23. gone

255 37 3
                                    

"Dok, bagaimana keadaan bunda saya?!" Tanya Kalangga, raut wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Maaf." Ucap dokter itu.

"Kami semua sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, nyawa ibu Dira tidak bisa kami selamatkan. Beliau sudah kembali ke pangkuan Tuhan." Lanjut dokter itu.

"Saya dokter Vania, dan segenap keluaga besar Rumah Sakit Citra Medika turut berduka cita atas kepergian ibu Dira. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan, dan untuk anggota keluarga semoga diberi ketabahan." Ucap dokter muda itu.

Hati Kalangga saat ini bagai dihantam benda yang begitu keras. Airin terkejut, wanita itu hanya menutup mulutnya, tidak menyangka akan fakta itu bahwa kakak kandung satu-satunya kini telah meninggalkan dirinya. Atlas sendiri pun tak kalah terkejutnya.

Kalangga terduduk lemas di lantai rumah sakit, menyembunyikan wajahnya pada lututnya yang ditekuk.

Ingin sekali saat ini pemuda itu berteriak dan menangis sekencang-kencangnya, bahkan rasanya Kalangga masih tidak menyangka.

Atlas kini berjongkok didepan pemuda itu.

Atlas baru melihat keadaan Kalangga yang begitu kacau saat ini. Pemuda itu memegang pelan pundak Kalangga, tujuannya agar pemuda aquarius itu lebih tenang, walaupun sedikit saja.

Kalangga yang merasakan sentuhan pada pundaknya kini mendongak, pemuda itu melihat Atlas yang kini duduk didepannya.

Kalangga butuh seseorang untuk dipeluknya, Kalangga butuh Atlas saat ini.

Tanpa berfikir panjang, Kalangga memeluk Atlas dengan begitu erat.

Atlas yang dipeluk oleh Kalangga seperti itu sangat terkejut, jantungnya berdegup dengan cepat. Atlas mengalihkan perasaanya yang tidak karuan saat ini.

Pemuda yang lebih muda itu akhirnya membalas pelukan yang lebih tua.

Atlas membalas pelukan Kalangga, kini tangannya mengusap pelan punggung pemuda manis itu yang dilapisi dengan hoodie.

Pemuda sagitarius itu tidak peduli dengan hoodie nya saat ini yang akan basah jika terkena air mata Kalangga, tujuannya saat ini hanya menenangkan pemuda itu.

Atlas semakin mengeratkan pelukan mereka, tidak peduli jika Airin maupun orang yang ada di rumah sakit melihay mereka, Atlas tidak peduli.

Atlas semakin menenggelamkan kepala Kalangga pada dada bidangnya agar pemuda itu bisa menangis dengan puas.

"Nangis aja Kal. Nangis sepuas lo, di pelukan gue." Ucap Atlas lirih kepada Kalangga.

Kalangga menangis tanpa suara. Namun tubuh pemuda itu terlihat sangat bergetar dan hanya isakan dari pemuda itu.

"B-bunda gue Tlas.." ucap Kalangga lirih, bahkan saat ini pemuda itu seperti tidak ada tenaga sama sekali, bahkan untuk berbicara saja rasanya Kalangga sudah tidak sanggup lagi.

"Iya Kal. Gue ngerti perasaan lo, lo yang sabar ya. Tuhan lebih sayang sama bunda lo Kal. Sedih boleh, nangis boleh, tapi jangan berlarut-larut. Kasihan bunda lo perginya ga tenang nanti kalau lo sedih mulu. Ikhlas ya? Gue tau ini berat banget buat lo, tapi sekarang bunda lo udah ga ngerasain sakit lagi, bunda lo udah ada di surga dan mungkin udah bahagia." Saat ini Atlas hanya mengucapkan kata-kata yang muncul dipikirannya untuk menenangkan Kalangga, hanya ini yang bisa Atlas lakukan.

Kalangga yang mendengar ucapan lirih Atlas entah mengapa merasa sedikit tenang, ucapan Atlas seperti sihir untuknya saat ini.

Ucapan Atlas memang benar, ia tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, dan ia harus mengikhalaskan bundanya. Untuk pergi selama-lamanya..

maybe in another life || nikwon / wonkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang