26

224 44 14
                                    

Maaf untuk semua typo!

Selamat membaca :)

.

.

.

.

Penyesalan adalah bagian dari kehidupan, dan akupun sudah banyak merasakan penyesalan dalam hidup. Namun bukan berarti itu semua membuat kehidupan ini berhenti. Justru rasa bersalah dan penyesalan dalam hidup itu menjadi sebuah pelajaran yang mungkin tidak akan bisa aku lupakan.

Sudah dua minggu aku kembali ke Busan dan bekerja seperti biasa. Aku dan Jungkook tetap melanjutkan hubungan jarak jauh kami. Sejujurnya, setelah apa yang terjadi padaku dan Jimin. Aku sedikit trauma untuk menjalani hubungan seperti ini, namun keadaan memaksa kami. Lagipula, ini bukan Jimin. Ini Jeon Jungkook, dan aku harus yakin dia tidak akan melakukan apa yang telah Jimin lakukan padaku.

Aku benar kan ? Tidak semua lelaki itu sama. Dan aku percaya itu.

"Nona, ini berkas titipan tuan Min." Jeno datang dan memberikan sebuah map merah padaku.

"Kemana lagi pria pucat itu ?" Tanyaku sedikit kesal sambil mengambil map di tangan Jeno.

"Tuan Min ada urusan, jadi dia meminta nona untuk mewakilinya hari ini."

Aku berdecak kesal, selalu seperti ini. Jika begini terus mengapa tidak sekalian aku saja yang menjadi CEO diperusahaan ini.

Satu jam sudah berlalu dan aku benar-benar merasa bosan duduk di ruang rapat mendengarkan celotehan para rekan kerja kakakku yang berbelit-belit.

"Baiklah, semuanya. Aku rasa rapat bisa di akhiri sekarang. Aku akan menjelaskan semuanya pada tuan Min. Keputusannya akan kembali aku sampaikan di rapat selanjutnya"

Semua dalam ruangan itu mengangguk, lalu keluar satu persatu. Aku menyandarkan punggung di kursi dan menghembuskan napas lelah.

"Nona, kau ingin makan sesuatu ? Kebetulan aku akan ke cafetarian."

Aku nampak berpikir, "Nanti saja. Aku belum lapar."

Jeno mengangguk lalu pamit untuk pergi makan siang. Aku memutar kursi menghadap jendela kaca di belakangku. Kebetulan gedung perusahaan ini dekat dengan laut, jadi aku bisa melihat pemandangan laut Busan yang sangat indah dari kejauhan.

Aku memeriksa ponselku dan tidak ada sama sekali pesan balasan dari Jungkook. Padahal ini sudah pukul satu siang. Itu berarti sudah hampir lima jam pria itu tidak membalas pesanku. Apa dia sangat sibuk ? Tapi ini jam makan siang kan ?

Aku memutuskan untuk menghubungi pria itu.

Sekali...

Dua kali...

Tiga kali...

Perasaanku mulai terasa tidak nyaman. Tidak biasanya Jungkook mengabaikan panggilanku. Aku memejamkan mata sejenak, berusaha untuk tetap berpikir jernih dan menyingkirkan pikiran buruk tentang masa laluku.

Jungkook pasti sedang sibuk dengan perusahannya.

.

.

Aku melempar sembarangan tas kerjaku di atas ranjang, lalu di susul tubuhku juga yang ku hempaskan ke ranjang. Langit-langit kamar yang putih adalah pemandangan yang pertama kali ku lihat.

Drrttt....

Drrttt....

Aku mengambil lalu membongkar tas hitamku dengan terburu-buru saat mendengar suara nada dering dari ponselku. Aku pikir itu Jungkook, tapi ternyata panggilan dari kakakku.

REGRET √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang