Lapangan SMA Cakra Buana kini telah dipenuhi siswa-siswi dengan seragam hitam, seragam kebanggan yang selalu dipakai ketika ada acara. Di sudut lapangan telah berdiri panggung berukuran sedang dengan tinggi satu meter, di atasnya diisi dengan berbagai alat musik milik band andalan Cakra Buana. CB band, ya begitulah mereka menyebutnya.
Hari ini acara pergantian jabatan osis sekaligus penurunan jabatan. Ketua osis yang dipilih melalui voting online kemarin, hari ini akan diumumkan.
Nala celingukan mencari seseorang yang mungkin ia kenal, gadis itu menggendong tas kecil berwarna hitam yang berisi power bank dan uang bekalnya. Ia masih berdiri di pinggir lapangan, karena bingung harus berjalan ke mana.
"Kak Nala!"
Seseorang memanggil namanya, Nala mengedarkan pandangannya ke berbagai arah, mencari si pemanggil.
"Di Barat, Kaa!"
Otomatis Nala mengalihkan pandangannya ke sebelah kanan. Di sana seorang laki-laki melambaikan tangannya pada Nala. Dia adalah anak osis yang seminggu lalu memberikan titipan gojek atas namanya.
Nala melangkahkan kakinya, ya setidaknya ia mempunyai teman ngobrol selama ia mencari teman sekelasnya.
"Sendiri, Ka?" tanya laki-laki itu basa-basi.
"Iya, nyari temen sekelas. Udah di WA nggak ada yang bales."
"Gabung kelas kita aja, lah, Ka. Lagian ini acara bebas," ucap seorang perempuan di sebelah laki-laki itu.
Suara mic mengalihkan fokus mereka, di atas panggung sudah berdiri 2 orang laki-laki yang sepertinya berperan sebagai pembawa acara.
"Selamat pagi semua!" teriak salah satunya sebagai kata penyambutan.
"Pagii!" Balasan serempak dari orang-orang yang berada di bawah panggung.
"Selain pembukaan voting ketua osis yang baru, hari ini kita juga akan dihibur oleh CB (bacanya sibi) band andalan kita, tepuk tangann!"
Tepuk tengan pun riuh diiringi dengan siulan anak laki-laki.
Sebenarnya acara seperti ini kurang Nala sukai, menurutnya keramaian adalah sesuatu yang tak cocok untuknya.
"Laa, gue cariin juga." Seseorang menepuk bahu Nala.
Dia Septian, bersama Belia yang sepertinya mengikuti ke mana pun laki-laki itu pergi.
"Anak kelas di mana?" tanya Nala setelah tersenyum ramah pada Belia.
"Di pojok timur, katanya nanti pulang acara sekolah kita ngumpul dulu di baso malang punya bokap gue," ucap Septian, Nala mengangguk saja.
"Yuk kumpul di sana, Farel sama yang lain udah nungguin!" ajak Septian lalu meraih tangan Nala untuk digenggamnya.
Nala melirik Belia tak enak hati dan mencoba mepelaskan tangan Septian. "Sep, lepasin!"
Septian menggeleng, ia malah menarik Nala menjauh dari kerumunan adik kelasnya.
"Duluan, ya!" teriak Nala pada laki-laki yang tadi memanggilnya.
Belia menatap tangan Nala dan Septian yang tertaut, dia merasa panas namun tak tahu harus melakukan apa. Dan pada akhirnya ia hanya mengikuti langkah Septian yang menarik Nala kembali menuju kumpulan anak kelasnya.
"Katanya nggak pacaran, tapi kok gandengan tangan?" gumam Belia pelan, sangat pelan hingga sepertinya hanya dirinya sendiri yang mendengar itu.
"Kemarin lo vote siapa, La?" tanya Septian saat mereka masih berjalan menuju pojok timur.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRTUAL, Isn't it? {COMPLETED}
Novela JuvenilMasa-masa ujian, masa-masa pusing dengan berbagai macam tugas, masa-masa sibuk mempersiapkan UTBK, dan tentu saja masa-masa butuh support system. Lalu Nalara dipertemukan dengan Ardana, seorang laki-laki virtual di sebuah grup try out yang ia masuki...