Seblak Date

34 8 3
                                    

Nala sampai di rumahnya pukul 3 siang. Gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa dan terlelap dalam mimpinya hingga tak menyadari jarum jam pendek sudah menunjuk pada angka 6.

"Pules banget gue tidur," gumamnya sambil berjalan sempoyongan menaiki tangga menuju kamarnya.

Ponselnya di dalam tas tersambung ke powerbank, jadi ia tak perlu repot-repot mencharger ponselnya di atas nakas. Gadis itu segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti baju seragamnya dengan piama tidur.

Sebelum duduk di meja belajar, Nala lebih dulu mengecek ponselnya, siapa tau ada pesan dari ayah dan ibunya. Tapi ternyata nihil, sepertinya kedua orang tua Nala sedang asik berlibur di sana. Menikmati angin pantai dari sore hingga malam.

Ardana juga tidak menghubunginya seharian ini, ada apalagi dengan laki-laki itu? Tapi Nala tak mau berburuk sangka, jadi lebih baik ia menghubunginya lebih dulu.

Nalara A

Ar, hp aku uda bener. Gamau telponan gitu?

Ceklis dua, dan di bawah nama laki-laki itu terdapat tulisan online.

"Ardana lagi aktif," gumam Nala kegirangan.

Nala menunggu balasan dari laki-laki itu. Ia menyimpan ponselnya di atas nakas menunggu dentingan yang keluar dari sana. Tapi lima menit berlalu dan ponsel Nala tidak berbunyi apapun.

Dengan tak sabaran Nala kembali membuka roomchat-nya dengan Ardana. Tulisan online tadi digantikan dengan kata 'last seen 2 minutes ago'.

"Dih gak dibales, kenapa si dia? Aneh."

Karena sudah tau pesannya tak dibalas oleh Ardana, Nala meluapkan kekesalannya pada soal latihan try out yang akan dilaksanakan hari minggu nanti. Ya, try out online yang didaftarkan Ardana memang mengambil jadwal saat libur sekolah.

Lima soal pertama Nala masih aman, gadis itu menjawab soal dengan baik meskipun fokusnya beberapa kali teralihkan oleh benda pipih yang teronggok di atas nakas. Hingga di soal ke delapan, soal yang cukup sulit Nala lewati hingga gadis itu kembali mematahkan pensilnya dengan gigi. Dia menyerah. Kembali duduk di bibir kasur dan memeriksa ponselnya.

Ardana masih tidak memberikan balasan. Nala berdecak lalu mendial nomor laki-laki itu. Sehari saja tidak mendengar suara Ardana, hidup Nala jadi terasa hampa. Mungkin itu yang dinamakan jatuh cinta?

"Halo, Ra," sapa Ardana di sebrang sana dengan suara yang sedikit ... berbisik?

"Lo kenapa?" tanya Nala heran.

Ardana berdeham. Dehaman yang Nala saja bisa tahu kalau laki-laki itu sedang mencoba menetralkan sesuatu, antara gugup atau takut?

"Gue lagi di luar, ada bokap jenguk. Jam 8 gue telpon balik, ya."

Tanpa menunggu persetujuan Nala, Ardana langsung menutup sambungan telponnya.

Nala mengerutkan keningnya. Papa Ardana menjenguknya? Bukannya laki-laki itu bilang bahwa papanya tak pernah menjenguk dirinya dan hanya menteransfer uang setiap bulannya?

Tapi sudahlah, itu urusan Ardana. Siapa tau papanya tobat dan mau menjenguk laki-laki itu.

Ujung-ujungnya Nala kembali duduk di meja belajarnya, kembali mengerjakan soal yang semakin lama sepertinya semakin rumit.

Di soal ke 45, Nala melirik jam dindingnya. Pukul 8 lebih 15 menit, tapi ponselnya tak juga mengeluarkan suara. Ia kembali berdecak dan mengeceknya, siapa tau notifikasi itu tak terdengar oleh Nala.

Ternyata Ardana memang tidak menepati janjinya, laki-laki itu tak menghubungi Nala.

"Ini kemana, si? Katanya jam 8," gerutu Nala.

VIRTUAL, Isn't it? {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang