Seperti yang Mia impikan, hari ini rumah mereka menjelma menjadi istana bak negeri Frozen. Dinding yang berselimutkan kain putih lembut, lampu kristal yang berkilauan bagaikan serpihan salju, serta hiasan bunga beku yang tertata rapi di sudut-sudut ruangan, semuanya begitu sempurna. Haikal memenuhi keinginan Mia untuk mengabadikan momen kehamilannya dalam sebuah album kenang-kenangan, menghadirkan fotografer profesional yang menangkap setiap keindahan momen mereka.
Awalnya, Haikal menyarankan sesi pemotretan saat usia kehamilan menginjak enam atau tujuh bulan. Namun, Mia tak sabar menunggu. Meskipun kandungannya baru memasuki usia lima bulan, perutnya sudah terlihat membuncit dengan anggun, memperlihatkan anugerah yang sedang tumbuh di dalam dirinya.
"Jangan terlalu aktif, ya. Dokter nyaranin kamu buat banyak istirahat. Aku nggak mau kamu kecapean dan malah nggak bisa nikmatin sesi foto ini," suara Haikal lirih, penuh perhatian.
Haikal mengelus perut Mia dengan lembut. Sentuhannya seolah mengalirkan kehangatan, meresap ke dalam jiwa, seakan membisikkan janji perlindungan kepada sang calon buah hati. Mia duduk tenang di kursi empuk, menyaksikan orang-orang sibuk menghias sudut ruangan dengan latar belakang yang megah. Semuanya terlihat sempurna, seindah mimpinya.
Kenangan kemarin saat pemeriksaan kandungan terlintas di benak Haikal. Dokter berkata bahwa kehamilan Mia masih rentan, janin mereka masih lemah dan rapuh. Tak heran jika belakangan ini Mia sering mengeluh nyeri di perutnya. Kekhawatiran itu mengusik hati Haikal, membuatnya selalu waspada dan siaga di sisi Mia.
Mia tersenyum menenangkan. "Tenang aja, energi aku masih banyak kok."
Senyumnya lembut, namun Haikal tahu, di balik itu tersimpan kekuatan seorang ibu yang tengah berjuang untuk kehidupan baru di dalam rahimnya."Duìbùqǐ, nǚshì, wǒmen kěyǐ gěi nǐ huàn yīfú ma?"
(Maaf, Nona, bisakah kita mengganti pakaian Anda?)Mia mengangguk ramah. "Ó, hǎo de."
(Oh, baiklah.)Haikal membantu Mia berdiri dengan hati-hati. "Qǐng zhùyì tā," pintanya kepada staf makeup artist yang akan menemani Mia.
(Tolong jaga dia baik-baik.)Staf itu tersenyum, "Hǎo de."
(Baik.)Mia berjalan perlahan menuju kamar tamu di lantai bawah, ditemani sang makeup artist. Mata Haikal tak lepas mengawasinya hingga hilang di balik pintu. Kekhawatirannya tak pernah surut, namun ia percaya Mia akan baik-baik saja.
Saat Mia kembali, Haikal terdiam. Di hadapannya kini berdiri seorang perempuan yang terlihat begitu cantik, bak ratu dari negeri dongeng. Gaun biru muda yang berkilauan, rambut yang disanggul anggun dengan hiasan kristal, membuat Mia tampak persis seperti Ratu Elsa yang selalu diidolakannya. Mata Haikal berbinar-binar, terpesona oleh keindahan yang tak mampu ia lukiskan dengan kata-kata.
"Kamu cantik banget, Mi," ucap Haikal lirih, suaranya bergetar oleh kekaguman yang tak terlukiskan.
Mia tersipu malu, senyumnya merekah seperti bunga yang mekar di musim semi.Bling... Bling...
Cahaya lampu kamera mulai berkilauan, mengiringi pose demi pose yang diabadikan sang fotografer. Mia tersenyum ceria, tangannya mengelus lembut perutnya yang membuncit. Haikal berada di sampingnya, berdandan lengkap sebagai Olaf, berdiri kocak dengan gigi kelinci yang lucu."1... 2... 3..."
Cekrek... Cekrek...
Kamera menangkap momen tawa dan kebahagiaan mereka.Meski awalnya Mia tak setuju, Haikal berhasil meyakinkannya bahwa ia juga harus punya foto yang bagus agar bisa dipamerkan pada si bayi kelak. Dan setelah berpose lucu sebagai Olaf, Haikal ganti memakai kostum Pangeran Hans.
![](https://img.wattpad.com/cover/324008330-288-k661774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Dirimu Tumbuh (Lee Haechan) -[Completed]
De TodoMia seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter selalu mendapat dukungan penuh dari sang suami atas apapun yang ia inginkan Ditengah gempuran keluarga yang selalu mengharapkan anak kedua juga kala sang putra yang ingin memiliki adik,namun berbeda...