"Ini waktu yang buruk. Mari kita tolak permintaannya saja dan katakan padanya untuk pulang..." (Ellenia)
"Tidak!" (Ruby)
Aku buru-buru menyela kata-kata Ellenia saat dia perlahan membuka mulutnya.
Mata merahnya melebar.
"Ruby, kamu tidak harus memaksa dirimu untuk bertemu dengannya. Aku akan secara terpisah...." (Ellenia)
"Aku tidak memaksakan diri. Ada hal lain yang ingin kubicarakan dengannya." (Ruby)
"Kupikir itu bukan ide yang bagus. Selain itu, kamu harus segera pergi." (Ellenia)
"Kita belum tahu kapan aku harus pergi, bukankah ada sedikit waktu untuk minum teh?" (Ruby)
"Tapi Ruby....." (Ellenia)
"Tidak apa-apa, Ellen. Sungguh. Lagipula, dia adalah teman lama Ellen." (Ruby)
Apa itu karena aku atau sesuatu yang lain, Ellenia telah mengirim pergi pengasuhnya yang telah menjaganya dari kecil, dan dia tidak harus terlibat dalam masalah ini lagi.
Selain itu, aku penasaran kenapa Freya ingin menemuiku.
"...Apa kamu yakin baik-baik saja?" (Ellenia)
"Tentu saja, apa kamu lupa aku orang seperti apa?" (Ruby)
******
Pada sore musim dingin yang bersalju, aku tiba-tiba duduk untuk minum teh di meja yang terletak di taman rumah kaca, dikelilingi oleh pemandangan musim semi yang mewah.
Aku juga berhadapan dengan Freya.
Kenangan terakhirku tentang Freya adalah penampakannya di ruang cermin Istana Angvan.
Dia membeku dan hanya menatapku sementara semua orang teralihkan oleh raungan naga.
Memang, Freya yang belum kulihat dalam waktu yang cukup lama, sama rapih dan elegan seperti sebelumnya.
Dia tampak nyaman, namun sedikit kurang santai, tapi secara keseluruhan, sepertinya tidak ada yang berubah.
Namun, setelah meminta untuk menemuiku, dia sepertinya tidak mau membuka mulutnya.
Freya bukan satu-satunya yang menunjukkan tidak ada tanda-tanda untuk memulai percakapan, akupun juga begitu.
Udara di rumah kaca itu hangat, tapi rasanya seperti angin dingin bertiup.
Itu bukan karena diriku, mungkin karena Ellenia yang duduk tegak dan menatap teman masa kecil dengan ekspresi dingin di wajahnya.
Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka berdua.
Namun, mengingat sikap Ellenia, aku hanya bisa menebak bahwa ada momen tertentu yang pasti telah terjadi.
Freya jelas tidak berbicara atau melihat Ellenia.
Dia hanya duduk dengan bahu kaku dan kepalanya tertunduk, memandangi cangkir teh.
Situasinya seperti ini, tapi seharusnya tidak seperti ini.
"Ellen, apakah tidak apa-apa jika kamu meninggalkan kami sendirian untuk sementara waktu?"
Sebenarnya, jadwal Ellenia mengharuskannya untuk segera pergi, tapi aku bertanya dengan hati-hati karena dia cemas.
Tangan Freya yang sedang memegang gelas, sedikit tersentak.
"..... Hubungi aku jika terjadi sesuatu."
Ellenia yang berbicara padaku, mengalihkan pandangannya ke Freya dan berdiri dengan segan.
Akibatnya, akhirnya hanya kami berdua yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Get My Husband on My Side (terjemahan Indonesia)
FantasyCatatan : Cerita ini merupakan terjemahan Inggris-Indonesia. Sumber dari webnovel, 1stkissnovel dan novelbold. Aku menerjemahkannya sendiri dibantu oleh google dan pengetahuan bahasa Inggrisku, mohon maaf jika ada yang tidak mengerti atau menjadi a...