"Kalian berdua nggak ada yang mau cerita ke Mama tentang masalah Ralia, ya?" cecar mama. Menatap dua anak laki-laki yang hanya diam sambil memandang satu sama lain. "Hesta? Kamu juga mau diem terus nih?" lanjutnya. "Itu muka kamu memar-memar kenapa Jerico?" tuding mama menjulurkan tangan ke wajah tampan yang kini ternodai.
Hesta menoleh pada Jerico yang menegang saat mama menyentuh permukaan kulit wajahnya. Hesta tebak pasti itu terasa sakit.
"Jeffrey!" Mama memanggil anak tertuanya dengan suara sedikit besar. Jeffrey datang dengan laptop di tangan kirinya. "Jeffrey, kamu tolong ambilin dulu p3k," suruh mama membuat Jeffrey segera mengabulkan permintaan.
Kotak obat di tangan kanan Jeffrey langsung ia serahkan. "Berantem lu?" tuduhnya tanpa basa-basi.
Jerico berjengit saat sebuah kapas basah nan dingin bersarang di beberapa titik lukanya. "Perih, Ma..." lirihnya dengan mata berkaca. "Mama perih..." Jerico mengulang sambil akhirnya meneteskan cairan di mata bulat yang biasanya selalu tampak berbinar bahagia.
Mama menghentikan kegiatan. "Heh, nggak sesakit itu sampai kamu nangis gini ya!"
Jerico mengangguk, tangisnya bukan karena luka-luka itu, melainkan untuk Ralia yang mengurung diri di dalam kamar sejak ketiganya tiba di rumah satu jam yang lalu.
Tangan Hesta berhenti di belakang punggung Jerico dan mengelus-elus sesaat. "Udah-udah," katanya menenangkan.
Perhatian Jeffrey teralih, dari laptop kemudian pada Hesta. "Abis berantem sama siapa dia?"
Menimang sesaat, Hesta akhirnya menghembuskan nafas lelah. "Harris, Bang," akunya. Tidak punya pilihan, lagipula keluarga Ralia kan sudah tahu tentang kehidupan asmara Ralia sendiri. Tidak ada yang perlu ditutupi. "Dia berantem sama Harris."
Usai merapikan kotak obat, mama mengelus rambut Jerico lembut. "Kamu belain Ralia?" tanyanya. Tudingan maupun tuduhan tidak lagi terdengar dalam alunan halus suara wanita berkepala 4 tersebut.
"Nggak, kata siapa aku belain cewek bodoh itu." Jerico mengelap matanya. "Dia nggak penting!"
Melihat cara Jerico menyangkal, sebuah senyuman lembut terpatri di wajah mama. "Pinter banget emang nyangkalnya ya."
Pipi Jerico ditepuk lembut. "Emang nggak belain dia," ketusnya. "Aku nggak mau temenan sama cewek yang lembek!"
"Ralia nggak lembek. Kecuali pipinya," sambung Jeffrey, merasa gemas dengan tingkah anak SMA di hadapan.
"Jerico, makasih ya Nak, udah jagain Ralia pake cara kamu sendiri." Tangan mama berpindah ke bahu Jerico. "Untuk alasan apapun kamu berantem, semoga bukan karena untuk menyombongkan diri, oke?"
Jerico memilih diam dan sedikit menundukkan kepala.
Setelah tangisan Jerico benar-benar mereda dan habis. Laki-laki berpipi sedikit berisi di sebelahnya mulai terdengar bergetar. Dari sekolah sudah ia tahan mati-matian untuk tidak menangisi sahabat perempuan yang paling ia sayang. Hesta mengerti kalau orang akan menilainya terlalu berlebihan. Tetapi saat melihat Jerico bertengkar dengan Harris, dan Ralia yang harus membereskan kekacauan, hati Hesta rasanya tidak bisa dijelaskan.
Sejak kapan perempuan baik yang selalu ceria dan tidak banyak tingkah seperti Ralia harus dilukai dengan cara diduakan oleh Harris? Selama ini Hesta yang paling tahu kalau Ralia selalu menyayangi Harris seperti sejak awal pacaran keduanya dimulai. Tapi kenapa Harris harus melakukan itu di belakang Ralia, ditambah melakukannya bersama Shira? Perempuan yang cantiknya luar biasa bahkan dalam penilaian Hesta.
"Heh udah..." Jeffrey meraih tubuh Hesta dari belakang. "Nggak malu lo kalo diliat Ralia hah? Udah berhenti, nggak usah nangis. Adek gue itu nggak lemah kayak yang lo berdua takutin."
"Ma, Harris selingkuhnya sama cewek yang cakeppppp banget," tutur Hesta masih dalam tangisnya. "Cakepnya sampe kadang-kadang bikin Hesta kagum sendiri."
"Cewek itu tau kalo Harris udah sama Ralia?" tanya mama.
Ragu-ragu Hesta mengangguk.
"Cantiknya hilang dong kalau begitu?" lanjut mama. "Secantik apapun, kalau dia nakalin temennya sendiri, cantiknya jadi hilang. Jadi kamu nggak perlu nangis. Ralia kita juga cantik kok! Ditambah dia nggak pernah curang sama Harris, yang mana pasti bikin dia makin cantik. Iya nggak?"
Hesta setuju, ketika mengangguk, bulir air matanya ikut jatuh.
"Yaudah nggak perlu nangis lagi. Ralia cuma butuh waktu sebentar buat nerima semuanya." Pandangan mama mengarah ke pintu kamar anak bungsunya. "Selama ini dia selalu dapet perhatian dari kita, jadi wajar aja kalau sekarang dia kaget karena Harris selingkuhin dia sama temennya sendiri. Kalian ini masih kecil-kecil udah berani suka-sukaan, tanggung sendiri resikonya kalau patah hati."
Sudut bibir Jerico turun. "Mama pas muda dulu pernah diselingkuhin nggak?"
Mendapati pertanyaan acak dari Jerico membuat mama mengenang masa lalu saat dirinya masih duduk di bangku SMA. Karena terjun ke dunia percintaan dalam usia yang terbilang sangat muda, mama pun pernah merasakan masa-masa kelam dimana hatinya dipatahkan oleh cinta pertamanya.
"Pernah dong," ujar mama dengan senyum tipis menghiasi wajah keibuannya. "Kalian mau tau fakta Mama nggak?"
Jerico dan Hesta kompak mengangguk. Bahkan Jeffrey juga tidak bisa menutupi ekspresi penasarannya.
"Anak-anak, pacar pertama Mama itu, Papinya Jevan." Suara berat seorang pria dewasa membuat seluruh atensi mengarah ke ruang tamu.
Disana berdiri sang kepala keluarga dengan tubuh masih terbalut jas kerja. Tangan kanan papa menenteng paper bag dari restoran cepat saji terkenal. Sementara tangan kirinya menenteng box kue dari toko langganan mama.
"PAPINYA JEVAN?! PAPINYA CARISSA JUGA DONG BERARTI?!" pekik Jeffrey terkejut. Matanya membelalak lebar.
Jerico dan Hesta spontan berdiri. "Serius demi apa Ma?!" tanya Hesta dengan suara melengking.
"Wah parah banget! Berani-beraninya Papi Jevan selingkuh dari wanita secantik Mama?!" Jerico menggeleng tidak percaya.
"Anak-anak, udah jangan berlebihan begitu," hembus papa menaruh paper bag di atas meja ruang tengah. "Adek mana, Ma?" tanyanya pada sang istri.
Mama melempar senyuman untuk papa sebelum menjawab, "Galau Mas, anaknya nggak mau keluar kamar karena baru putus sama Harris."
Sebelah alis papa naik ke atas. "Loh bukannya dari abis liburan kemaren udah disuruh putus, ya?" Papa melihat ke arah Jeffrey.
"Aku juga baru tau kalo Adek ternyata nggak mutusin."
"Diputusin kok sama Ralia," sahut Hesta. "Tapi Harris minta kesempatan."
"Biasalah, dia kan gitu, gampang luluh," cemooh Jerico terang-terangan. Tidak merasa segan atau apapun pada kedua orang tua Ralia dan Jeffrey sendiri.
"Heh mulutnya jangan julid banget kenapa sih?!" Hesta mendorong bahu Jerico pelan. "Cerewet mulu perasaan!"
"Alah lu juga nangis ya tadi!" balas Jerico tidak senang.
Papa geleng-geleng kepala, anak-anak ini masih saja rukun pikirnya. "Yaudah Ma ini makanannya dibukain dulu biar mereka pada makan. Nanti Adek kalau udah keluar kamar diajak aja, ya?" Tangan besar papa mendarat di rambut Jerico dan Hesta, mengusapnya lamban-lamban. "Udah besar-besar ya si bocil-bocil ini. Nanti kenalin ke Papa juga siapa pacar kalian."
Hesta langsung menunjuk Jerico. "Ini nih Pa! Dia udah mau pacaran sama Meisha tuh!"
"Heh ngacaaaaa! Lo sendiri udah pacaran sama Saira kan?!"
"Kok malah jadi adu mulut?" cibir papa. "Eh ada kabar baik untuk kita semua nih. Hes, kamu minta sama Bapak mau liburan ke Bali pas libur tengah semester nanti, kan? Selamat Hes, sepertinya keinginan kamu akan terkabul akhir tahun nanti."
Mendengar pengumuman dari pria beranak dua tersebut membuat Hesta girang bukan main, ia melompat-lompat sambil mengguncang tubuh sang sahabat di dekapannya.
"Serius ke Bali???" Jeffrey bermaksud untuk meyakinkan diri dengan kembali bertanya pada sang mama yang hanya mengangguk dengan senyuman manisnya.
Bukan hanya dua bocah disana yang bahagia. Nyatanya Jeffrey pun ikut melompat-lompat riang dan berputar-putar bersama Hesta dan Jerico.
![](https://img.wattpad.com/cover/294949665-288-k753212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden relationship (00-01line)✔️
Teen FictionPenyesalan kadang-kadang memang berakhir buruk. Ketidak setiaan hati seseorang bisa menyebabkan patahnya banyak hati yang lain. Memaksakan sesuatu, apalagi perasaan, sangat jarang bisa berakhir dengan kebahagiaan. Keharmonisan akan sirna bila satu...