25

215 44 7
                                    

"Aku bilang lepas," ringis Jevan berusaha melepaskan cekalan tangan Shira.

Suasana sepi sekolah membuat Shira memberanikan diri menghentikan langkah tegas Jevan yang sejak awal sudah mengacuhkan kehadirannya.

"Aku minta maaf..." cicit Shira masih berusaha membuat Jevan menoleh padanya. "Aku salah Jevan, aku seharusnya nggak ngela—"

Jevan membalikkan tubuh menghadap Shira. "Minta maaf sama Ralia, jangan ke aku."

"Iya! Tapi kamu juga harus maafin aku dulu." Shira menatap Jevan memohon.

Jevan merasa kepalanya pening sejak semalam, sejak matanya menemukan titik kesalahan paling fatal yang pernah Harris lakukan. Tidak, Jevan tidak menyalahkan Shira. Ia justru berang pada Harris, yang dengan kesadaran penuh sudah melukai perasaan Ralia.

Jevan tidak terima Ralia dikhianati dengan cara seperti itu. Ia tidak peduli dengan siapa Harris berlaku curang, tapi kenapa harus Shira? Kenapa harus perempuan yang dikira sempurna oleh Ralia? Secara tidak langsung, Harris membuat Ralia kecewa pada dua hal. Pertama pada pengkhianatannya, lalu yang kedua pada penilaian Ralia tentang Ashira Barsha.

"Kamu tau kalo kamu nggak perlu maaf dari aku, kan?" Jevan menghembuskan nafas berat. Dengan nyalang matanya menatap Shira yang hampir menangis. "Kita udah selesai Shira, malem itu aku dateng buat selesaiin semuanya, selesaiin semua yang terjadi di antara kita. Aku harap, kamu berhenti nyakitin diri kamu sendiri mulai sekarang. Kamu yang paling tau kalo hati aku, nggak pernah jadi punya kamu." Saat mengatakannya, Jevan benar-benar berharap Shira bisa menemukan kesadaran.

"Selama ini, kamu pasti bertahan karena kasihan, ya..," lirih Shira dengan suara bergetar. "Jevan...setelah semua yang aku lakuin buat terus ada di samping kamu, apa nggak bisa kasih hati kamu sedikit aja untuk aku?"

"Kalo bisa, udah aku lakuin dari awal," sesal Jevan. Ia menatap ke arah lain agar tidak terlalu kasihan pada Shira yang menatapnya penuh kesedihan.

Jevan sepenuhnya memahami bahwa perasaan Shira tulus dan besar padanya sejak awal. Namun, Shira akhirnya berselingkuh karena Jevan tidak pernah bisa memperhatikannya selayaknya seorang pacar. Jadi, Jevan memutuskan untuk berhenti. Berhenti menyakiti Shira dengan harapan-harapan yang Shira rakit sendiri selama ini.

Perlu bagi Jevan untuk menentukan pilihan, meskipun pada ujung kisah nanti, Jevan tetap tidak menemukan tambatan hatinya jatuh ke dalam pelukan.

Shira menangis. "Aku tau kalo sampe kapanpun kamu nggak bakal kasih aku tempat spesial di hati kamu! Tapi ini terlalu kejam, Jevan!"

"Makanya aku minta berhenti." Jevan menjaga agar suaranya tidak meninggi. "Aku minta berhenti dari semua ini, Shira. Sekeras apapun aku nyoba, aku tetap nggak bisa fall in love sama kamu!" sembur Jevan. "Aku udah berusaha." Raut frustasi tercetak jelas di wajah rupawannya.

Shira kehilangan seluruh kata dibalik lidah ketika melihat tatapan Jevan tidak lagi teduh. Sejak kapan Jevan menjadi sedingin sekarang? Sejak bulan keberapa? Ataukah...sudah sejak awal Jevan memang hanya memiliki tatapan dingin untuk dirinya?

Shira menggelengkan kepala, ia menggigit bibir bagian dalam kuat-kuat. "Aku masih sayang sama kamu."

Jevan berpaling, pening kepalanya kian menjadi. "Cari orang yang bisa sayang juga sama kamu...," sesal Jevan lagi. "Aku nggak bisa kasih hal itu selama ini. Cari orang yang tulus sama kamu..."

"Kenapa kamu nggak bisa?"

Jevan memejamkan mata, pening di kepalanya semakin tidak terkendali. "Ada orang lain yang udah lama disini." Jevan menunjuk dadanya. "Ada orang lain yang pengen banget aku lindungin."

Forbidden relationship (00-01line)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang