10

157 44 13
                                    

Maaf untuk semua typo.

Selamat membaca :)

.

.

.

Cuaca akhir-akhir mulai tidak menentu, terkadang panasnya serasa akan membakar kulit, lalu tiba-tiba langit menjadi menangis. Seperti sekarang, karena cuaca pagi tadi begitu cerah, aku sama sekali tidak membawa payung ataupun pakaian hangat.

Suara dentuman dari langit terus saja saling bersahutan sejak satu jam yang lalu, hari sudah semakin sore dan gelap karena hujan dan aku sama sekali tidak bergerak dari tempatku berdiri sejak tiga puluh menit yang lalu. Aku sudah meminta kakakku untuk menjemput tapi dia masih ada rapat penting, dan aku tidak bisa meminta bantuan Jungkook karena pria itu sedang berada di Seoul untuk urusan bisnis.

"Sepertinya hujan ini akan bertahan lama."

Aku menoleh saat mendengar suara lembut itu, Jimin berdiri di sebelahku sambil mendongak menatap langit yang sedang menangis. Lesung pipi kecil di pipinya muncul saat dia tiba-tiba tersenyum sambil menatap hujan. "Aku suka hujan."

Aku mengernyit bingung, masalahnya di sini aku tidak bertanya kan ?

"Aroma hujan itu menenangkan. Apa kau suka hujan ?"

Aku menghela napas pelan lalu menggeleng, "Tidak. Aku tidak suka."

Jimin menoleh padaku, melepas jasnya lalu meletakan jas itu di kedua pundakku. "Cuacanya dingin. Bukankah kau benci dingin ?"

Aku terkejut karena Jimin masih mengingatnya. "Kau tidak perlu melakukannya, Sajangnim." Ucapku seraya melepas jas itu dan mengembalikannya. "Aku baik-baik saja."

Namun bukan Jimin jika tidak keras kepala, dia kembali meletakan jas itu di kedua pundakku, membungkus setengah tubuhku hingga aku merasa sedikit hangat. "Bibirmu sudah biru, kau kedinginan Sohyun-ah."

Aku terdiam, dan kali ini aku tidak melepas jas itu karena jujur aku memang kedinginan. 

"Ayo, aku akan mengantarmu pulang." Ajaknya.

"Ah tidak perlu Sajangnim." Aku menolak dengan sehalus mungkin.

"Jangan keras kepala Sohyun-ah, hari semakin gelap dan hujan ini tidak akan berhenti dengan cepat."

"Tapi__,"

"Tungu di sini, aku akan mengambil mobil." Jimin memotong ucapanku lalu segera berlari menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat kami berdiri.

Aku menatapnya dengan tatapan sendu, kenapa Jimin terlihat berusaha kembali mendekatiku ?

Tak lama setelah itu, Jimin kembali menghampiriku, pria itu berlari keluar dari mobilnya tanpa payung lalu membuka pintu mobilnya, "Masuklah, Hyun."  Aku mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil audi hitam tersebut.

Aku duduk diam di sebelah Jimin, suara hujan masih terdengar sangat jelas. Aku melirik ke samping dan melihat Jimin yang fokus mengemudi, rambut dan kemejanya sudah sedikit basah.

"Sajangnim, pakai ini. Bajumu basah." Ucapku sambil kembali mengembalikan jas hitamnya.

"Ah tidak apa-apa, Hyun. Kau pakai saja."

Aku terdiam, lalu kembali meletakan jas itu ke pangkuanku.

Cukup lama hanya terdiam, Jimin kemudian membuka percakapan. "Kau tinggal di mana ?" Tanyanya.

"Lurus saja, searah dengan apartemenmu." Balasku.

Jimin mengangguk, "Bagaimana kabar ayah, ibu dan Yoongi hyung ?"

REGRET √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang