Setelah kegiatan kemarin yang hanya bersantai saja, kini pagi hari para siswa kelas 11 akan melakukan perjalanan menuju beberapa tempat wisata.
Untuk destinasi wisata pertama yang akan mereka tuju adalah sebuah bukit dengan pemandangan indah dari atas sana.
Mereka melakukan perjalanan menggunakan bus untuk menuju bukit, untuk bisa menikmati pemandangan indah dari atas sana, mereka harus melewati jalan sepetak yang memang dibuat untuk para pengunjung wisata.
Tidak terlalu jauh, mungkin mereka akan menempuh perjalanan kurang lebih 1 Km.
Atlas berjalan sendirian, namun dibelakangnya juga masih banyak para siswa lain yang berjalan, karena sebelumnya Darrel bilang untuk berjalan bersama Harsa, entah mengapa mereka berdua semakin dekat saja.
Mereka semua melewati jalan itu dengan berbaris, karena memang jalan yang dibuat hanya sepetak saja.
"Atlas!" Panggil seorang gadis yang berjalan sedikit jauh dibalakangnya.
Atlas berhenti sebentar, lelaki itu melihat gadis yang menghampirinya, gadis itu berjalan sedikit terpincang-pincang.
"Sabitha? Kaki lo kenapa?" Tanya Atlas saat melihat gadis itu, lebih tepatnya Sabitha berjalan dengan sedikit terpincang-pincang dan raut wajahnya yang terlihat lelah.
"Tadi pas jalan, aku kepeleset. Terus kaki aku agak sakit buat jalan. Aku boleh ga jalan sambil pegangan kamu, soalnya kaki aku beneran sakit Tlas." Jelas Sabitha pada Atlas, Atlas tidak melihat kebohongan pada gadis itu.
Sebenarnya Atlas tidak ingin terlalu berdekatan dengan Sabitha, pemuda itu tidak mau memberikan harapan lebih kepada gadis itu, namun melihat kondisi Sabitha yang seperti itu, Atlas jadi tidak tega juga jika menolaknya.
"Temen lo kemana?" Tanya Atlas pada gadis itu.
"Alana ga ikut, dia di hotel katanya sih tadi ga enak badan." Jawab gadis itu.
"Yaudah." Atlas tidak tega membiarkan gadis itu berjalan sendirian, lagipula rombongan mereka berjalan dengan jarak yang sudah cukup jauh juga.
"Boleh Tlas?" Tanya gadis itu terlihat antusias, sedangkan yang ditanya hanya mengangguk.
Kemudian gadis itu berjalan disamping Atlas, dengan tangannya yang melingkar di lengan pemuda itu, senyum terbit di bibir gadis itu.
"Atlas, apa gue harus kayak gini dulu biar lo mau deket-deket sama gue." Batin gadis itu.
Atlas berjalan dengan Sabitha disampingnya, mereka sudah sedikit jauh dari rombongan siswa lain, Atlas tidak takut tersesat karena ada petunjuk jalan disetiap belokannya.
"Atlas." Panggil gadis itu, senyum sedari tadi tidak pudar dari bibir gadis itu. Bagaimana tidak? Saat ini gadis itu berjalan berdua dengan orang yang disukainya, mungkin hari ini adalah hari yang paling bahagia bagi Sabitha, karena kapan lagi gadis itu bisa berduaan dan sedekat ini dengan Atlas.
Atlas hanya menoleh setelah gadis disampingnya itu memanggilnya.
"Kamu suka alam?" Tanya gadis itu sambil terud berjalan.
Atlas diam, sejenak pemuda itu berfikir.
"Gue suka pantai." Jawab pemuda itu.
"Kenapa?" Tanya Sabitha.
"Karena Kala suka pantai, jadinya gue juga suka." Jawab pemuda itu, yang pasti didalam hati.
"Suka aja." Jawab pemuda itu.
Sabitha menghela nafas, sulit sekali mencari topik pembicaraan dengan Atlas, tetapi gadis itu pernah melihat Atlas dan Kalangga berbincang, mereka terlihat begitu dekat dan sesekali tertawa, raut muka Atlas juga terlihat bahagia. Berbeda saat bersama dengan gadis itu.
Mereka berjalan lagi, mereka mungkin sudah melewati setengah perjalanan.
Tak lama setelah Atlas dan Sabitha berjalan, seorang pemuda dengan tas punggung yang dibawanya, dan jaket hitam parasut yang dikenakannya, memang suasana pagi ini begitu dingin walaupun langit terlihat cerah. Pemuda itu berjalan melewati Atlas dan Sabitha.
"Kala!" Panggil Atlas kepada pemuda yang baru saja melewatinya dan Sabitha, ya itu Kalangga.
Kalangga berhenti sejenak, ia melihat Atlas dan Sabitha, mereka terlihat begitu dekat apalagi dengan tangan Sabitha yang melingkar di lengan Atlas.
"Lo sendirian?" Tanya Atlas, sedangkan yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya.
"Mereka keliatan deket banget? Mereka pacaran? Sejak kapan? Kenapa Atlas gak cerita sama gue?" Tanya Kalangga pada diringa sendiri dalam hati.
"Duh gue kenapa sih? Ya biarin aja lah kalau mereka pacaran." Jawab pemuda itu dalam hatinya.
"Iya, Harsa udah jalan duluan sama Darrel tadi." Jawab pemuda itu.
"Yaudah kalau gitu lo jalan bareng kita aja." Ucap Atlas sedikit membuat Sabitha terkejut. Apa barusan? Atlas menyebut dirinya dan gadis itu dengan sebutan kita? Sabitha dibuat tersenyum karena itu, pasalnya sebelumnya Atlas tidak pernah memakai sebutan itu untuk dirinya dan pemuda sagittarius itu.
"Gausah Tlas, gue gak mau ganggu kalian pacaran." Jawab pemuda itu, Atlas sedikit terkejut dengan ucapan Kalangga, kenapa pemuda itu menganggap Atlas dan Sabitha berpacaran.
"Gue gak pacaran sama dia." Jawab Atlas.
"Oh sorry ya, soalnya kalian keliatan deket jadi gue ngiranya kalian pacaran." Jawab Kalangga, pemuda itu tersenyum kikuk.
"Lo bareng aja Kal sekalian. Daripada lo jalan sendirian, lo kan kecil nanti kalau ilang repot." Ucap Atlas, pemuda itu terkekeh pelan.
Sabitha sejenak terpesona dengan ketampanan Atlas yang berkali-kali lipat saat pemuda itu tertawa, namun Sabitha tersenyum miris, tawa dan senyum yang ditunjukkan oleh Atlas bukan untuknya, melainkan kepada pemuda manis yang ada didepannya itu.
"Ngeselin lo! Gue gak kecil anjir!" Jawab Kalangga, lagi-lagi Atlas suka dengan raut wajah Kalangga saat sedang kesal, semakin lucu.
"Hahaha, makanya lo jalan bareng gue aja biar gak ilang." Ucap Atlas, Kalangga hanya menghela nafas pasrah.
"Yaudah deh." Jawab pemuda itu pada akhirnya.
Tidak ada salahnya kan berjalan bersama Atlas dan Sabitha daripada dia berjalan sendirian.
Lain dengan Sabitha yang diam, gadis itu hanya bisa tersenyum miris untuk dirinya sendiri.
Memang saat ini dia berada didekat Atlas, namun hati lelaki itu terasa sangat jauh darinya.
Sabitha bisa melihat gerak-gerik, perkataan, dan tawa Atlas saat pemuda itu berada di dekat Kalangga, sangat jauh berbeda saat Atlas sedang bersamanya.
Untuk saat ini Sabitha bisa sedikit menyimpulkan, Atlas memang menyukai Kalangga.
Memang Kalangga terlihat sangat tampan dan cantik disaat yang bersamaan, Kalangga begitu indah. Siapapun yang melihatnya juga pasti akan terpesona.
"Atlas keliatan deket banget sama Kala, apa gue harus nyoba buat lepasin Atlas. Dan apa gue harus dukung apa yang disukai sama Atlas?" Batin Sabitha.
"Bahkan gue juga agak gak nyangka kalau Atlas ternyata bisexual." Lanjut gadis itu dalam hati.
"Apa gue harus lakuin sesuatu biar Atlas jauh dari Kalangga?" Batin gadis itu lagi.
Kita tidak ada yang tau apa yang akan dilakukan Sabitha selanjutnya.
Saat ini Sabitha hanya bisa terus berjalan disamping Atlas, dan gadis itu sedari tadi hanya bisa mendengarkan pembicaraan antara Atlas dan Kalangga yang terlihat sangat seru.
Atlas menjadi banyak bicara dan tertawa saat bersama Kalangga, sangat jauh berbeda saat pemuda itu sedang bersamanya.
—
![](https://img.wattpad.com/cover/323269358-288-k774036.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
maybe in another life || nikwon / wonki
Fanfiction"Kalau ada yang lebih indah dari sunset, mungkin itu lo Kala." -disclaimer‼️ □ 100% fiction □ ignore typo(s) □ contains harsh words □ write in bahasa and broken english □ don't bring it to real life □ bxb □ do not read if you are homophobic ©whoosg...