16

226 41 3
                                    

Ralia bangun agak siang karena semalaman harus berkali-kali terbangun akibat demam. Obat dari Jevan ternyata hanya bereaksi untuk beberapa jam saja, ketika Ralia tiba di tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuh, reaksi dari obat sudah tidak lagi mampu menahan gejolak panas di seluruh tubuhnya.

Ketika membuka mata, Ralia menemukan Helena dan Meisha yang sedang merias wajah di depan kaca.

"Pada mau kemana nih?" tanyanya dengan suara serak.

Helena menoleh ke belakang. "Demam lo udah turun?" tanya Helena berjalan mendekati ranjang.

Sejak malam memang Helena yang mengurusi Ralia karena Ralia bilang ia tidak mau merepotkan mama di waktu liburan seperti ini. Helena iya-iya saja, lagipula tadi malam Helena juga tidak bisa tidur. Apa salahnya merawat gadis cantik satu ini, pikirnya.

"Oke, udah." Helena mengangkat tangannya dari dahi Ralia. Kemudian mengambil gelas dari atas meja rias yang sebelumnya memang ia persiapkan. "Tadi Mama lo nanyain kenapa belum bangun, terus gue boong, gue bilang kalo tadi malem kita bergadang jadinya kurang tidur."

Ralia mengangguk paham. "Makasih ya, Na. Lo emang paling bisa diandelin!"

Meisha memperhatikan dalam diam interaksi dua perempuan itu, hatinya menghangat. Padahal liburan ini hanya berjudul liburan rekan kerja orang tua, tapi siapa yang menyangka kalau anak-anaknya juga sangat akrab dan dekat? Ingin rasanya Meisha ikut di dalam anggota rekan kerja ini, agar bisa semakin dekat dan selalu mengikuti acara liburan setiap tahunnya.

Sejak kemarin, Meisha menemukan banyak sekali pemandangan yang menyejukkan mata. Perhatian seluruh orang tertuju pada Helena dan Ralia dan notabenenya adalah perempuan paling muda. Lalu karena Meisha juga seumuran dengan keduanya, ia juga mendapat perlakuan lebih.

Dari Jeffrey, kakak laki-laki Ralia yang membelikannya es kelapa. Lalu Carissa yang menawarkan untuk membeli es krim bersama, kemudian Dona, kakak perempuan Hesta yang benar-benar perhatian sampai membuat Meisha merasa menjadi adik kandung Dona sendiri.

Hubungan antar keluarga ini sangat erat, Meisha iri karena keluarganya tidak pernah berlaku sama seperti keluarga-keluarga yang Meisha temui ini.

"Ini kalian pake dandan segala mau kemana emang?" tanya Ralia, turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.

Meisha menjawab, "Bang Jeffrey ngajakin kita keliling daerah ini. Perginya abis lo bangun makanya gue sama Helena make up dikit."

"Gue yang ngajakin Meisha make up-an," lanjut Helena kembali mengoles berbagai hal di wajah mulusnya. "Buruan mandi, abis tuh gue pakein ini juga," titahnya.

Ralia mengangguk saja, segera mandi lalu memakai pakaian yang masih tersusun rapi di dalam koper. Masih memakai handuk putih yang menutupi dada sampai paha, Ralia mencari dalaman. Bertepatan dengan pintu diketuk lalu dibuka begitu saja.

Sangkin cepatnya, Ralia sampai tidak bisa memekik dan hanya terdiam mematung saat tiga pasang mata itu menilai penampilannya dari atas hingga bawah.

"HESTA TUTUPPP!" teriak Helena sekencang yang ia bisa sambil berlari menutup pintu kamar. Bunyi dentuman pintu terbanting akhirnya menyadarkan Ralia.

Meisha mendatangi gadis yang masih setengah berjongkok di depan koper. "Ra, buruan pake bajunya," katanya panik. "Mereka nggak liat apa-apa sumpah, jadi buruan pake bajuuuuu!"

Helena membalikkan tubuh dengan wajah kaku. Sialan Hesta, padahal bukan Helena yang tertangkap basah belum mengenakan pakaian, tapi Helena ikut merasa malu mewakili Ralia. Tidak bisa Helena bayangkan posisi Ralia saat ini.

Masih belum mengatakan apa-apa, Ralia dengan cepat memakai baju dan merias diri.

"Malu anjir, Na." Ralia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Badan gue nggak ada bagus-bagusnya lagi. Mana ini tompel ada di sini!" Ralia menunjuk tanda lahir bulat berukuran sedang di paha kanan bawah. "Masih untung kalo cuma Hesta doang!"

Forbidden relationship (00-01line)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang