30 - Keputusan

1.5K 124 5
                                    

Demi mencari muka, dia bertingkah seperti bunglon, membiarkan hatinya terus bergerak-gerak layaknya air di daun talas.


🤍
🤍
🤍
🤍

Acrux memanggil semua petinggi Aster untuk ke depan, mereka membentuk lingkaran dan saling merangkul. Deheman kecil keluar dari bibir tebal Acrux. "Hasil seri, jumlah pas. Gimana?" tanyanya to the point. Dia berbicara dengan volume yang pelan.

"Hah?" cengo Elio. Jangan heran dengan hal itu, Elio bisa di bilang tidak peka dan cukup lemot.

"Hasil voting seri, dan jumlah yang vote juga pas." Gemma memperjelas ucapan Acrux. Namun, bukannya Elio berterimakasih, lelaki itu justru mengabaikannya.

"Gimana?" tanya Acrux sekali lagi. Dia memang yang menentukan pilihan, tetapi pendapatnya harus dibicarakan baik-baik.

Alba menunduk, dia mencoba mencari solusi terbaik. "Em, sorry, Rux. Tapi, gimana kalo vote dari lo aja yang dihapus?"

"Kagak-kagak! Dia Ketua, pilihannya itu penting." sungut Izar sedikit emosi.

"Daripada yang anggota, nanti malah ada yang iri." sahut Atlas. Ia setuju dengan pendapat Alba. Hasilnya seri, jadi terpaksa sang Pemimpinlah yang harus rela tidak ikut vote.

Acrux mengangguk. "Oke, gue ter-"

Gemma memotong ucapan Acrux dengan jari telunjuknya yang menunjuk tepat di depan wajah Acrux. "Jangan. Lebih baik lo tanyain mereka dulu. Vote dari lo atau dari Andra yang gak hadir yang di hapus."

Lagi-lagi Acrux mengangguk. "Udah. Balik ke posisi masing-masing."

Mereka pun melepas rangkulannya. Menjauhi Acrux yang kini berada di paling depan. "DENGER!" teriaknya keras. Semua mata tertuju padanya. Keheningan pun melanda.

"Hasil voting seri. Kalian pilih pendapat gue atau pendapat Andra yang gak hadir itu yang di hapus? Atau ada yang punya pendapat lain?"

Seketika keheningan berubah menjadi bising. Mereka saling bisik-membisik. Banyak orang, banyak pendapat. Itulah yang Acrux khawatirkan. Perdebatan sengit. Ia yakin, kali ini ia akan kembali pulang malam-malam.

Acrux mengambil kursi yang ada di dekat pintu untuk ia simpan di tempatnya tadi berdiri. Dia duduk di kursi itu. Mau bagaimana pun dia tetaplah manusia biasa. Cukup pegal setelah daritadi ia berdiri terus.

"Gue kasih waktu sepuluh menit." ucap Acrux. Ia mengambil handphone-nya, dan melihat jam di layar canggih itu. 17.44 WIB, hampir menjelang magrib. Lebih baik ia mengabari Rhea terlebih dahulu.

Mine!

Lea, gue pulang malem.

Aster.

Oceee! Ati-ati ya!

Jangan lupa makan!

Tatata ti amo😍

Acrux terkekeh saat melihat pesan terakhir dari Rhea, gadis itu sangat imut. Ia jadi ingin mendekap gadis itu didalam pelukan hangatnya sekarang juga. Rhea sangat menyukai minions, semua minions dia hapal namanya, bahkan bahasanya pun gadis itu hapal. Padahal, menurutnya, semua minions itu terlihat sama.

LITTLE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang