Nalara's Instastory

44 5 2
                                    

Instastory Nala membombardir Septian malam ini. Laki-laki itu sampai-sampai sulit menutup matanya karena pikirannya kembali tertuju pada screenshoot-an video call antara Nala dan Ardana yang gadis itu pasang di Instastory-nya. Jangan lupakan cuitan kecil yang gadis itu tulis.

"Beda pulau bukan berarti gak bisa menuhin BM!"

Tak bisa dibiarkan, Septian harus bertindak.

Laki-laki itu mengambil kunci motornya dari atas nakas, setelah itu mengambil jaket hitamnya yang ia gantungkan di pintu. Kakinya melangkah dengan cepat keluar dari kamarnya, segera menemui mamanya yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Maa, Rival pergi dulu," pamitnya lalu menyalimi wanita paruh baya itu.

"Mau ke mana jam segini?" tanya mamanya, matanya melirik ke arah jam dinding yang berada di atas tv. Pukul 8,30.

"Mau nemuin pacar bentar, Ma. Dia lagi ngambek," kekeh Septian. Setelah mencium pipi kiri mamanya, laki-laki itu langsung berlari menuju garasi untuk mengeluarkan motornya.

Sedangkan di kediaman Nala, gadis itu sedang mengerjakan latihan soal persiapan UTBK di kursi teras rumahnya. Ntah lah, malam ini ia sepertinya membutuhkan udara segar agar otaknya tidak cepat memanas. Ayah dan ibunya sudah pergi ke Bali dan ia ditinggalkan seorang diri. Ya, sudah seminggu berlalu sejak kejadian Nala mengajar di kelas 10.

Fokusnya masih terjaga dengan baik sampai akhirnya sebuah motor berhenti tepat di depan pintu pagar rumah Nala. Pengemudinya langsung membuka helm, membuat Nala menatap cengo ke arahnya.

Kalo seperti ini caranya, bukan ketenangan yang akan Nala dapatkan. Melainkan kerusuhan yang sebentar lagi pasti akan terjadi karena ulah Septian.

"Laaa, main yuuu!" teriak Septian bernada, layaknya anak kecil yang mengajak temannya bermain.

Nala menggisik matanya yang terhalang kaca, ia tidak salah lihat kann?

"Bukain pagernya dong, La. Masa lo mau ngebiarin pacar lo berdiri terus di sini!"

Gila! Di mana letak waras Septian?

"Gue nggak nerima tamu malem-malem, mending lo pulang sono!" balas Nala dari kursinya.

Septian memicingkan mata. Ia tahu Nala tak akan membukakan pintu pagar untuknya, jadi tunggu apa lagi? Laki-laki itu dengan mudah menaiki pagar rumah Nala, lalu melompat dari atas pagar.

Nekat!

Ya Tuhann, laki-laki seperti Septian memang tidak memiliki kewarasan.

"Laa udahan dong ngambeknya, masa lo giniin gue terus?" Septian langsung berlutut di hadapan Nala. Jangan lupakan rengekannya barusan yang membuat bulu kuduk Nala meremang takut.

"Ngambek apaan sih, Sep? Lo ada kerasuka Jin, ya?"

Septian berdecak, laki-laki itu mengambil alih buku latihan Nala dan pensil dari tangan gadis itu, lalu menyimpannya di atas meja sebelah kursi yang Nala duduki.

Tangan Septian membawa tangan Nala, menggenggam tangan gadis itu dengan kedua tangannya.

"Gue tau pesona kegantengan gue nggak ada yang bisa ngalahin, sampe-sampe meskipun udah punya pacar cantik kayak lo masih banyak yang pengen jadi pacar gue dan rela jadi yang kedua," cerocos Septian membuat Nala mengerutkan keningnya bingung.

"Tapi gue nolak mereka, La. Gue setia sama lo doang. Gue nggak mungkin selingkuh dari lo. Jadi stop cemburu dan stop berusaha bikin gue cemburu."

"Lo ngomong apaan sih, Sep? Lo nggak sadar, ya? Lo mabok?"

Septian tak menghiraukan ucapan Nala. "Lo kalo mau apa-apa bilang aja ke gue. Gue juga pasti bakal penuhin semua keinginan lo itu, La."

Nala semakin dibuat bingung oleh Septian. Tapi mendengar apa yang Septian ucapkan barusan, Nala langsung mengangguk saja. "Iya Sep, gue pengennya lo pergi dari rumah gue sekarang. Lagian lo apa-apan si? Aneh, dateng malem-malem, nekat nerobos pager rumah gue terus ngelantur kayak gitu." Tangan gadis itu berusaha lepas dari genggaman Septian.

VIRTUAL, Isn't it? {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang