37

185 36 3
                                    

Jeffrey memandang wajah muram sang adik sejak mereka meninggalkan meja makan. Pagi ini, Jeffrey tidak memiliki jadwal kelas yang harus dihadiri, tapi ia telah berjanji pada Dona untuk mengantarkan gadis itu ke kampus. Dan Dona, sudah menunggu Jeffrey di teras beberapa menit yang lalu.

Dona sedang mengajak Ralia mengobrol sambil menunggu Jeffrey. Ralia sendiri pun rupanya tengah menunggu seseorang.

"Hesta udah berangkat dari tadi, ini lo nungguin siapa? Jerico?" tanya Dona. Perempuan bertubuh semampai yang sangat ramah terhadap adik-adik yang lebih muda darinya menatap Ralia penuh tanda tanya. Pagi ini, ekspresi ceria yang biasa Ralia tunjukkan, sama sekali tidak tampak pada wajah cantiknya. "Badmood?" tanyanya pelan.

Ralia menghembuskan nafas, bertepatan dengan Jeffrey bergabung di teras. "Nggak kok Kak, gue nungguin temen yang lain," katanya.

"Siapa?" sahut Jeffrey melihat pada Dona sekilas. "Kamu udah sarapan belum Don?"

Yang Dona jawab dengan anggukan tipis. "Lo pms, Ra?"

"Kamu dijemput siapa, Ra?" tanya Jeffrey, membuka pintu mobilnya untuk memanaskan mesin. Jeffrey juga menyuruh Dona untuk segera masuk ke dalam mobilnya. "Jerico?"

"Enggak," jawab Ralia cepat. "Abang buruan berangkat gih, ntar Kak Dona telat tuh."

"Iya Jef, mending kita cabut sekarang aja." Dona lagi-lagi melihat ke arah lain. "Woi adeknya Jeffrey, jangan lupa senyum! Judes lo begitu," kelakarnya sambil menularkan tawa kecil pada Jeffrey.

"Seatbelt please," titah Jeffrey melihat Dona yang tidak kunjung memakai benda tersebut. "Nggak usah khawatirin Rara, dia nggakpapa, dari kemaren emang banyak diemnya."

"Biasanya dia nggak gitu," terang Dona, masih merasa ada yang salah dengan Ralia.

"Mungkin karena mulai masuk sekolah lagi makanya agak nggak mood," balas Jeffrey, tetap berpikir positif tentang sang adik. Laki-laki yang tahun ini mulai menjadi mahasiswa semester enam itu lantas menutup pintu mobil. Namun ia menurunkan kaca jendela agar bisa berpamitan pada Ralia.

Saat Jeffrey berhasil memundurkan mobil tanpa hambatan, dari arah belakang seorang laki-laki yang memakai seragam seperti Ralia muncul dengan motor dan helm yang menyembunyikan wajah tampannya. Namun Jeffrey masih bisa mengenali siapa pemilik wajah dibalik helmnya.

Dengan cepat Jeffrey menolehkan kepala keluar dan menyapa, "Woi Jev, lo yang jemput Ralia nih? Gue kira Jerico," kata Jeffrey langsung.

Jevan menaikkan kaca pelindung kepala. "Hehe iya nih Bang, Ralia mulai sekarang pulang pergi bareng gue."

"Kok gitu? Eh, jangan-jangan Jef, itu si Jevan udah pacaran sama Ralia?!" Dona menyimpulkan sambil terkejut. Membuat Jeffrey langsung berpikir.

Tapi Jeffrey tidak basa-basi lagi, ia pamit pada Ralia dan Jevan kemudian melajukan mobilnya meninggalkan kawasan rumah. Sementara Ralia langsung menutup pagar dan naik ke atas boncengan motor Jevan, sebelumnya gadis itu sudah mengambil helm miliknya dari garasi.

Saat tiba di sekolah, Ralia menyodorkan helmnya agar Jevan yang mengatur bagaimana menaruh helm tersebut di motor yang terparkir. Sepasang remaja yang belum lama berpacaran itu berjalan bersisian. Sesekali Jevan akan berjalan terlalu rapat sampai kulit lengan mereka saling bersentuhan.

"Kok diem aja sih Raaa." Jevan tidak tahan dengan situasi yang ada. "Ngomong dong, sapa kek, apa kek." Bibirnya cemberut ke bawah, sebelah tangannya dengan bebas menggoyang-goyang tangan Ralia.

Sikap Jevan berhasil membuat Ralia akhirnya terkekeh pelan.

"Yaudah iya maaf-maaf." Ralia menepuk-nepuk punggung tangan Jevan yang berada di lengannya. "Udah sarapan belum? Kalo belum ayo ke kantin, gue temenin makan sebelum bel."

Forbidden relationship (00-01line)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang