08

188 50 7
                                        

Maaf untuk semua typo!

Selamat membaca :)

.

.

.

"Ya!"

Aku terperanjat saat mendengar seseorang berteriak. Dan saat aku menoleh, aku melihat kakakku sedang berdiri di ruang tamu sambil menatapku. "Ah...Oppa..kau mengejutkanku tau!" rengekku sambil berjalan kearahnya.

"Salah sendiri, Oppa sudah memanggilmu berkali-kali. Tapi kau malah diam saja." omelnya.

Aku tidak memperdulikan omelanya dan malah merentangkan kedua tanganku lalu memeluknya erat. Di saat seperti ini, aku benar-benar butuh pelukan untuk menenangkan hatiku. Jika ibuku masih ada, maka aku akan memeluknya sepanjang malam. Tapi sekarang, aku hanya memiliki seorang kakak. Jadi aku hanya bisa memeluknya, itupun hanya sebentar, karena kakakku bilang dia risih dengan sebuah pelukan. Menyebalkan bukan ?

Aku merasakan kakakku menepuk-nepuk punggungku pelan, lalu katanya "Ada apa lagi, hem ? kau membuat masalah lagi di kantormu ?"

Aku menghela napas pelan lalu menggelengkan kepalaku. "Aku hanya merindukanmu." Kataku, aku tidak sepenuhnya berbohong, aku benar-benar merindukan kakakku ini. Akhir-akhir ini dia bekerja terlalu keras, hingga aku jarang sekali melihatnya berada di rumah. Kakakku tidak menjawab apapun, dia hanya membiarkan aku memeluknya selama beberapa menit lalu melepaskannya walaupun aku berkali-kali menolak.

"Oppa sangat lapar. Tolong buatkan Oppa makanan. Setelah itu kau bisa memeluku selama yang kau mau." katanya setelah berhasil melepaskan pelukannya.

Aku mengembungkan pipiku kesal, tapi dia malah mencubitnya membuatku mengaduh karena cubitannya tidak main-main. Dia benar-benar kejam pada adiknya sendiri.

"Cepatlah!" perintahnya sambil mendorongku pelan ke arah dapur.

"Iya...iya.." kataku pada akhirnya sambil menyeret kakiku kearah dapur.

.

.

Hari ini, adalah hari ketiga Jimin tidak datang ke kantor, menyebabkan aku harus bolak balik ke kantor dan rumahnya demi sebuah dokumen. Doker bilang darahnya rendah kerena dia kurang tidur. Jadi, Jimin harus beristirahat setidaknya seminggu untuk memulihkan keadaannya. Aku sedang dalam perjalanan menuju apartemen Jimin. Dan tiba-tiba sebuah mobil berhenti di sebelahku.

"Kau mau kemana ?" tanya orang itu setelah menurunkan kaca mobilnya.

"Aku harus mengantarkan ini." jawabku sambil mengangkat sebuah map merah di tangan kananku.

"Kemana ?"

"Apartemen Jimin." balasku malas.

"Ah.. kenapa harus di antarkan segala ?"

"Dia sakit. Belum bisa ke kantor." jelasku.

"Aku temani ya ?"

Aku mengernyit "Kau serius ?" tanyaku ragu. Pasalnya Jungkook pernah bilang padaku dia kurang menyukai Jimin karena apa yang pernah pria itu lakukan padaku.

"Hm.. naiklah sebelum aku berubah pikiran."

Aku mengangkat bahu, lalu segera masuk ke mobilnya. Tidak ada salahnya bukan jika Jungkook menemaniku kan ? yah.. lumayan, aku jadi tidak perlu membuang uangku untuk bus atau taxi hari ini.

Aku dan Jungkook tiba di depan apartemen Jimin. Aku menekan bel dua kali setelah itu pintu terbuka, dan yang muncul bukanlah Jimin, melainkan wanita separuh baya.

REGRET √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang