Dia bilang, 'Secara tidak langsung orang tuaku mendidik ku, bahwa keluarga itu hanyalah sebuah omong kosong.'
✨
🤍
🤍
🤍
🤍
✨Jam 20:15 WIB Acrux masih menggunakan seragam putih abunya, ia mengendarai motor di jalanan yang ramai. Banyaknya kendaraan yang mengisi setiap sisi jalan menyebabkan perjalanannya kali ini macet total.
Acrux sudah pulang dari Markas Aster saat jam setengah tujuh malam tadi. Tetapi kemacetan membuatnya harus menunggu dengan sabar agar bisa segera sampai di rumahnya. Entah jam berapa ia akan sampai.
Untung saja dia sudah memberitahu Rhea jika jalanan sedang macet, atau gadis itu akan khawatir. Ini pertama kalinya ia pulang kerumah semalam ini dengan masih menggunakan seragam sekolah. Banyak yang menatapnya, entah apa yang mereka pikirkan tentangnya.
Suara decakan keluar beberapa kali dari mulut Acrux. Cuaca semakin dingin, semilir angin malam ini sangatlah berbeda, seperti akan ada hujan yang besar. Langit malam terlihat kosong, tidak ada bintang yang menemani.
Acrux lupa tidak membawa jaket, sial! Jika saja bukan untuk urusan Geng-nya mungkin lebih baik ia pulang dulu. Tetapi ini penting, ia dan petinggi lainnya sudah menyusun acara, bagaimana saat pemilihan itu berjalan. Setiap petinggi diberi tugasnya masing-masing, ia juga meminta bantuan dari beberapa anggotanya untuk menyiapkan barang-barang yang diperlukan.
Pengumpulan uang pun dilakukan di hari yang sama, tadi mereka sangat sibuk. Tetapi, semuanya berjalan lancar, dan keputusan sudah selesai. Tinggal menunggu hari H, dan lengsernya Acrux dari jabatan terhormat di Geng Aster.
"Aisshhh!"
Umpatan kekesalan keluar dari pria berjaket oren di samping Acrux. Pria itu memukul-mukul helmnya keras dengan raut yang kesal. Acrux menggeleng dengan wajah datarnya. Ia sedikit ngeri, bagaimana jika tiba-tiba pria itu lupa ingatan dan menganggapnya sebagai anaknya? No!
Tin! Tin! Tiiiiiin!
Acrux menutup kaca helmnya yang tadi terbuka, ia melirik sinis pria tadi. Dia mengklakson pada siapa? Kendaraan di depannya saja tidak tahu apa yang membuat jalanan begitu macet. Hanya membuat telinga berdenging juga tensi naik saja.
"ARGHHH!! HUJAN INI MAH!!" teriak pria itu. Lagi-lagi dia membuat Acrux menatapnya datar.
Namun, perkataan itu membuat Acrux seketika mendongak menatap pemandangan langit malam yang begitu kelam tanpa adanya bintang satu pun, bahkan sinar bulan tidak begitu terang. Suara gemuruh petir dan juga angin membuat Acrux secara otomatis menyetujui perkataan pria itu. Hujan pasti akan datang.
Ada kah yang tidak suka hujan? Acrux suka, jika datangnya di waktu yang tepat. Tidak saat ia masih berkeliaran di luar rumah ataupun sedang berpergian.
Sekitar 15 menit terjebak dalam kemacetan, akhirnya perjalanan pun lancar kembali. Tetapi, mungkin kalian tidak asing dengan satu hal ini. Satu masalah hilang, datang masalah lain.
Begitulah situasi yang sedang Acrux alami saat ini. Kemacetan hilang, hujan pun datang. Datangnya pun tak main-main, mereka membawa anggota yang sangat-sangat banyak. Dan jatuhnya tidak bisa di bilang lemah.
Acrux sampai serba salah. Jika dia tetap menutup kaca helm, maka penglihatannya akan buram karena air yang membasahi kaca. Sedangkan, jika ia membukanya, air hujan itu akan menghambar matanya seperti lemparan batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE GIRL
RomanceAcrux Sirius, lelaki dingin yang terlihat kuat dan keras itu ternyata memiliki banyak kejadian pahit yang menimpa kehidupannya sejak kecil. Hatinya hampa dan sakit kala secara perlahan satu demi satu orang yang ia sayang meninggalkannya, hingga suat...