29 - Voting

1.7K 117 12
                                    

Kemarilah bermain bersama kami, akan kami tunjukkan betapa menyenangkan menjadi teman kami, dan betapa menegangkan menjadi musuh kami.


🤍
🤍
🤍
🤍

"Rux, si Rhea pulang sama siapa?" tanya Elio. Saat ini mereka sedang berada di parkiran sekolah. Bel pulang telah berbunyi, namun, mereka tidak akan pulang ke rumahnya terlebih dahulu.

Tepat hari senin siang ini, pemilihan ketua geng baru akan dilaksanakan. Persiapan sudah lengkap, tinggal menunggu semua anggota Aster datang dan melakukan pemungutan suara.

Dua minggu terasa cepat berlalu, Acrux tak menyangka, dia akan segera memberikan jabatan Alpha-nya kepada orang lain. Hatinya berdebar, ia hanya takut pilihannya salah. Namun, semoga saja yang terpilih adalah yang terbaik. Lebih baik darinya.

"Supir." jawab Acrux singkat. Ia memakai helmnya, dan menyalakan mesin motor.

"Si Karina boleh nebeng kagak?"

"Hm."

Izar sibuk mengetik di layar ponselnya. "Yok! Si kampret udah bacot aja." Ia menatap kedua temannya, Elio mengangguk, sedangkan Acrux menyernyit.

"'Kampret' siapa?"

"Gemma." sahut Elio. Matanya menatap Izar datar, dan di balas tatapan sinis oleh lelaki itu. Mereka masih tidak suka pada Gemma. Tentu saja!

Elio menaikkan kedua alisnya, ia lupa akan satu hal. "Bentar ges! Gue mau chat si Karina dulu."

Mereka pun tidak jadi meng-gas motornya. Acrux dan Izar sama-sama terdiam menunggu Elio selesai dengan urusannya.

Hari ini, mereka bertiga tidak terlalu banyak bergurau. Perasaan mereka sedang campur aduk.

Ada kebahagiaan, karena tak menyangka mereka bisa menjaga keutuhan Geng Aster selama satu tahun lebih ini.

Kegelisahan, mereka khawatir salah memilih petinggi dan Ketua sebagai penerus mereka.

Dan sedih, siapa yang tidak sedih saat akan segera lengser? Mereka pasti akan merindukan disaat-saat dimana mereka mengurus berbagai masalah di Geng Mereka. Baik oleh gangguan luar, maupun kenakalan anggota mereka sendiri.

"Udah, yok." ucap Elio. Dia memakai helmnya setelah menaruh kembali handphone-nya di saku jaket hitam mereka.

"Zar, pake helm lo." titah Elio.

Izar melirik Elio sekilas, lalu ia mengambil helmnya dengan lesu. "Gue sedih, bro. Gak bisa marah-marah lagi gue sama junior." ucapnya lemah.

Acrux menepuk-nepuk bahu Izar. "Masih bisa. Kita masih bertanggung jawab atas Aster. Bantu mereka selagi kita bisa bantu."

Elio mengangguk setuju. "Solidaritas kita gak selesai sampe disini, solidaritas sampai mati!!" sungutnya berapi-api.

Percikan api yang Acrux dan Elio berikan memberikan kobaran yang membuat Izar mendapatkan kembali semangatnya yang hampir hilang.

"Huhhh! Ayo!" ajak Izar. Ia berkaca pada kaca spions. Ide cemerlang muncul di kepalanya yang tertutupi helm. "Eh, balapan kuy!!"

LITTLE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang