Sport Date

53 10 4
                                    

Pulang pukul 10 malam diantar oleh gojek dengan Septian yang mengawal dari belakang bukan lah suatu hal yang patut dibanggakan. Nala justru merasa risih dengan adanya Septian yang terus menerus mengekor seperti itu, cape sendiri dan akhirnya malas mendebati si Aquarius gila.

Sampai rumah, Nala langsung masuk ke kamar dan terlelap tanpa membersihkan badannya dulu. Bahkan gadis itu tak mengganti paikaiannya.

Hingga paginya ia terbangun oleh panggilan video dari Ardana. Pukul 5 tepat.

Nala menguap, menggisik matanya lalu mengenakan kacamata yang ia ambil dari atas nakas.

"Lo baru bangun?" tanya Ardana yang terlihat sudah bugar di sebrang sana.

Hanya anggukan yang Nala berikan sebagai jawaban. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.

"Heyy, ayo cepet ke kamar mandi. Cuci mukanya, ganti bajunya, pake sepatunya! Kita lari pagi!"

Seperti magic, ucapan Ardana diangguki begitu saja oleh Nala. Padahal biasanya ia paling malas lari pagi dan merasa kegiatan itu hanya membuang waktunya saja.

Tak ada penolakan, Nala langsung menyimpan ponselnya di atas nakas dengan sambungan video call yang masih berlangsung.

"Gue cuci muka dulu," pamit Nala.

Ardana tersenyum senang. Nala yang penurut membuatnya merasa selalu dihormati. Ntahlah, Ardana hanya merasa bahwa Nala memang gadis baik-baik yang membuat ia tidak merasa jengkel. Kecuali saat gadis itu harus berurusan dengan teman laki-lakinya.

"Adannnnn ayooo lariii, kok lo masih di kamar sihhh!"

Itu suara seorang perempuan. Panggilan videonya dengan Nala belum dimatikan, tapi gadis itu sudah berlalu ke kamar mandi membuatnya tak bisa mendengar suara perempuan itu.

"Ke bawah duluan aja, nanti nyusul!"

Ardana menjawabnya dengan tegas, dan sepertinya perempuan yang kini bersama Ardana menurut. Karena suaranya tak lagi terdengar.

Nala selesai dari kamar mandi dan sudah siap dengan baju olahraga berlengan pendek. Ia mengambil ponselnya dan tersenyum ke arah Ardana. Mengangkat jempolnya pertanda ia sudah siap.

"Ya Tuhannn, bidadari muncul di layar hp," ucap Ardana sambil memegang dada kirinya.

Perkataan itu jelas membuat Nala tertawa sekaligus tersipu.

"Pake jaket cantikk! Gue nggak mau tangan mulus lo diliatin cowo lain! Kayak semalem, lo nggak pake jaket, 'kan?"

Nala tertawa saja. Tapi ia tak menolak perintah Ardana, gadis berkacamata yang kini mengikat rambut pendeknya itu langsung bergegas mengambil jaket berwarna abu senada untuk menutupi lengannya.

"Larinya bareng gitu? Kita vc-an gini?" tanya Nala.

"Mana enak lari sambil vc, lo kirim live location ke gue, gue kirim live location ke lo. Kita larinya sama-sama live location."

Tawa Nala kembali pecah. Jujur saja ini terasa aneh. Lari di live location adalah hal baru bagi Nala. Tapi lagi-lagi, perasaan aneh itu kembali muncul. Membuat Nala merasakan kupu-kupu kembali terbang di perutnya.

"Yaudah, gue tutup telponnya?" Nala memastikan.

Ardana mengangguk. "Silahkan Tuan Putri matikan sambungan telponnya," ujarnya.

Nala melambaikan tangannya sebelum akhirnya menekan ikon berwarna merah. Setelah itu, ia mengirim live location pada Ardana untuk satu jam ke depan. Begitu pula Ardana yang melakukan hal sama kepada Nala.

VIRTUAL, Isn't it? {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang