13 - Friend

3.2K 197 17
                                    

Tersandung, jatuh, tersandung lagi.
Ini sangat merendahkan setiap kali aku tergelincir.


🤍
🤍
🤍
🤍

Dengan langkah cepat dan lebar Acrux berjalan tegap menuju gerbang sekolah. Sudah ada tiga kalinya ia hampir menubruk murid yang masih berlalu lalang di sekolah, padahal bel pulang sudah berbunyi sekitar 7 menit yang lalu.

Acrux mengusap-usap hidungnya yang terasa gatal, dan seketika ia teringat dengan Draco yang pernah berkata bahwa, 'Kata ibu saya ... jika hidung kita terasa gatal, maka itu tandanya ada orang yang sedang membicarakan kita.', sebenarnya ia tidak terlalu percaya. Tetapi, sepertinya kali ini ia harus percaya, kemungkinan besar mereka lah yang membicarakannya.

Saat sudah berhasil melewati gerbang sekolah, Acrux langsung mengedarkan pandangannya mencari mereka, dan ternyata ... mereka ada di seberang jalan.

Tatapan Acrux yang datar menunjukkan kebosanannya pada kedua manusia tersebut, mereka terlihat adu mulut. Bertengkar lagi?

Dan benar saja ... saat Acrux sudah sampai di hadapan mereka, telinganya langsung mendengar perdebatan di antara keduanya. Ia menggeleng heran, tak habis pikir dengan kelakuan ajaib kedua temannya itu.

Saking asiknya mereka berdebat, kehadiran Acrux sampai tak di sadari, karena itu ... ia hanya diam menyaksikan adu argumen dari kedua manusia yang sama-sama ingin menang sendiri.

"Udah, sih! Naek angkot aja, Yo!" bentak Izar sambil berkacak pinggang.

Elio jadi ikut berkacak pinggang. "Lo tadi pagi kagak mau naek angkot! Lah, sekarang? Ngebet!"

Izar memutar bola matanya malas. "Daripada jalan kaki, bego!" sewotnya.

"Gak apa-apa lah! Biar bisa ngerasain gimana rasanya pulang sekolah jalan kaki." kata Elio.

"Nunggu si Acrux aja dulu! Siapa tau dia gak mau!"

Elio mendatarkan ekspresinya. "Orang ini rencana gue sama si Acrux! Lo mah kagak percayaan sama gue, ah!"

Izar membuka mulutnya hendak memprotes kembali apa yang Elio katakan, tetapi tak jadi karena Acrux tiba-tiba bersuara.

"Ekhem." Acrux berdehem.

"Nah, ini nih orangnya! Lo darimana aja sih?!" tanya Elio dengan nada sewotnya.

"Toilet." jawab Acrux singkat.

Izar menepuk-nepuk pelan lengan Acrux. "Rux, emang kita pulangnya jalan kaki?"

Acrux mengangguk. Ia menatap Izar dengan senyuman tipisnya yang terlihat sekilas. "Sekali-kali jalan, siapa tau nanti gak bisa kayak gini lagi, kan?"

"Tuh! Acrux aja ngerti, Zar!"

Izar berdecak. "Lo berdua ngomongnya begitu terus!" sentaknya. Ia jadi takut sendiri.

"Yaudah lah, ayok-ayok! Bangsat lah! Gue kira kita sahabat ternyata bangsat!" dumel Izar dengan suara keras sembari berjalan mendahului kedua temannya.

Acrux turut berjalan, dan di ikuti oleh Elio. Mereka berdua berjalan bersisian. Sedangkan Izar di paling depan.

Acrux menoleh kaget pada bahu kanannya saat ada sebuah tangan yang merangkulnya. Ia lalu melirik ke kiri dimana terdapat Elio yang tengah menyengir lucu. "Hehe ... lagi mode best friend nih gue ... gapapa ya?"

LITTLE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang