04 - Goodbye

5.8K 429 44
                                    

Tidak semua kata 'selamat tinggal' itu berarti pergi untuk selamanya.


🤍
🤍
🤍
🤍

Tok! Tok! Tok!

Rhea menghentikan gerakannya yang akan mengambil sebuah buku di perpustakaan rumah Acrux. Ia menoleh ke pintu dan terdiam sebentar menatapnya, lalu ia bergerak untuk membuka pintu tersebut.

"Maaf mengganggu Nona Kecil, Tuan memanggil anda ke kamarnya. Mari." kata Draco to the point, ia membungkuk dan mempersilahkan Nona kecilnya untuk jalan lebih dulu darinya.

Dengan mengangguk kaku Rhea mulai melangkahkan kakinya, ia sesekali menengok ke belakang hanya untuk mengecek apakah tangan kanan dari Acrux itu masih mengawalnya ataukah tidak, sebab langkahnya tidak terdengar jelas. Sepertinya Draco tidak suka kebisingan, apa bedanya dengan Acrux?

"Saya permisi, Nona." pamit Draco setelah berhasil mengantarkan Nona Kecilnya ke kamar sang pemilik rumah.

Rhea cukup kaget dengan suara yang keluar secara tiba-tiba itu, karena sejak tadi Draco hanya diam dan mengekorinya. "Ouh, haha ... anu ... makasih ya." gagunya canggung.

Draco mengangguk, lalu pergi entah kemana.

Tok ... tok ... tok ...

Ceklek!

Hebat! Ketukan lambat dan pelan yang Rhea lakukan bahkan mampu membuat Acrux dengan seketika mengetahui keberadaannya. "Masuk!"

Rhea berjalan mengikuti lelaki jangkung itu, ia duduk di sofa tepat di samping kiri Acrux. "K-kenapa?" tanyanya pelan.

Acrux membenarkan posisinya agar bisa berhadapan dengan Rhea. "Jam sepuluh malam sabtu kayak biasa gue berangkat ke kantor dan bakal pulang jam sepuluh malam senin. Lo di rumah baik-baik, kalo keluar harus ditemenin Draco. Ngerti?" Gadis kecil di sampingnya itu membalas dengan anggukkan cepat.

"Besok pagi sekitar jam delapan bakal ada tamu, cewek, sepupu Elio. Dia nginep disini sampe minggu sore, kalian jadi temen baik.. oke?" Rhea kembali mengangguk. "Oke!" jawabnya dengan mengacungi jempol.

Acrux mengangguk puas. "Jangan nakal!" titahnya pada Rhea sembari menepuk-nepuk pelan kepala gadis mungil itu. Lalu setelahnya hening pun melanda.

Rhea memilin jari-jarinya gugup, mulutnya terbuka hendak mengatakan sesuatu namun ia kembali merapatkannya. Ia takut salah bicara dan membuat Acrux marah, ya ... meskipun lelaki itu tidak pernah membentaknya, jika Rhea membuat kesalahan maka Acrux akan memberinya tatapan tajam beserta ucapan singkat dan tegasnya, tetapi tetap saja menakutkan.

"Tanya aja."

"H-hah?" Acrux menatap manik coklat yang lugu itu. "Kenapa? Ngomong aja."

"Eum ... L-lea kangen bunda, kapan kita ke makam bunda lagi?" tanyanya berdecit, ia menundukkan kepala tak berani menatap mata hitam legam ciri khas dari seorang Acrux.

"Kapan-kapan." jawab Acrux singkat.

Rhea memberanikan diri menatap Acrux. "K-kapannya tuh ... kapan?" Ia bertanya lirih.

Acrux menggendikan bahunya. Ia pun tak tahu.

"K-kalo Ayah ... gimana kabarnya?"

LITTLE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang