24

235 42 26
                                    

Carissa dan Jevan adalah bukti bahwa sepasang saudara bisa begitu rukun meski banyak sekali perbedaan yang ada di antara keduanya. Carissa tidak suka berbicara, pada dasarnya Carissa memang banyak diam mau di rumah ataupun di luar.

"Dek, nanti nggak usah jemput Kakak," pesan Carissa sebelum keluar menemui driver online ojek yang dipesan melalui ponsel Jevan.

"Mau pulang malem ya?" tanya Jevan.

"Iya, hari ini mau main sama Dona. Si Dona mau curhat katanya."

"Kakaknya si Hesta itu, kan?"

Carissa sekedar mengangguk. "Yaudah pokoknya jangan jemput ya. Nanti ada Jeffrey juga yang nganter pulang."

"Bang Jeffrey ikut juga???"

"Iya. Jeffrey jemput Dona nanti selesai kita main. Pasti dianterin balik sama mereka, nggak mungkin Kakak dibiarin pulang sendiri," jelas Carissa sudah berada di pintu depan. "Kamu kalo mau ke rumah Shira sekalian bawain bungkusan Mami ya! Singgahin ke rumah Ralia dulu, deketan kan rumahnya sama rumah pacar kamu itu?"

"Iya nanti aku bawainnn!" balas Jevan dari dalam rumah.

Sekarang rumahnya kosong. Papi dan mami sedang ada urusan yang mengharuskan mereka pergi selama tiga hari lamanya.

Seperti pesan Carissa, segera saja Jevan mencari bungkusan tersebut kemudian menentengnya menuju motor di halaman depan. Jevan memang berencana untuk pergi keluar malam ini, tapi tidak sepenuhnya datang ke rumah Shira. Ia memikirkan rencana lain, yaitu menggunakan bungkusan mami agar bisa bertandang ke rumah gadis yang bertahun-tahun tidak pernah lengser dari hatinya.

Sambil memakai helm yang menutupi seluruh wajah dan hanya menyisakan bagian mata dan hidung, Jevan melajukan motor meninggalkan halaman rumahnya.

Rutinitas Jevan selama berpacaran dengan Shira tidak pernah jauh-jauh dari mengantar Shira pulang sekolah, dan mendatangi rumah gadis itu saat malam minggu atau malam kamis. Selebihnya Jevan tidak pernah secara khusus bertemu dengan Shira tiba-tiba. Setiap kali ingin datang, Jevan pasti mengabari gadisnya dulu.

Awal-awal berpacaran, Shira sering bertanya mengapa Jevan tidak seperti laki-laki lain yang selalu menggebu ingin menemui pacarnya.

Tapi jawaban Jevan kala itu hanya, "Aku nggak bisa kayak orang lain gitu, Shi. Kamu tau sendiri kamu itu pacar pertama aku, aku nggak punya pengalaman lain sebelum sama kamu. Lagian menurut aku pacaran itu ya kayak gini, antar atau jemput, ngapel malam minggu atau malam kamis. Selebihnya ya aku punya duniaku, kamu punya dunia kamu. Kalo dirasa pacaran sama aku buat kamu nggak nyaman, nggakpapa bilang aja, jangan ditahan."

Yang mana saat itu Shira hanya tersenyum dan memeluk sebelah lengan Jevan sambil berkata, "Ihh Jevannn, jadi pacar kamu aja aku udah seneng, gimana sikap kamu ya harus aku terimalah."

Jauh di dalam lubuk hati Jevan, kehadiran Shira memang sempat ada. Ia pun memperlakukan Shira dengan ketulusan walau sebenarnya perasaannya tidak utuh untuk gadis yang selama setahun ini menjadi seseorang yang cukup penting.

Tetapi Jevan mulai merasa lelah. Ia lelah berpura-pura bahwa perasaan yang tersimpan untuk Ralia sudah lenyap. Sekeras apa Jevan mencoba untuk menyukai Shira sebanyak ia menyukai Ralia, hasilnya tetap tidak sesuai prediksinya. Jevan tetap kembali mundur dan mencari-cari keberadaan Ralia yang selalu tampak bahagia bersama Harris.

Beratus kali Jevan berpikir untuk berhenti, melupakan seluruh perasaan yang ia miliki untuk pacar Harris, temannya sendiri. Tetapi pada akhirnya perasaan tersebut seperti sudah mendarah daging. Jevan tidak bisa membohongi perasaan lebih jauh dari yang sekarang ia lakukan pada Shira.

Forbidden relationship (00-01line)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang