Maaf untuk semua typo!
Selamat membaca :)
.
.
.
.
"Bagaimana ? Apa perasaanmu mulai membaik ?"
Aku terkekeh pelan. Benar-benar takjub dengan jalan pikiran Jungkook. Jika lima tahun lalu dia membawaku ke Sungai Han ketika patah hati. Sekarang pria ini membawaku ke puncak Busan Tower setelah mengobati lukaku.
"Kata orang pemandangan alam bisa membuat perasaanmu membaik." Lanjutnya.
Aku mengangguk setuju, "Kau benar, Kook." Aku tertawa pelan sambil memukul dadaku berharap agar rasa sesak yang terasa sedikit berkurang. "Bagaimana bisa aku dengan mudah percaya pada pria yang pernah menyakitiku ? Karena kebodohanku sekarang aku kembali merasakan sakit yang sama."
"Itu karena dia masih ada di hatimu, Hyun. Terkadang cinta memang membuatmu bodoh."
Benar. Apa yang di katakan Jungkook memang benar. Bahkan ada yang mengatakan bahwa cinta bisa menghancurkan dunia.
"Aku hanya merasa tidak percaya. Hatiku tidak bisa menerima semua ini, Kook. Dia selalu mengatakan bahwa dia mencintaiku." Aku sekali lagi tertawa pelan. "Sekarang mungkin aku tidak akan mempercayai kata cinta."
"Jangan berpikir dangkal seperti itu Hyun, tidak semua pria seperti Jimin. Seperti aku... Aku tidak pernah bermain-main dengan kata cinta."
Aku mendengus geli lalu melirik Jungkook sekilas. "Iya iya.. beruntung sekali Yoojung memilikimu."
"Aku bisa membuat keberuntungan itu menjadi milikmu."
Aku terdiam sesaat, mataku dan mata bulat Jungkook saling menatap. "Jika kau__,"
Perkataan Jungkook terhenti saat ponselku berdering nyaring. "Sebentar." Ucapku sebelum mengambil benda berisik tersebut.
"Ya, Oppa ?"
"....."
"Em. Baiklah."
Aku kembali menyimpan ponsel lalu menatap Jungkook dengan wajah serius, "Beruang kutub sudah menyuruh kita pulang."
Jungkook terkekeh lalu mengusap pucuk kepalaku. "Bagaimana bisa kau mengatakan kakakmu sendiri Beruang kutub." Pria itu lalu berbalik. "Sekarang naiklah."
"Huh ? Ta-tapi...."
"Tidak apa-apa. Aku tahu kakimu masih sakit."
"Ba-baiklah." Dengan perlahan aku mendekat dan melingkarkan tanganku di lehernya.
Aku tersentak saat telapak tangan Jungkook tanpa sengaja memegang pahaku untuk memperbaiki posisiku di punggungnya.
Di sepanjang jalan menuju tempat parkir, aku dapat mendengar bisik-bisik pengunjung yang datang. Mereka banyak mengatakan jika kami adalah pasangan yang romantis hingga membuat pipiku terasa panas. Andai mereka tahu jika pria yang menggendongku di punggungnya ini adalah tunangan wanita lain, pasti akan terjadi perang dunia ke empat di sini.
.
.
.
Mengambil sebuah keputusan adalah bagian dari kehidupan, dan hari ini aku telah memutuskan untuk mengundurkan diri menjadi sekretaris Park Jimin. Setelah semua yang terjadi, mejauhi pria itu adalah pilihan yang tepat. Aku tidak ingin lagi berurusan dengannya. Sudah cukup luka yang dia berikan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET √
FanfictionKetidak pastian tentang sebuah perasaan membawa Sohyun pada sebuah penyesalan terdalam. Akankah waktu mengembalikan semuanya? _Regret_