21. 114

206 36 0
                                    

Kalangga dan Atlas dengan terburu-buru untuk menuju rumah sakit.

Kalangga dengan perasaannya yang campur aduk kini berlari menuju ke dalam rumah sakit diikuti oleh Atlas.

Pemuda aquarius itu segera menanyakan kepada resepsionis dimana ruangan Bunda nya itu.

"Permisi, pasien atas nama Dira Wijaya dimana ya?" Tanya Kalangga kepada resepsionis itu.

"Tunggu biar saya cek dulu ya." Jawab resepsionis itu.

"Pasien atas nama Dira Wijaya ada di ruang Mawar nomor 114." Jelas resepsionis itu, Kalangga mengangguk dan mengucapkan terimakasih kepada resepsionis itu, pemuda aquarius itu segera menuju ruangan yang dimaksud oleh resepsionis itu diikuti oleh Atlas.

Kalangga menemukan ruangan nomor 114, disana terlihat seorang wanita kisaran umur 30 an dengan raut khawatirnya.

"Tante! Gimana kondisi bunda?" Tanya Kalangga, raut pemuda itu juga terlihat tak kalah khawatirnya.

"Bunda kamu masih didalem Kala, daritadi dokter belum keluar-keluar, kamu yang tenang ya. Kita berdoa semoga gak terjadi apa-apa sama bunda kamu." Ucap wanita itu.

Kalangga mengacak rambutnya frustasi, pemuda itu kini duduk di kursi tunggu dengan Atlas yang kini duduk disebelahnya.

Atlas tidak banyak bicara dan tidak banyak bertanya, saat ini pemuda Sagitarius itu hanya bisa menenangkan yang lebih tua.

Tak lama kemudian pintu ruangan nomor 114 itu terbuka, menampakkan seorang dokter wanita muda.

"Permisi, apakah benar ini keluarga pasien atas nama Dira Wijaya?" Tanya dokter muda itu.

"Benar dok, kami keluarganya." Jawab Kalangga.

"Jadi begini, setelah saya melakukan pemeriksaan, sel kanker di tubuh ibu Dira semakin menyebar luas. Jadi harus segera dilakukan operasi." Ucap dokter muda itu.

Mereka semua yang mendengar kabar itu hanya bisa terdiam, baik Airin, Kalangga, maupun Atlas.

"Untuk biayanya bisa segera ditanyakan ke bagian loket, kami harap secepat mungkin ya, karena kondisi ibu Dira semakin kritis." Ucap dokter itu.

"Saya permisi ke dalam dulu." Lanjut dokter itu.

"Tan, kalau gitu Kala ke loket dulu ya buat ngurus administrasi bunda." Ucap Kalangga.

"Biar tante bantu sebagian administrasi bunda kamu ya." Ucap Airin.

Kalangga tidak mau merepotkan tantenya itu, bagaimanapun juga Airin menghidupi dirinya dan anaknya yang masih berusia 5 tahun, karena wanita itu sudah bercerai dengan suaminya.

"Kala nggak mau ngerepotin tante." Jawab pemuda aquarius itu.

"Kala, gimanapun bunda kamu itu kakak kandung tante. Jadi udah semestinya tante harus bantuin kalian." Ucap Airin.

"Makasih tan. Kala ngerhargain banget bantuan dari tante. Tapi tabungan Kala masih cukup buat biayain bunda kok tan." Jelas Kalangga.

"Yasudah kalau gitu, tante gaakan maksa kamu. Tapi kalau kamu butuh bantuan tante bilang ya nak." Ucap wanita itu, begitu lemah lembut sama dengan bundanya.

"Eh kamu temannya Kala ya?" Tanya Airin kepada Atlas yang sedari tadi hanya diam.

"Iya tante, saya Atlas temannya Kala." Atlas memperkenalkan dirinya kepada wanita itu, kemudian wanita itu tersenyum tipis pada Atlas.

"Kalau gitu Kala ke loket dulu ya Tan." Ucap Kalangga.

"Kal, gue ikut ya." Ucap Atlas dijawab anggukan oleh Kalangga.

"Atlas permisi nganterin Kala dulu ya tan." Ucap Atlas, Airin mengangguk pelan.

Kemudian wanita itu tersenyum, Atlas terlihat sangat sopan, Airin bersyukur, keponakannya itu berteman dengan anak baik-baik seperti Atlas, Harsa, Mahesa dan Jian.

Kalangga berjalan menuju loket diikuti Atlas disampingnya.

"Permisi sus, biaya operasi atas nama Dira Wijaya berapa ya?" Tanya Kalangga.

"Bentar ya dek, saya cek dulu." Ucap perawat itu, Kalangga mengangguk.

"Biayanya 60 juta dek, bisa dibayar melalui kartu debit maupun cash." Ucap peawat itu.

"Gimana ini.. tabungan di ATM gue cuma ada 20 juta, sisanya gue harus nyari kemana? Gue gak mau ngerepotin tante Airin. Minta ke bokap juga mana mau dia." Batin Kalangga.

Atlas yang melihat Kalangga yang nampak berfikir sepertinya paham, Kalangga sepertinya ada kendala di biaya.

"Baik terimakasih sus, kami akan segera menyelesaikan pembayarannya." Bukan Kalangga yang menjawab, melainkan Atlas.

Kemudian yang lebih muda menarik yang lebih tua menuju kursi tunggu yang ada disana.

Atlas bisa melihat raut kebingungan Kalangga. Ah, kenapa saat ini pemuda aquarius itu terlihat sangat menggemaskan dengan wajah setelah menangisnya, membuat Atlas ingin memeluknya saat itu juga.

"Gak gak. Gue apa-apaan sih anjir, bisa-bisanya mikir kayak gini disaat kedaan masih genting." Batin Atlas.

"Atlas, lo kenapa ngomong gitu ke susternya? Duit gue belum cukup buat biaya operasi bunda, gue aja belom tau harus nyari pinjaman kemana." Jelas Kalangga.

"Udah lo gak usah khawatir soal biaya. Gue ada simpanan uang, lo bisa pake uang gue." Jelas Atlas menjawab kebingungan Kalangga.

"Tapi gue gak mau ngerepotin lo Atlas." Ucap Kalangga.

Atlas menghela napas pelan. "Kala, lo jangan terus-terusan ngerasa gak enakan sama orang. Semua manusia hidup berdampingan bahkan berkelompok, jadi harus tolong-menolong. Ada kalanya juga lo perlu bantuan orang lain, jangan ngerasa gak enak, apalagi orang yang mau bantuin lo itu dengan sukarela." Jelas Atlas, Kalangga mengangguk pelan.

Atlas terlihat begitu dewasa, padahal pemuda itu lebih muda beberapa bulan darinya.

"Makasih ya Atlas, nanti kalau gue udah ada uang, gue bakal ganti uang lo. Atau bisa potong dari gaji les privat." Ucap Kalangga.

"Udah jangan terlalu dipikirin soal ini, lo santai aja sama gue. Sekarang, lo harus fokus sama bunda lo. Kita berdoa biar operasi bunda lo berjalan lancar." Ucap Atlas. Entah kenapa Kalangga selalu merasa tenang karena ucapan yang lebih muda itu.

"Gue kesana bentar ya, mau nelfon orang dulu." Ucap Atlas membuat Kalangga mengangguk kecil.

Atlas berjalan sedikit menjauh dari kursi ruang tunggu yang mereka duduki tadi, pemuda itu segera menghubungi Darrel, tak lama menunggu pemuda scorpio itu menjawab telfonnya.

"Rel. Motornya si Edgar ada di Satya kan waktu itu, terus gue suruh lo jualin motornya. Udah belom?" Tanya Atlas kepada pemuda scorpio itu.

"Udah Tlas." Jawab Darrel.

"Tf in semua ke ATM gue, sekarang." Ucap Atlas.

"Buat apa Tlas?" Tanya Darrel.

"Buat bayar biaya rumah sakit." Jawab Atlas.

"Hah, siapa yang sakit? Elo? Atau ortu lo?" Tanya Darrel lagi.

"Bundanya Kala. Nanya mulu kayak dora lo. Udah cepetan tf in, gue tunggu." Ucap Atlas kemudian mematikan sambungan telfon itu.

Bisa dipastikan saat ini Darrel sedang kesal karena Atlas mematikan telfonnya sepihak.

maybe in another life || nikwon / wonkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang