Ardana's Back

49 6 3
                                    

Sepulangnya dari tempat bakso malang yang ternyata milik papanya Septian. Nala langsung kembali duduk di meja belajarnya. Ia kembali memfokuskan dirinya untuk membaca materi yang akan ia ajarkan besok, setidaknya ia tidak planga-plongo di depan adik kelasnya.

"Laa! Baru aja makan baso malang masa udah pesen ayam crispy lagi sii?"

Tak lama setelah itu, suara katukan pintu menghentikan aktivitas Nala. Ia mengerutkan keningnya, ayam crispy? Hei, baso malang saja belum dicerna dengan benar oleh perutnya.

Masi dengan raut bingung, Nala membuka pintu kamarnya dan melihat sang ibu dengan piama tidurnya menenteng kresek putih berukuran sedang.

"Nih, kalo nggak abis kamu taro di kulkas aja biar besok diangetin. Kenapa nggak sekalian tadi makan yang kenyang aja, sih, La? Kalo pesen-pesen gofood terus kayak gini kamu jadinya boros," omel ibu Nala lalu menyerahkan kresek itu pada anaknya sebelum akhirnya kembali turun menuju kamarnya.

Nala menatap kresek yang sekarang sudah dalam genggamannya. Ayam crispy? Ya Tuhan, jangan-jangan ini dari Ardana.

Gadis itu langsung duduk lesehan di atas karpet sambil mengotak-atik ponselnya untuk menyalakan Wi-Fi. Memang semenjak pergi ke tempat baso malang tadi, Nala tak menyalakan akses internetnya. Ia tak mempunyai kuota internet dan terbiasa mengandalkan Wi-Fi rumahnya atau Wi-Fi sekolah.

Boomm!

Ardana mengirim banyak pesan pada Nala. Banyak permintaan maaf di sana, dan tentu saja penjelasan panjang yang ia ketik di sana.

"HP-nya nyemplung ke kloset? Kok bisa," gumam Nala membaca alasan mengapa Ardana tidak menghubungi Nala sejak kemarin siang.

Sebuah panggilan video call langsung masuk, siapa lagi pelakunya jika bukan Ardana?

"Hai, Ra," sapa Ardana dengan senyuman kikuknya yang memenuhi layar ponsel Nala.

"Ayam crispynya udah nyampe, kan?" tanya laki-laki yang kini menggaruk kepalanya yang Nala yakini tak gatal.

"Udah, Ar. Makasih. Padahal sebenernya gue baru aja pulang abis makan di luar sama ayah ibu gue." Nala ikut tersenyum kikuk.

Ardana berdeham. "Yaudah, kalo gitu ayamnya nggak usah dimakan. Lo buang juga nggak papa, itu tadinya permintaan maaf dari gue karena nggak ngabarin lo." Ardana menghela nafasnya. "Tapi kayaknya nggak terlalu berarti, ya, kabar dari gue?"

Nala gelagapan sendiri mendengarnya. Apa yang Ardana pikirkan? Setelah seharian ini Nala dibuat galau, lalu seenaknya laki-laki itu berkata kalau kabar darinya tak terlalu penting?

"Hei Ar, asal lo tau aja dari kemarin gue nyariin lo, gue selalu ngecek semua sosmed lo berharap lo aktif terus vc gue. Gue takut lo kenapa-napa. Jadi stop mikir kalo kabar dari lo nggak penting," balas Nala dengan menggebu-gebu. "Lagian gue masi lumayan laper, ko, ini mau gue makan ayamnya," lanjut Nala sambil membuka kresek itu dengan satu tangannya.

Gadis itu takut jika Ardana marah karena ia tidak menghargai pemberian laki-laki itu.

Melihat Nala yang mulai memakan ayam crispy-nya, senyum Ardana terbit. "Makan yang banyak, ya, cantik. Gue nggak mau pas kita ketemu lo kurus krempeng kayak nggak makan satu abad," candanya membuat Nala tersedak.

Nala langsung meraih botol satu liternya, meminum airnya yang tersisa setengah di sana.

"Gue hidup aja belum tentu seabad, Ar," komentar Nala.

Ardana terkekeh ringan. Laki-laki membenarkan posisi duduknya menjadi rebahan.

"Gimana persiapan try out? Udah belajar lagi?"

VIRTUAL, Isn't it? {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang