09 - Love

4.6K 286 45
                                    

Jangan berhenti tuk melangkah, apalagi saat melintas sendirian di kuburan pada malam hari.


🤍
🤍
🤍
🤍

Langkah kaki yang lebar serta sedikit tergesa-gesa menggema di rumah megah bernuansa hitam putih. Kedua kaki panjangnya berjalan menaiki anak tangga, sang pemilik kaki tersebut terlihat amat sempurna dengan wajah tampan, rahang tegas, mata tajam, dan tubuh tinggi tegapnya. Tetapi jelas tidak ada manusia yang sempurna ... selain ... siapa coba?

Karena kakinya yang panjang, ia tak butuh menjejakkan kaki di setiap anak tangga ... tiga tangga satu langkah. Begitulah caranya hingga ia berhasil sampai di ujung tangga dengan cepat.

Ruangan favorit. Draco memberitahu bahwa gadis kecil kesayangannya berada di ruangan favorit.

Itulah yang terbayang di kepalanya kala mendengar jawaban dari tangan kanannya. Ia yakin gadis mungil itu tengah tertidur dengan beberapa buku di dekatnya. Kebiasaan ...

Ia berhenti melangkah, sedetik kemudian tangannya bergerak untuk mengetuk pintu yang berada tepat di depannya. Tok!

Satu dua kali ketukan tidak ada sahutan, baiklah ... gadisnya pasti sudah tertidur. Ia lalu membukakan pintu dengan hati-hati agar tidak mengganggu tidur nyenyak dari gadis yang ada di dalam ruangan tersebut, Rhea ... favoritnya.

Sudut bibirnya terangkat saat melihat raut polos seorang gadis yang tengah tertidur dengan pulasnya, sesuai dugaannya ... gadis itu tertidur di temani buku. Satu di tangan kanan, satu lagi ada di atas perutnya, dan satu laginya tergeletak di atas lantai.

Tak mau berdiri terlalu lama, ia dengan segera melangkah mendekati gadis tersebut. Lelaki itu berjongkok agar bisa melihat lebih jelas wajah Rhea.

Cup!

Kecupan yang ia berikan di kening sang gadis ternyata tidak membuat putri imut itu terbangun. Bahkan terganggu pun tidak.

Sebelah tangan kanannya terangkat menuju kepala mungil milik Rhea. Ia mengelus kepala gadis itu dengan sayang ... kekehan kecil keluar dari bibirnya saat kedua alis Rhea berkerut samar. Mungkin terganggu akibat ulahnya.

Dengan sigap lelaki itu mengambil semua buku yang berserakan, ia membereskan buku-bukunya lalu semua itu ia simpan di atas meja.

Lelaki tinggi yang tak lain dan tak bukan bernama Acrux itu menatap gadisnya kembali saat ia sudah selesai membereskan buku-buku. Hatinya menghangat kala mendengar deru nafas damai dari Rhea.

Acrux kembali mendekatkan wajahnya pada Rhea, ia menghirup aroma strawberry dari rambut gadis itu cukup lama. Lembut dan menenangkan ... itulah yang ia rasakan saat hidungnya bersentuhan dengan rambut hitam Rhea. Acrux lantas mendusel-duselkan hidung mancungnya di rambut itu dengan gemas.

Kemudian ia bergerak menurunkan kepalanya, kini mulutnya tepat di samping telinga kiri Rhea. "Sweet dream, my little girl." Bisiknya serak.

Karena sudah merasa puas menghirup aroma yang selalu membuatnya rindu, ia pun segera membopong Rhea ala bridal style. Tentunya dengan pelan penuh perhatian.

Acrux melirik pintu bercat putih secara sekilas, mengkode penjaga yang berdiri tepat di samping pintu tersebut untuk membukanya. Sang penjaga pintu pun lantas membukakan pintu tersebut, ia tidak ingin mengambil resiko di pecat dari pekerjaannya ini.

LITTLE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang