikan tugasnya mengintai Vegas.

Bahkan bukan hanya Arm, Pete juga memohon pada Ken dan Big. Dan tentu saja ditolak oleh mereka berdua. Siapa yang berani mengintai putra sulung dari keluarga kedua itu?

Image nya yang terkenal menyeramkan dan psikopat membuat dia disegani.

"Kalau begitu aku pasti akan mati." Pete menunduk lesu memikirkan nasibnya. Ini bukan tentang mimpinya, tapi tentang dia yang selalu ketahuan bila mengawasi putra sulung keluarga kedua itu.

Bagaimana cara Pete menjelaskan pada Kinn kalau sebenarnya setiap dia mengintai Vegas, pria itu pasti mengetahuinya.

Apalagi keadaan sekarang sedang chaos, sebab Porsche koar-koar kalau dia diikuti sesosok hantu pria berkulit pucat yang terus menatapnya dengan tajam.

Sampai-sampai pria berkulit Tan itu memaksa Kinn untuk mengundang biksu ke mansion keluarga utama untuk membersihkan mansion dari segala macam kesialan, dan yang paling utama untuk mengusir sosok yang selalu mengikuti Porsche.

Tapi Kinn tidak mendengarkan perkataan Porsche membuat kekasih dari penerus keluarga Theerapanyakul itu mengamuk.

Belum lagi adik bungsu Kinn yang belakangan ini sering pulang ke rumah dan mengumumkan kepada semua kalau dia dan Porchay (adik Porsche yang ikut tinggal di mansion keluarga utama) adalah sepasang kekasih.

Tetapi hal itu disangkal oleh Porchay, remaja itu selalu mengatakan bahwa dia tidak sudi bersama dengan orang brengsek seperti Kim.

"Memangnya apa yang terjadi? Apakah kau secara tidak sengaja menyakiti Khun Vegas? Atau bagaimana?"

Pete menghela nafasnya, kemudian mengusap rambutnya kasar. "Setiap aku mengintai Khun Vegas entah kenapa aku selalu ketahuan."

"Lalu apa kau sudah memberitahu Khun Kinn?"

"Apa kau gila?! Tentu saja tidak bodoh! Aku takut."

Arm mengangguk mengerti. Yah, siapa saja pasti akan ketakutan bila harus memberitahukan pada bos mereka jika pekerjaan yang mereka kerjakan tidak berjalan lancar.

"Lalu sekarang bagaimana?"

Pete berbalik menghadap Pol yang entah sedang menelepon siapa.

"Apa?" Tanya Pol curiga.

"Jangan bilang- oh tidak! Aku tidak mau! Aku sudah terlalu nyaman dengan pekerjaanku mengawal Khun Noo, jadi dengan tegas aku menolak!"

"Arghh sial! Kalau dipecat ya sudah dipecat saja!"

Pete semakin mengacak rambutnya yang sudah berantakan, kemudian berjalan menuju kamarnya sambil mulai memikirkan bahwa setelah ini dia akan pulang ke kampung halamannya dan membantu nenek menjaga toko, lalu membantu kakek menambal ban seperti yang biasa dia kerjakan dulu sebelum datang ke Bangkok.

"Hufftt." Pete masuk ke kamarnya sambil menghela nafas, belum lagi kepalanya yang ia tundukkan pertanda betapa stressnya dia.

"Hey, Pete! Kemarilah ada yang ingin aku tanyakan." Porsche menarik tangan Pete saat pria manis itu dekat dengannya.

"Apa?" Jawab Pete lesu.

Porsche mengernyit mendengar nada lesu dan tidak bersemangat dari sahabatnya, biasanya sahabat kecilnya itu pasti akan bersemangat apapun keadaannya.

DREAM [VEGASPETE]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang