Maaf untuk semua typo.
Selamat membaca :)
.
.
.Hari demi hari berlalu dan tidak terasa jika hari ini tiba. Yaitu hari kelulusan Jimin. selama dia ujian aku sama sekali tidak menghubungi Jimin. Aku tidak ingin mengganggu konsentrasinya. Aku bangun lebih pagi dari biasanya karena hari ini aku berencana untuk memberikan kejutan untuk kekasihku. Aku ingin menghadiri kelulusannya. Saat ini aku sedang membantu ibuku menyiapkan sarapan, sampai satu suara membuat aku kesal pagi ini.
"Apa kau baru saja kesurupan ? Apa kau benar-benar Min Sohyun?"
Aku menatap tajam pria berkulit pucat yang sialnya adalah kakakku ini "Jangan mengacaukan pagiku yang indah ini Tuan."
"Apa salahku ? Aku hanya bertanya." katanya sambil menaikan bahu acuh.
"Sudahlah Yongi-ya, jangan menganggu adikmu. Berdoa saja semoga adikmu akan seperti ini setiap pagi." kata Ayahku sambil duduk di meja makan.
"Appaa" rengekku dan membuat seisi rumah ini mentertawakanku.
"Sudahlah. Ayo kita sarapan. Bukankah kau akan pergi Seoul pagi ini ?" ujar ibukku sambil meletakan sarapan di atas meja.
"Seoul ? untuk apa kau pergi ke Seoul ?" tanya kakakku penuh selidik.
"Hari ini, hari kelulusan Jimin Oppa. Jadi aku ingin mengejutkannya dengan datang tanpa memberitahunya."
"Benarkah ? kau akan pergi bersama siapa ?" kali ini Ayahku yang bertanya.
"Aku berencana mengajak Eun Bi, Appa. Aku boleh pergi kan ?" tanyaku, karena aku memang belum mengatakan ini kepadanya.
"Tentu saja boleh. Tapi kau harus berhati-hati."
"Kau tenang saja Appa, kalaupun ada penculik. Dia tidak akan mau menculik gadis pendek dan jelek seperti Sohyun." siapa lagi jika bukan pria berkulit pucat itu yang bicara.
"Eomma!" kali ini aku merengek kepada ibukku, dan berhasil. Kakakku yang bermulut pedas itu mendapatkan satu pukulan di bahunya. Aku tersenyum puas lalu menjulurkan lidahku padanya.
Setelah menyelesaikan sarapan, aku menghubungi Eun Bi. Dan gadis itu bilang jika dia tidak bisa menemaniku karena neneknya sakit dan dia harus menjaganya di kerenakan kedua orang tuanya sibuk. Aku bingung harus meminta siapa yang menemaniku, aku tidak berani jika pergi sendiri, karena Seoul cukup jauh dari sini. Akhirnya aku tidak punya pilihan selain menghubungi seseorang yang sekarang telah menjadi temanku. Dan aku bersyukur karena dia bisa menemaniku.
Pukul delapan pagi. Aku sudah di stasiun menunggu temanku datang. Sambil menunggunya duduk di dekat loket, dan tiba-tiba aku teringat Jimin. karena di tempat inilah aku melepas Jimin pergi ke Seoul untuk pertama kalinya. Aku tersenyum sambil melihat sebuah gelang yang selalu melingkar di pergelangan tanganku.
"Maaf terlambat." kata seseorang yang kini sudah berdiri di sebelahku dengan napas terengah-engah.
"Tidak masalah, keretanya berangkat sepuluh menit lagi." kataku sambil menyuruhnya duduk di sebelahku.
"Kau punya air?"
"Ada sih, tapi sudah aku minum beberapa teguk." kataku sambil mengeluarkan satu botol minum dari ranselku.
"Tidak apa-apa. Aku sangat haus." katanya lalu mengambil botol minum itu dan langsung menegaknya.
Untuk beberapa detik aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari pria di sampingku ini, dia sedang minum dengan keringat yang mengalir di lehernya. Sumpah itu benar-benar terlihat.... emm.. "Kenapa ?" aku terperanjat saat tiba-tiba dia menatapku dan bertanya. "Apa aku sangat tampan hingga kau melihatku seperti itu ?"

KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET √
FanfictionKetidak pastian tentang sebuah perasaan membawa Sohyun pada sebuah penyesalan terdalam. Akankah waktu mengembalikan semuanya? _Regret_