Jeffrey dan Dona memilih untuk pergi berdua tanpa dibuntuti oleh adik-adik mereka. Biasanya, dua lawan jenis tersebut selalu mementingkan kesenangan adik-adik dan juga rela jadi pemandu setiap yang lainnya ingin melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru. Namun kali ini, di Bali pada malam hari, akibat campur tangan Carissa, abang Ralia dan juga kakak Hesta tersebut memutuskan untuk keluar hanya berdua saja.
Carissa pun memilih untuk menghabiskan waktu di sekitar villa bersama dengan para ibu-ibu daripada harus makan hati melihat adik-adiknya berpasangan. Carissa membawa Helena, secara tidak langsung turut menyelamatkan Helena dari situasi yang mungkin akan menyebabkan kecanggungan.
Helena menghela nafas. "Padahal gue biasanya selalu diajak Jeri atau Hesta..." Kepalanya menengadah menatap langit yang dipenuhi sinar bintang. "Ini gue di Bali, tapi rasanya kayak di rumah," sambung Helena terdengar sedih.
Sebelah tangan Carissa memberi sapuan lembut pada punggung anak tunggal Maheswari yang belum lama ini menjadi akrab dengannya. "Udah jadi masanya bakal kayak gini setiap kali sahabat kita punya pasangan, kan?"
Helena tahu, seratus persen tahu bahwa semua orang akan disibukkan dengan kegiatan masing-masing, terlebih jika memiliki seorang kekasih. Namun itu selalu berhasil membuatnya merasa sedih dan kesepian. Bahkan dulu, diliburan-liburan sebelumnya, juga ada Jeffrey atau Dona yang bersedia menemani, kini keduanya juga meninggalkan Helena seorang diri.
Tidak sepenuhnya sendiri karena ada Carissa yang bernasib sama.
"Padahal kita semua disini, tapi gue kangen sama mereka, Kak."
Carissa menyunggingkan senyum getir pada gadis seumuran sang adik di sebelahnya. "Kakak nggak tau harus ngehibur lo gimana, Na..."
Tarikan nafas berat terdengar dari Helena, lalu ia berdiri dari yang tadinya duduk. "Ke kamar aja yuk, Kak? Gue mau ngobrol banyak sampe ketiduran."
Melihat betapa sedih raut wajah Helena, kakak Jevan pun tidak sampai hati untuk tidak menuruti keinginannya.
***
Suasana pasar yang baru saja dikunjungi oleh ketiga pasangan itu benar-benar ramai. Mungkin para pelancong lain menggunakan waktu luang pada malam hari guna menyiapkan oleh-oleh yang akan dibawa pulang untuk para keluarga yang berada di rumah.
Dari turun mobil sampai sudah berbaur di tengah-tengah pasar, Ralia terus berjalan di belakang Hesta dan Saira. Sesekali Ralia melirik kanan dan kiri, mencari keberadaan Jevan yang rupanya setia mengekori Jerico dan Meisha ke pedagang yang menjual aksesoris.
Ralia tahu pasangan didepannya ini sudah sibuk dengan dunia mereka, makanya Ralia tidak begitu dipedulikan oleh keduanya.
"Yang itu bagus banget loh!" Tangan Saira sudah bertengger menggandeng Hesta dari awal menginjak di pasar. "Ish lo jangan rusuh amat napa sih?! Liatinnya satu-satu aja, nggak usah buru-buru," sungut Saira mencengkram kencang lengan pacarnya.
"Iya-iya ih Ayanggg masa gue dicubit sih?!"
Saira meraup bibir Hesta dengan segenggam penuh tangannya. "Ayang-Ayang, Ayang lo kagak ada!"
Ralia menyunggingkan senyum tipis, lucu rasanya melihat orang pacaran, padahal biasanya ia yang dilihat. Ah, di posisi ini baru lah terasa kekosongan itu, kekosongan yang Harris ciptakan.
"Pasti Harris lagi liburan sama Shira sekarang," batinnya sambil lanjut berjalan, tanpa sadar tidak lagi mengikuti Hesta dan Saira.
Ia mengubah haluan dan memutuskan untuk jalan sendiri saja. Lagipula, satu-satunya orang yang tidak punya pasangan di sini bukan hanya dirinya, ada Jevan, tapi laki-laki itu tampaknya menyelamatkan diri sendiri tanpa peduli pada Ralia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden relationship (00-01line)✔️
Roman pour AdolescentsPenyesalan kadang-kadang memang berakhir buruk. Ketidak setiaan hati seseorang bisa menyebabkan patahnya banyak hati yang lain. Memaksakan sesuatu, apalagi perasaan, sangat jarang bisa berakhir dengan kebahagiaan. Keharmonisan akan sirna bila satu...